Media Sosial
Aksi Viral Emak-emak Goreng Kerupuk di Bawah Panas Matahari, Siang Bolong Santai Masak di Jalan
Aksi viral emak-emak goreng kerupuk di bawah panas matahari, siang bolong santai masak di pinggir jalan.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM - Aksi viral emak-emak goreng kerupuk di bawah terik panas matahari beredar di media sosial.
Aksi viral itu dilakukan oleh wanita bernama Lastri Lestari, warga Perumahan Kedung Jaya Indah, Bekasi.
Lastri Lestari sengaja melakukan aksi viral goreng kerupuk sebagai wujud ekspresi atas suhu panas ekstrem yang menimpa Indonesia belakangan ini.
Seperti diketahui cuaca panas ekstrem yang melanda Indonesia akhir-akhir ini banyak dikeluhkan warga.
Bagaimana tidak, berdasarkan pantauan SURYAMALANG.COM, suhu di beberapa wilayah di Indonesia bisa mencapai 33 hingga 41 derajat celcius.
Begitu pun di Bekasi, cuaca ekstrem juga selalu dikeluhkan warganya termasuk Lastri Lestari.

Aksinya ini pun tak lupa ia rekam dan bagikan ke media sosial hingga akhirnya menjadi viral.
Mengutip dari tayangan Fokus Pagi yang tayang pada Jumat (25/10/2019), Lastri mengungkapkan aksinya ini Ia lakukan secara spontan.
Ketika itu, dia yang sedang memasak di dapur melihat cuaca terik di luar, lalu dengan iseng dia membawa wajan keluar dan mulai menggoreng kerupuk satu per satu.

Dan mengejutkan, kerupuk yang dia goreng di bawah terik matahari bisa matang dengan sempurnya.
"Itu dari jam 9 udah panas, apalagi jam 12 tuh pas cetar cetarnya (terik matahari)," ungkapnya.
Tetangganya, Rini Kurniasih, mengaku terkejut dengan apa yang dilakukan Lastri.

Saat itu, awalnya Rini justru mengira ada orang rumahnya yang menggoreng dan lupa mematikan kompor.

Namun setelah dia telusuri, ternyata bau penggorengan panas berasal dari halaman depan rumah Lastri di mana dia sedang asyik menggoreng kerupuk.

"Habis makan bakso itu, lalu kok bau penggorengan panas. Saya pikir ada orang rumah yang goreng terus lupa matiin. Eh gak tahunya si Lastri lagi asik-asik goreng di pinggir jalan,"
"Saya juga gak tahu tuh, ga ada yang tahu. Saya ketawa ngelihatnya," ujar Rini kepada wartawan.
Tonton juga video-nya:
3 Faktor Suhu Panas Ekstrem melanda Indonesia
Menjawab suhu panas ekstrem yang melanda Indonesia, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin MSi mengungkap penyebabnya.
Miming Saepudin MSi menjelaskan bahwa suhu panas yang terjadi dikarenakan tiga faktor utama.
Pertama, posisi matahari yang sedang berada di wilayah Indonesia, saat ini sangat signifikan kulminasinya.
"Triangle utama fenomena suhu panas ini terjadi karena faktor titik matahari. Pada bulan ini kulminasi matahari sangat signifikan di beberapa wilayah Indonesia terutama wilayah Jawa," kata Miming di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (25/10/2019) seperti dikutip dari Tribunnews.com (grup SURYAMALANG.COM).
Kedua, kondisi cuaca tanpa awan masih relatif akan terjadi dalam jangka waktu hingga akhir November.
Bahkan beberapa daerah hingga Desember mendatang.
Dijelaskan oleh Miming, kondisi cuaca tanpa awan inilah yang menyebabkan kenapa panas terik di berbagai wilayah.
Jakarta dan sekitarnya terasa sangat panas karena teriknya sinar matahari yang tidak terhalang oleh pertumbuhan awan.

Faktor ketiga ialah pengaruh dari arah pola angin yang biasanya membantu potensi pertumbuhan hujan.
Hingga Oktober Dasarian III (10 hari terakhir di bulan Oktober ini) dalam hasil analisis yang dilakukan oleh BMKG, hanya sedikit daerah yang berpotensi adanya pertumbuhan awan hujan karena pola angin.
“Hingga akhir Oktober mendatang, kita sangat perlu mewaspadai cuaca terik matahari yang masih cukup signifikan, karena kurangnya pertumbuhan awan hujan yang masih relatif kecil. Jadi satu minggu ke depan, cuaca cerah tanpa awan masih mendominasi,” tuturnya.
Bahkan kata Miming, pada bulan November-Desember mendatang meskipun kulminasi matahari di pulau Jawa berkurang, tapi potensi suhu panas masih tinggi.
Daerah yang diprediksi akan mengalami fenomena suhu panas maksimum 25-30 Oktober 2019 ialah Sumatera Selatan, Lampung, Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara suhu udara yang tercatat di atas 38 derajat celcius pada tanggal 23 Oktober 2019 adalah di daerah Ciputat (39,6 derajat celcius), Jatiwangi (38,8 derajat celcius), Ahmad Yani Semarang (38,4 derajat celcius), dan Syamsudin Noor Banjarmasin (38,2 derajat celcius).
Imbauan BMKG
Sehubungan dengan cuaca panas yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, BMKG mengimbau agar masyarakat yang terdampak untuk minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar mataheri jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai adanya aktivitas yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan.
Tak hanya itu, BMKG juga mengimbau warga untuk mewaspadai adanya potensi angin kencang yang diperkirakan terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.