Nasional

4 Petani Kembali Jadi Korban Gigitan Ular Kobra, Waspadai Lokasi Favorit untuk Sarang & Bertelur

4 Petani Kembali Jadi Korban Gigitan Ular Kobra, Waspadai Lokasi Favorit untuk Sarang & Bertelur

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Tribunnews.com
4 Petani Kembali Jadi Korban Gigitan Ular Kobra, Waspadai Lokasi Favorit untuk Sarang & Bertelur 

SURYAMALANG.COM - Teror ular kobra yang menyerang sejumlah daerah di Indonesia masih berlanjut. 

Belum lama ini, 4  petani warga Desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Gowa, Sulawesi Selatan harus menjadi korban setelah digigit ular kobra ketika berkebun di ladang. 

untuk itu, ada baiknya untuk waspada terhadap lokasi-lokasi favorit yang dijadikan ular kobra bersarang dan bertelur selama musim penghujan ini. 

Berikut rangkuman kejadian 4 petani meninggal dunia akibat gigitan ular kobra.

1. 4 Warga Desa Jadi Korban

4 warga desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Gowa, Sulawesi Selatan diberitakan menjadi korban dari teror ular kobra di daerah tersebut. 

Mereka dilaporkan meninggal dunia setelah digigigt ular kobra

2. 2 Warga Meninggal di Lokasi Kejadian

Dua orang petani di antaranya meninggal di lokasi kejadian, sementara dua orang petani lainnya meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit.

Adapun keempat petani ini digigit ular kobra ketika mereka tengah berkebun.

Peristiwa ini dibenarkan oleh Kanit Binmas Polsek Tombolopao, Aipda Musruri.

"Sudah ada empat korban digigit ular kobra dan dua di antaranya meninggal di tempat yang lainnya meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit," ujarnya di lokasi penemuan pada Rabu (18/12/2019) dikutip dari Kompas.com dalam berita berjudul "Digigit Ular Kobra Saat Berkebun, 2 Warga Gowa Tewas di Tempat"

Berdasarkan keterangan, warga bahkan setempat bahkan digegerkan dengan penemuan ular kobra sepanjang empat meter di pekarangan rumah.

3. Kemunculan Ular Kobra Baru Pertama Kali Terjadi

Kepala Desa Mamampang Azis Daus mengatakan, kemunculan ular tersebut merupakan hal yang baru pertama kali terjadi di wilayahnya.

Apalagi kemunculan ular kobra tersebut sampai membuat warga tewas.

"Kalau ular semacam piton sejak dulu banyak, tetapi penemuan ular kobra sampai ada warga yang tewas baru kali ini terjadi," ujarnya.

4. Warga Merasa Takut untuk Berkebun

Akibat kejadian itu, sejumlah warga merasa ketakutan untuk berkebun.

Seperti diakui Riming (50). Warga sekitar mengaku berhenti menggarap kebunnya lantaran khawatir menjadi korban.

Pasalnya, sejumlah warga menyaksikan ular kobra masih berkeliaran di perkebunan warga dengan berbagai ukuran.

"Minggu lalu saya lihat langsung itu ular panjangnya sekitar tiga meter lebih. Saya sempat kejar tapi lari ke rimbunan bambu" katanya kepada Kompas.com, Kamis (19/12/2019).

Namun, adanya teror ular kobra yang menewaskan petani saat berkebun tidak membuat sebagian warga berhenti melakukan aktivitasnya.

Hanya saja, aktivitas dilakukan secara bersama-sama. Hingga saat ini, warga berhasil menangkap dua ekor ular kobra.

"Sekarang kalau ke kebun harus ramai-ramai, tidak boleh sendiri karena takut ada ular," katanya.

Lokasi Favorit Ular Kobra untuk Sarang dan Bertelur

Memasuki musim hujan, tanah dan udara pun mulai mengalami peningkatan kelembaban, hal ini diduga memicu kemunculan ular kobra pada sejumlah wilayah di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga luar Jawa.

Menurut Peneliti Reptil dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy yang dihubungi Tribunnews pada Minggu (15/12/2019) lalu, ular kobra sangat menyukai tempat yang memiliki tingkat kelembaban tinggi.

Tempat ini biasanya digunakan induk kobra sebagai area bertelur.

Umumnya, reptil satu ini memilih wilayah persawahan untuk mengeluarkan telurnya sebelum kemudian menetas secara alamiah.

"Kobra itu di sawah sangat survive di situ, dia bisa meletakkan telurnya, bisa berkembang biak," ujar Amir, saat dihubungi Tribunnews  dikutip dari Tribun Jabar dalam berita berjudul "Tempat-tempat yang Disukai Ular Kobra dan Tempat Menetaskan Telur-telurnya".

Ia kemudian menjelaskan bahwa musim hujan biasanya dimanfaatkan kobra untuk meletakkan telurnya.

Dalam satu kali bertelur, induk kobra mengeluarkan sekitar 10 telur, setelah itu kobra dewasa ini akan meninggalkan telur-telurnya tersebut.

"Nah musim ini memang musim kobra itu untuk menetas anakannya, dan si induknya itu meninggalkan telurnya setelah dia bertelur," jelas Amir.

Sedangkan untuk periode menetasnya, telur-telur ini membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 bulan untuk bisa menetas menjadi anak atau baby kobra.

Menurut Amir, si induk kobra pun mungkin saja telah berada di area tersebut pada periode itu.

"Dan periode menetas telurnya itu adalah 3 sampai 4 bulanan, sehingga induknya pun mungkin sudah 3 atau 4 bulan posisi ada di situ," kata Amir.

Kemudian ia menambahkan, fase selanjutnya yang akan dilewati baby kobra ini setelah menetas, tentunya akan menyebar mengikuti instingnya sebagai satwa liar.

Hal ini yang mungkin akhirnya membuat gempar warga pemukiman yang menemukan keberadaan baby kobra ini.

"Nah ketika anakan menetas, yang namanya baby akan menyebar ke mana-mana sesuai dengan instingnya, dia akan menyebar ke mana-mana, ini yang terjadi di situ," ujar Amir.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved