Media Sosial
Inilah Sosok Diduga Pak Prabu pada Cerita KKN di Desa Penari, Ungkap Ritual di Kampung Dukuh
Inilah Sosok Diduga Pak Prabu pada Cerita KKN di Desa Penari, Ungkap Ritual di Kampung Dukuh
Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM - Inilah sosok yang diduga Pak Prabu dalam cerita KKN di Desa Penari yang viral di media sosial Twitter.
Pria bernama Sanusi diduga sebagai sosok Pak Prabu, salah satu warga dari Kampugn Dukuh yang viral dalam cerita KKN di Desa Penari.
Banyak yang menduga jika dirinya adalah sosok Pak Prabu, Sanusi pun memaparkan sejumlah kesaksiannya mengenai cerita KKN di Desa Penari.

Cerita mistis yang dialami oleh sejumlah mahasiswa saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pertama kali viral melalui media sosial Twitter.
Cerita yang diberi judul KKN di Desa Penari tersebut mengisahkan pengalaman mistis beberapa mahasiswa saat melakukan KKN di sebuah desa terpencil yang diduga desa penari.
Meksi begitu, sang narasumber merahasiakan nama asli hingga lokasi sebenarnya dari kisah KKn di Desa Penari.
Oleh sebab itu, warganet yang penasaran banyak menduga-duga dan mencaritahu lokasi sebenarnya hingga para mahasiswa yang ada di dalam cerita KKN di Desa Penari.
Teka-teki tentang KKN di Desa Penari ini pun berusaha dipecahkan oleh beberapa pihak.
Salah satunya adalah pemilik akun YouTube Bajidot Vlog.
Melansir dari unggahan video Youtube Bajidot Vlog, Senin (9/9/2019), Riza Azizie melalui vlognya itu mengunggah videonya saat mewawancarai Sanusi yang diduga merupakan sosok Pak Prabu di Cerita KKN di Desa Penari.
Sanusi disebut-sebut merupakan nama sebenarnya dari Pak Prabu.
Untuk itu, Riza Azizie mencari fakta sebenarnya dari sosok Sanusi tersebut.
Dalam keterangan unggahannya di YouTube, Riza Azizie mengaku bahwa Sanusi diduga sebagai sosok Prabu oleh warga net.
"klarifikasi langsung oleh pak Sanusi kampung Dukuh,
yang "katanya" netizen adalah Pak Prabu dalam cerita Desa Penari," tulisnya di kanal YouTube Bajidot.
• Viral Kisah Cinta Bocah 12 Tahun Sama Janda karena Main Mobile Legends, Endingnya Digerebek Polisi

Sanusi awalnya menuturkan tradisi yang berada di wilayahnya sejak dahulu kala.
"Kalau orang dulu (red: nenek moyang) bilang menanam hal yang jelek nantinya anak dan cucu yang akan kena getahnya," tutur Sanusi.
Sanusi lebih lanjut mengatakan, hukum adat tersebut akan mengejar sampai akar-akarnya.
Adanya hal tersebut membuat warga sekitar tak ada yang berani mencuri.
Ia lantas membandingkan hukum adat tersebut dengan hukum pemerintahan.
"Kalau hukum pemerintahan, dituntut jaksa lalu di vonis pengadilan dan di penjara sekian puluh tahun, setelah itu selesai. Tetapi berbeda dengan hukum adat, kalau belum memetik hasilnya sampai 10 besok maka enggak akan punah. Jadi kalau nyentil, balasannya tampar," ucap Sanusi.
Sanusi mengartikan bahwa setiap perbuatan yang tak sesuai dengan hukum adat, dipercaya akan mendapatkan pembalasan lebih besar.
Sementara itu mengenai cerita KKN di Desa Penari yang diduga berada di lokasinya, Sanusi menyatakan bahwa biasanya anak-anak KKN berada di desa tetangga.
"KKN disini jarang, yang sering di kawasan Kemiren. Kalau dulu disini aksesnya kurang dan primitif, sekarang mah agak primitif," ungkap Sanusi.
Sanusi menyatakan, kalau di cerita KKN Desa Penari terdapat sebuah pohon yang disebut sebagai tempat turun naiknya penumpang dari kendaraan maka sebenarnya tempat tersebut tak ada di kampungnya.
"Disini enggak ada pohon beringin," aku Sanusi.
Menurut Sanusi, kampungnya hanya memiliki 100 kepala keluarga dan 7 tempat pemakaman.
Bahkan, Sanusi mengaku terdapat beberapa keluarga yang memiliki pemakaman sendiri.
"Ada keyakinan orang disini, hidup itu harus ada tempatnya. Kalau udah mati, ada tempatnya juga. Bukan megalithikum ya tetapi emang batunya lain," papar Sanusi.
• Cinta Terlarang Krisdayanti dan Raul Lemos di Belakang Anang, Aurel & Azriel Pergoki Miminya Sekamar

• Sesumbar Pernah Tinggal di Nevada, Barbie Kumalasari Ngaku Foto Dirinya Saat di Amerika Cuma Editan
Sanusi menekankan, yang terpenting di kampungnya terdapat tradisi adat setiap tanggal 7 Syawal yang dilaksanakan pukul 7.00.
"Dilaksanakan dua kali ritual sambil kita mengingat atau napak tilas siapa yang membabat kampung ini dulu. Hutan dijadikan persawahan. Konon Saridin berjalan dari Dieng ke sini dihadang musuh dan pusakanya direbut. Pusaka tersebut namanya Samadinan.
Nah Samadinan itu digunakan untuk babat hutan dan jadi sawah di daerah sini," imbuh Sanusi.
Saat ditanyakan kebenaran cerita KKN di Desa Penari, Sanusi menegaskan bahwa kabar itu hoaks.
"Hoaks itu. Banyak yang tanya disini apa ada "prabu" atau kakek-kakek? Gak ada disini, keturunan raja gak ada disini," tegas Sanusi.
Sanusi bersikeras membantah kabar tersebut.
"Yang saya ingat itu mengenai Ibrahimi saat KKN dari Genteng dan Sukarejo," aku Sanusi.
Sanusi mengaku desanya itu aman dan tak ada peristiwa aneh seperti yang diceritakan di KKN Desa Penari.
"Disini aman-aman saja," tukas Sanusi.
Bahkan setiap kali berkegiatan seperti ingin membuka lahan persawahan dan sebagainya.
"Jadi kita ada selametan," aku Sanusi.