Bukan Hanya Ular Kobra, Ini 4 Teror Hewan Yang Pernah Menghebohkan Indonesia, Ada Ulat Bulu

Bukan Hanya ular kobra saja, teror hewan sudah sering terjadi di Indonesia sebelumnya.

Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Surya/Tribunnews
teror hewan di Indonesia 

SURYAMALANG.COM - Bukan Hanya ular kobra saja, teror hewan sudah sering terjadi di Indonesia sebelumnya.

Di Antara teror hewan yang pernah menghebohkan Indonesia, salah satunya melibatkan ulat bulu.

Sebelumnya diberitakan bahwa belakangan ini kerap terjadi penemuan ular kobra di berbagai daerah di Indonesia.

Seperti yang terjadi di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Akibat adanya anakan kobra di lingkungannya, satu keluarga terpaksa mengungsi.

Di Jember, puluhan anakan kobra juga meneror warga Sukorambi, Jawa Timur pada Jumat (6/12/2019).

Tak hanya di Jember, warga Ciracas, Jakarta Timur, juga dihebohkan dengan keberadaan ular kobra.

Namun siapa sangka ternyata ular kobra bukan satu-satunya hewan yang pernah meneror penduduk Indonesia.

Berikut ini deretan teror hewan yang menghebohkan Indonesia.

1. Tomcat

Tomcat atau semut charlie
Tomcat atau semut charlie (Kompas.com)

Diketahui, pada 21 Maret 2012, serangan paederus fuscipes atau serangga tomcat sempat menghebohkan warga di beberapa daerah Indonesia.

Awalnya terjadi di Apartemen East Coast Surabaya, Selasa (13/3/2012).

Terhitung sejak tanggal tersebut, sudah seminggu tomcat menyerang.

Laporan serangan juga dijumpai di Situbondo dan daerah lain, meski tak bisa dikatakan bahwa tomcat sudah menyebar atau mewabah.

Tomcat merupakan serangga yang cukup beracun.

Serangga ini hidup di daerah yang lembab.

Serangga ini bisanya hidup di pepohonan, tambak dan semak-semak.

Racun yang terdapat pada serangga ini bisa menimbulkan efek cukup menyakitkan di kulit dan berbagai bagian tubuh manusia meskipun tidak sampai mematikan.

Outbreak atau wabah tomcat pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1990. Selain itu, outbreak serupa juga pernah terjadi di Australia, Srinlanka, India, dan Malaysia.

2. Ulat Bulu

Serangan ulat bulu melanda tiga desa di Kecamatan Purwodadi, Pasuruan dalam dua bulan terakhir.
Serangan ulat bulu melanda tiga desa di Kecamatan Purwodadi, Pasuruan dalam dua bulan terakhir. (SURYAMALANG.COM/Galih Lintartika)

Pertengahan tahun 2019, masyarakat di wilayah Provinsi Jawa Timur mendapat serangan dari ulat bulu.

Diberitakan pada 21 Juni 2019, Wabah ulat bulu menyerang permukiman warga di tiga desa di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, terjadi pada bulan Mei-Juni 2019.

Ketiga desa itu adalah Desa Capang, Gajahrejo, dan Pucangsari.

Kondisi penyerangan hama ulat bulu yang paling parah ada di Dusun Semambung, Desa Capang.

Serangan ulat sampai masuk ke rumah, mulai dari atap, teras, tembok dan bagian-bagian lainnya.

Ini merupakan serangan ulat bulu yang paling parah dari serangan ulat bulu sebelumnya.

Ulat bulu ini memang tidak membahayakan.

Tidak membuat gatal atau alergi lainnya.

Tapi, bagi warga setempat keberadaan ulat bulu ini sangat meresahkan.

3. Tawon Ndas

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Panoramio)

Serangan serangan tawon Vespa Affinis (tawon ndas) menggegerkan masyarakat wilayah Jawa Tengah seperti Klaten, Kudus, Sukoharjo, Solo, Pemalang, Brebes dan Tegal.

Di Sukoharjo, sejak Januari hingga November 2019, tercatat sekitar 400 sarang tawon ndas bahkan telah dimusnahkan.

Tak hanya Jawa Tengah, kasus tawon ndas juga menghantui wilayah Jawa Timur, yakni di Kediri dan Tuban.

Tawon ini juga muncul di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

Selain di Pulau Jawa, tawon ndas juga muncul di Sinjai Borong, Sulawesi Selatan.

Serangan tawon ndas jangan dianggap remeh, jika salah penangan, nyawa bisa menjadi taruhannya.

Contohnya serangan tawon ndas di Klaten, dikutip dari dinkesjatengprov.go.id, sejak 2016 Pemkab Klaten mencatat laporan sarang tawon ndas sebanyak 667 kasus.

Sebanyak 10 orang tewas akibat sengatan tawon itu.

Pada tahun 2019 tercatat di Klaten jumlah kasus serangan 13 dengan jumlah kematian 2 orang di Kecamatan Wonosari dan Wedi.

Sementara di Pemalang, telah 9 korban meninggal sejak tahun 2018.

4. Harimau Sumatera

Harimau
Harimau (Honolulu Zoo)

Selain serangga, Harimau juga menjadi salah satu hewan yang meneror warga.

Diketahui saat ini ada empat orang yang menjadi korban konflik antara harimau dan manusia di Pagaralam dan Lahat, Sumatera selatan.

Korban terbaru adalah Suhadi (50) petani asal Desa Pajar Bulan, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Mayat Suhadi ditemukan pada Minggu (22/12/2019). Sekretaris Desa Pajar Bulan Yong Liza mengatakan, jenazah Suwadi ditemukan di kebunnya, areal Lekung Benuang, Desa Pajar Bulan, Kecamatan Muara Ulur, Kabupaten Lahat.

Saat ditemukan, kondisi jenazah Suwandi sudah dalam keadaan membusuk. Suhadi diperkirakan sudah tewas selama dua hari.

"Masih ada potongan tubuh yang belum ditemukan," kata Yong, melalui sambungan telepon.

Yong menjelaskan, korban sebelumnya berada di kebun kopi sembari menunggu durian yang saat ini sedang memasuki musim panen.

Jarak antara kebun dan pemukiman warga sekitar 2 kilometer. Namun, sejak pamit untuk berkebun, Suwadi tak kunjung pulang hingga akhirnya dilakukan pencarian dan ditemukan mayatnya.

"Yang pertama menemukan adalah keluarganya sendiri. Korban memang menginap di kebun.

Karena lagi menunggu durian jatuh, kalau tidak ditunggu, duren itu habis dimakani kera," ujarnya.

Lokasi kebun tempat korban, merupakan kawasan di luar hutan lindung.

Sejak tiga kejadian yang merenggut korban jiwa, Bupati Lahat serta pemerintah desa telah mengimbau kepada warga untuk menghentikan aktivitas di kebun.

Namun, imbauan itu tak bisa sepenuhnya dijalankan masyarakat. Pasalnya, mereka tidak memiliki pemasukan lain selain dari berkebun.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved