Kota Batu

BPCB Trowulan Lanjutkan Penggalian Struktur Bata di Desa Pendem, Kota Batu pada 18 Desember 2019

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan berencana melanjutkan penggalian struktur bata di Desa Pendem, Kota Batu pada Rabu (18/12/2019).

Penulis: Benni Indo | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan berencana melanjutkan penggalian struktur bata di Desa Pendem, Kota Batu 

SURYAMALANG.COM, KOTA BATU – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan berencana melanjutkan penggalian struktur bata di Desa Pendem, Kota Batu pada Rabu (18/12/2019).

Arkeolog BPCB Trwoulan, Wicaksono Dwi Nugroho mengaku penasaran dengan temuan yang ada di Desa Pendem, Kota Batu.

“Temuannya cukup potensial. Tapi ada indikasi pernah diambil orang batanya. Jadinya agak penasaran juga. Semoga masih ada sisa yang bisa digunakan untuk rekonstruksi,” ujar Wicaksono kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (15/12/2019).

Dijelaskan Wicaksono, saat dilakukan penggalian, ditemukan bentangan struktur sepanjang enam meter.

Tim penggali juga menemukan sudut struktur yang mengarah ke barat. Ada beberapa fragmen bata yang tidak berada di posisinya saat dilanjutkan penggalian ke arah barat.

“Ada beberapa fragmen bata yang sudah tidak dalam posisinya. Kemungkinan bergeser karena pengolahan lahan,” terangnya.

Dikatakan Wicaksono, timnya menemukan bata di kedalaman 40 cm sampai 50 cm. Sedangkan di sisi timur juga ditemukan struktur bata.

Dari temuan itu, Wicaksono berpendapat bahwa  situs di Pendem adalah tempat ibadah.

“Dari temuan di sisi timur dekat makam, kami dapatkan hipotesa ini merupakan bangunan suci yang berbentuk batur.”

“Bangunan tinggi batur berbentuk persegi. Namun kami perlu membuka lagi di sebelah utara untuk memastikan,” terang Wicaksono.

Dari struktur itu, Wicaksono menduga kalau pintu masuk bangunan berawal dari barat.

Keberadaan Yoni berada di tengah dan bangunan menghadap ke Gunung Wukir. Bangunan ini diduga murni untuk ibadah umat Hindu pada masa lampau.

“Pintu masuk kemungkinan dari barat. Bangunan ini menghadap Gunung Wukir. Kalau dalam konsep Hindu, ketika ibadah mengahdap ke timur, murni ibadah untuk kehidupan. Kalau menghadap ke barat, lebih untuk menghormati leluhur,” terang Wicaksono.

Keberadaan tempat ibadah itu juga diduga berasal dari kalangan masyarakat, bukan kerajaan.

Pasalnya, menurut Wicaksono, tidak ada motif naga pada Yoni yang ditemukan. Tempat-tempat yang dimiliki kerajaan biasanya identik dengan Yoni yang memiliki motif naga.

Sejauh ini sudah ada enam galian yang dilakukan tim BPBC Trowulan. Ukuran galiannya beragam ada yang 4x4 meter dan 1x2 meter.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved