Jendela Dunia
Depresi Sering Dipukuli Orang Tua, Bocah 8 Tahun Nekat Lompat dari Lantai 9 Apartemennya
Depresi Sering Dipukuli Orang Tua, Bocah 8 Tahun Nekat Lompat dari Lantai 9 Apartemennya
Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM - Seorang bocah yang masih berusia delapan tahun nekat melompat dari lantai 9 apartemennya.
Aksi nekat bocah delapan tahun itu diduga karena ia sering menerima perlakuan kasar dari kedua ornag tuanya.
Sampai pada akhirnya, bocah yang masih berusia delapan tahun itu nekat melompat dari apartemennya yang berada di lantai sembilan.
Melansir dari laman Mirror, Kamis (19/8/2019), bocah malang berusia 8 tahun asal Ukraina Selatan tersebut diduga bernama Anton.
Di usianya yang masih sangat muda, bukan kasih sayang dan perhatian yang ia dapatkan, namun justru siksaan dari orang tua kandungnya sendiri.
Entah apa yang sudah dirasakan dan dialaminya, bocah lelaki itu nekat mengakhiri hidupnya sendiri.

Anton melompat dari apartemen lantai sembilan dan tewas seketika.
Kuat dugaan, Anton berbuat hal nekat itu karena tak tahan selalu dipukuli oleh orang tuanya.
Seorang saksi, Zhanna membeberkan kronologis sebelum Anton ditemukan tewas.
Zhanna juga menuturkan jika Anton selama ini mendapatkan perlakuan buruk dari orang tuanya.
"Orang tuanya selalu berteriak pada bocah itu karena merobek pakaiannya. Saya juga mendengar mereka memukulinya.
"Lalu seketika saya mendengar langkah kaki anak itu seperti tergesa-gesa.
"Beberapa detik kemudian terdengar bunyi mengerikan seperti ketika tubuh jatuh menyentuh tanah.
"Saya melihat keluar jendela dapur dan melihat bocah itu sudah terbaring di bawah. Saya kemudian memanggil ambulans dan polisi," ujar Zhanna.
Beberapa tetangga lain juga sempat menyaksikan kedua orang tuanya naik menggunakan lift menuju tempat tinggalnya, tetapi 10 menit kemudian bocah itu sudah terbaring ke tanah.
Orang tua Anton juga saat itu sempat bergegas lari ke bawah apartemen.
Setelahnya, petugas medis datang dan memeriksa keadaan Anton.
Namun nahas, nyawa bocah malang itu sudah tak bisa diselamatkan karena benturan keras benar-benar menghancurkan tubuhnya.
Di sekolah, Anton benar-benar tak bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena stres dan tekanan yang dialaminya di rumah.
Kepala sekolah Anton, Oksana Zelenska juga menuturkan bahwa fakta itu memang benar adanya dan Anton ternyata sering tinggal kelas.
"Bocah itu ketinggalan di sekolah, dan kami harus menahannya di kelas satu. Orang tuanya juga sama sekali tak mau peduli," ujar Oksana.
Polisi sudah melakukan penyelidikan, dan menetapkan orang tuanya sebagai tersangka yang gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai orangtua.
Mereka juga membeberkan jika orangtua Anton memang sering melakukan pemukulan kepada putra mereka.
Tak cuma itu, keduanya sering melakukan pelecehan dan mengumpat Anton dengan kata-kata kasar.
Namun saat polisi mendatangi tempat tinggal Anton, orang tuanya ternyata sudah meninggalkan apartemen.
Keduanya diduga telah melarikan diri dari kota, dan kini polisi sedang melakukan pengejaran.
Sementara itu, apabila terbukti bersalah para tersangka akan diancam dengan hukuman lima tahun penjara.
Nasib Tragis Dialami Murid yang Dihukum Lompat Katak Oleh Gurunya
Kasus kekerasan dalam dunia pendidikan masih sering kita jumpai meski peraturan yang ketat sudh diterapkan.
Seperti sebuah kasus kematian yang menimpa seorang murid di salah satu sekolah di China.
Murid laki-laki berusia 16 tahun tersebut dikabarkan meninggal pada 2018 lalu. Sebelumnya murid tersebut menerima hukuman dari gurunya karena berbicara selama waktu tidur siang.
Anak laki-laki itu merupakan seorang penghuni asrama di Sekolah Menengah Atas No 2 Xinshao.
Sebagai hukuman, si murid disuruh gurunya melakukan gerakan 'katak melompat' ke jalanan yang curam setinggi 20 meter.

Karena mendapat hukuman akhirnya ia melakukan hal itu dan kemudian ia jatuh pingsan, ujar pemerintah daerah Xinshao, provinsi Hunan, China, kepada South China Morning Post.
Setelah dibawa ke rumah sakit, dia dinyatakan meninggal dan didapati telah mengalami pendarahan di mulut, telinga dan hidungnya, kata Thepaper.cn pada hari Rabu (19/9/2018).
Polisi tidak menemukan pelanggaran apapun atas insiden tersebut.
Mereka menilai bahwa tidak ada kontak fisik yang dilakukan oleh guru, tetapi dia dan tiga anggota staf lainnya sedang diselidiki oleh pihak berwenang setempat untuk setiap kesalahan di tempat kerja, kata juru bicara pemerintah daerah.
"Polisi belum mengajukan kasus, tetapi komite partai dan biro pendidikan sedang menyelidiki," sambung juru pemerintah daerah.
Menurut keluarga siswa itu, yang bermarga Zhang, anaknya diketahui berbicara dengan teman sekelasnya saat tidur siang pada Minggu sore.

Keduanya diperintahkan untuk pergi ke taman bermain untuk melakukan gerakan 'katak melompat' sebagai hukuman.
Sang guru, bermarga Xie, menyuruh kedua muridnya untuk meletakkan tangan mereka di belakang punggung saat melompat.
Lalu kedua anak lelaki itu melompat ke atas lereng, menurut keluarga Zhang, yang melihat reka ulang melalui rekaman CCTV.
Menurut keluarga korban, Zhang terjatuh saat mencapai puncak dan langsung jatuh pingsan.
Xie, kepala sekolah dan wakilnya, serta kepala pendidikan moral dan politik sedang diselidiki, tambah juru bicara tersebut.
Selama ini, Zhang dikenal sebagai sosok laki-laki yang kuat dan aktif, sehingga kematiannya masih membekas di ingatan keluarga.