Media Sosial
Senasib dengan Bima di Kisah KKN di Desa Penari, Pria Ini Meninggal Pasca Bercinta dengan Kuntilanak
Senasib dengan Bima di Kisah KKN di Desa Penari, Pria Ini Meninggal Pasca Bercinta dengan Kuntilanak
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Cerita misteri KKN di Desa Penari yang mengegerkan jagad dunia maya sampai sekarang masih menjadi topik pembicaraan hangat oleh warganet.
Apalagi kisah Bima salah satu anggota KKN di Desa Penari yang diceritakan harus kehilangan nyawanya setelah melakukan hubungan terlarang dengan Badarawuhi, sosok makhluk halus penunggu hutan ia melakukan KKN.
Ternyata kisah tragis yang menimpa Bima, juga pernah menimpa seorang pria di Nusa Tenggara Barat.
Senasib dengan Bima pada cerita KKN di Desa penari, pria ini harus rela kehilangan nyawa setelah bercinta dengan kuntilanak.

Cerita KKN di Desa Penari pertama kali menjdi viral setellah dibagikan oleh seorang pengguna media sosial Twitter.
Sang penulis yang menyembunyikan detail lokasi hingga nama sebenarnya dari mahasiswa yang terlibat mengaku jika semua yang ia ceritakan adalah kisah nyata.
Meskipun sampai sekarang keaslian dan kebenaran dari cerita KKN di Desa Penari ini masih belum bisa dibuktikan.
Berkaca dari cerita Bima di KKN di Desa Penari, peristiwa berhubungan intim dengan makhluk halus memang benar pernah terjadi.
Hal ini dialami oleh seorang pemuda di Desa Toblopo, Kecamatan Amanuban Barat, Soe, NTT.
Seorang pria bernama Simon Talan mengaku telah berhubungan intim dengan sesosok kuntilanak.
Dari pengakuannya, Simon Talan mengaku telah memiliki 2 orang anak dari perkawinannya dengan kuntilanak.
Pengakuan Simon Talan itu disampaikan oleh putranya sendiri, Oma Talan.
"Selasa malam itu bapa menginap di rumah saya usai keluar dari rumah sakit karena mengalami kejang-kejang usai mabuk berat pada Minggu (25/8/2019) hingga Senin pagi melansir dari Pos Kupang.
Dalam perkawinanya dengan kuntilanak tersebut, Simon Talan mengaku jika makhluk halus itu meminta keluarganya sebagai tmbal namun ia menolak.
"Saat berada di rumah saya, bapak mengaku kalau dia sudah kawin dengan kuntilanak dan punya anak. Si kuntilanak ini meminta tumbal dari anggota keluarga kami. Tetapi bapak menolak dan menjadikan dirinya sebagai tumbal," ungkap Oma.

• Potret Diduga Lokasi KKN di Desa Penari, Bukan Lereng Gunung Raung, Tapi Desa Wonoboyo di Bondowoso
• 5 Pengakuan SimpleMan Penulis Cerita Horor KKN di Desa Penari yang Viral, Ucap Permintaan Maaf
Sebelum menghilang pada Rabu pai, saat Selasa malam Simon sudah meminta untuk pulang kembali ke rumahnya di tepi Embung Toblopo.
Simon Talan bahkan sempat merobek-robek sarung bantal dan memaksa untuk pulang.
Karena khawatir melihat sikap sang ayah, Oma memutuskan untuk memanggil pendoa, untuk mendoakan sang ayah.
Usai berdoa, sang pendoa meminta agar Oma dan keluarganya yang lain untuk terus memperhatikan sang ayah.
Karena jika tidak sesuatu yang buruk akan terjadi pada sang ayah.
Akhirnya, Rabu pagi sekitar pukul 05.30 WITA Oma dan sang suami mengantarkan Simon kembali ke rumahnya.
Setiba di rumah, Simon sempat duduk sebentar di dalam rumah sebelum keluar kembali untuk memanjat pohon kelapa untuk diambil buahnya.
Saat keluar dari rumah, Simon melihat pancing miliknya, bukannya pergi memanjat pohon kelapa, ia justru pergi memancing ikan di Embung.
Simon masih menunjukkan gelagat yang wajar, tapi ternyata hari itu adalah puncak dari perjanjiannya dengan si kuntilanak.
Diduga Simon Talan melakukan aksi bunuh diri di Embung Toblopo.
Simon Talan ditemukan tewas mengambang di Embung Toblopo, Soe, NTT.
Dikatakan Oma, sebelum korban tenggelam di Embung Toblopo pada Rabu (28/8/2019), "Saat bapa duduk pancing di pinggir Embung itu saya juga ada sementara cuci pakaian kotor milik bapa. Bapa masih tanya saya cuci apa dan saya masih sempat jawab. Saat saya naik ke rumah untuk siap makan siang, tiba-tiba bapa sudah tidak ada lagi di tepi Embung," tutur Oma.
Oma bersama keluarga sudah sempat berkeliling mencari korban kehutan, kebun dan rumah tetangga namun tidak menemukan keberadaan korban.
Awalnya, Oma dan keluarga tak menduga kalau korban tenggelam di Embung karena korban diketahui pandai berenang.
Namun, saat tas plastik sirih pinang korban terlihat mengapung di atas permukaan Embung, Oma dan keluarga menduga jika korban tenggelam di dalam Embung.
"Kami sudah cari keliling bapa tapi tidak ketemu. Ternyata bapa tenggelam di embung," ceritanya.
Dilansir dari Pos Kupang, proses pencarian korban di Embung Toblopo menarik perhatian masyarakat.
Sekitar 100 orang masyarakat desa Toblopo nampak duduk di tepi Embung untuk menyaksikan proses evakuasi korban.
Begitu jenazah korban terlihat, tangis histeris keluarga korban langsung pecah.
Jenazah korban yang sudah mulai kaku lalu di angkat dari air dan dibawa ke rumah duka.
Keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi dan menerima kematian korban sebagai musibah.
Jenazah korban rencananya akan dimakamkan di samping jenazah sang cucu sesuai permintaan korban sebelum meninggal.
Hal itu dimaksudkan agar keluarga korban bisa sering melihat makamnya.