Kabar Jember
Kronologi Ayah Dibunuh Anak dan Istri di Jember : Seusai Pukulkan Linggis, Bahar Seret Mayat Surono
Surono (51) dibunuh secara sadis oleh anaknya, Bahar Mario (25) di rumahnya di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, JEMBER – Surono (51) dibunuh secara sadis oleh anaknya, Bahar Mario (25) di rumahnya di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember.
Istri Surono, Busani juga mengamiliki pembunuhan yang dilakukan anaknya.
Polres Jember telah menetapkan Bahar dan Busani sebagai dalam tersangka pembunuhan terhadap petani asal Dusun Juroju itu.
Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal mengatakan pembunuhan ini terjadi pada akhir Maret 2019.
Saat itu Bahar pulang ke rumahnya sekitar pukul 23.00 WIB.
Busani menyambut kepulangan anak keduanya itu.
Tak lama setelah di rumah, Bahar mendatangi Surono yang sedang tidur di kamar depan rumah bagian barat.
Bahar memukul Surono menggunakan linggis.
Pukulan ini mengakibatkan wajah kiri Surono mengalami luka parah, dan terjadi pendarahan hebat.
Lalu Busani mematikan lampu di depan rumah yang berada di dekat kamar Surono.
“Korban memiliki riwayat sakit pernapasan. Luka berat ditambah riwayat penyakitnya itulah yang diduga menjadi penyebab kematian korban,” ujar Alfian kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (7/11/2019).
Lalu Bahar dan Busani menggotong mayat Surono ke belakang rumah itu.
Bahar menggotong bagian atas matar korban. Sedangkan Busani memegangi kaki korban.
Diduga tidak kuat, Busani melepaskan gotongannya.
Akhirnya Bahar menyeret mayat sang ayah ke bagian belakang rumahnya.
Ketika pembunuhan terjadi, bagian belakang rumah belum menjadi dapur permanen.
Saat itu bagian belakang rumah itu hanya ada bangunan semi permanen, dan lahan kosong.
Lalu Bahar menggali tanah di bangunan semi permanen itu.
Bahar pun memasukkan tubuh ayahnya ke liang itu.
Karena liangnya tidak begitu panjang, kaki Surono tertekuk dengan kepala ada di sisi barat.
Bahar menempatkan linggis di bawah jasad ayahnya.
Surono terkubur bersama baju dan sarungnya.
Setelah itu, Bahar menimbun tubuh ayahnya memakai semen yang telah dicampur air sehingga lubang itu tertutup.
Setelah pembunuhan tengah malam itu, Bahar mengambil uang Rp 6 juta di tas milik Surono.
Setelah itu Bahar membonceng ibunya memakai motor CBR ke rumah neneknya.
Belakangan Bahar menjual motor CBR milik Surono ini seharga Rp 19 juta.
Setelah membunuh ayahnya, Bahar menitipkan ibunya ke rumah sang nenek, Misnatun, yang tidak jauh dari rumah Surono.
Kemudian, dia pulang ke rumah istrinya yang juga di Desa Sumbersalak.
Bahar masih menginap semalam di rumah istrinya.
Keesokan harinya, dia kembali ke Bali.
Selang beberapa hari, Busani mengabari Bahar kalau lubang yang dibuatnya merenggang.
Bahar minta sang ibu kembali menguruk lubang penguburan Surono memakai semen dicampur air.
Beberapa hari kemudian, Bahar pulang. Dia pun kembali menutup lubang itu.
Dia menguruknya memakai tanah, kemudian menutupnya memakai keramik.
Pemasangan keramik dilakukan sekaligus memperbaiki dapur itu.
Dapur dibangun menjadi bangunan permanen.
Lubang penguburan Surono diubah menjadi musala atau tempat shalat berkeramik hitam.
Dapur dibuat bergaya modern. Dapur itu juga bisa menampung motor.
Tidak ada yang curiga dengan peristiwa itu. Hingga akhirnya, kasus itu terungkap pada Minggu (3/11/2019).
Bahar juga yang secara tidak sengaja membuka kematian ayahnya.
Meskipun dia sudah mengarang cerita kepada Kepala Dusun Juroju, Misri (bukan Misli, seperti dalam berita sebelumnya, red).
Kepada Misri, Bahar bercerita kalau ayahnya telah mati dan dibunuh Jm (suami siri Busani).
Dia mengetahui itu, setelah bertanya kepada sang ibu. Kepada Misri, Bahar mengaku bermimpi ditemui sang ayah.
Dia pun menelepon ibunya untuk bertanya tentang keberadaan ayahnya. Bahar juga bercerita kepada Misri, setelah dia bertanya kepada ibunya, ternyata ayahnya telah mati.
“Saat cerita ke saya, Bahar mengatakan bahwa ayahnya dibunuh oleh lek-nya. Lek-nya itu mengacu kepada suami siri Busani.”
“Waktu cerita ke saya, saya kan nggak ngerti apakah itu benar atau tidak. Kalau tidak benar, kan berarti dia mengarang cerita.”
“Namun tentang tidak adanya Pak Wid (panggilan akrab Surono, red), memang saya ketahui sudah agak lama. Dia lama tidak terlihat,” ujar Misri.
Setelah mendengar cerita Bahar itulah, akhirnya Misri dan Bahar mendatangi Polsek Ledokombo dan melaporkan peristiwa itu.
Dari sinilah, akhirnya misteri hilangnya Surono terkuak. Surono tidak hilang, namun meninggal dunia. Jasadnya terkubur di rumahnya sendiri.
Tidak disangka pula, pelaku pembunuhan ternyata Bahar, anak keduanya. Sang istri, Busani juga terlibat dalam peristiwa itu.