Gerhana Matahari Cincin di Malang
Penerawangan Mbah Mijan Jelang Gerhana Matahari Cincin, Beri Peringatan Soal Bencana
Hasil penerawangan Mbah Mijan tentang Gerhana Matahari Cincin rupanya mengandung peringatan soal bencana.
Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Hasil penerawangan Mbah Mijan tentang Gerhana Matahari Cincin rupanya mengandung peringatan soal bencana.
Mbah Mijan bahkan memberikan Peringatan tentang hawa dingin menusuk tulang yang disebutnya akan melanda.
Sebelumnya diberitakan bahwa hari ini, Kamis 26 Desember akan terjadi Gerhana Matahari Cincin.
Peristiwa ini juga bisa dinikmati di berbagai daerah di Indonesia.
Gerhana matahari cincin biasanya terjadi setiap satu hingga dua tahun sekali. Di Indonesia, gerhana matahari cincin terakhir kali terjadi pada 26 Februari 2017 silam.
Melansir laman gerhanamatahari.id, fenomena alam ini dapat dilihat di Kabupaten Siak, Riau.
Daerah lain yang paling ideal untuk melihat gerhana matahari cincin adalah Padang Sidempuan, Sibolga, Kepulauan Riau, dan sebagian Kalimantan Barat bagian utara, yakni Kabupaten Singkawang.
Mbah Mijan, seorang ahli metafisika pun menangkap pertanda lain dari fenomena alam ini.
Hal tersebut disampaikan Mbah Mijan di laman Instagram pribadinya pada Rabu (25/12/2019) ini.
Dari kacamatanya yang menggunakan ilmu titen, gerhana diartikan sebagai sebuah pertanda pasang surutnya air laut.
Sehingga, adanya gerhana matahari dijadikan nelayan sebagai lampu merah untuk tak melaut.
"Bagi Kaum Nelayan yang memahami 'Ilmu Titen', gerhana Matahari cincin bisa diartikan sebagai gejolak alam yang berdampak pada pasang surutnya air laut.
"Selain itu, pasang surut air laut juga dinilai berbahaya untuk kapal-kapal tradisional," tulis Mbah Mijan.
Sedangkan dari kacamata metafisika, gerhana matahari cincin disebut Mbah Mijan sebagai pertanda akan datangnya bencana alam.
"Metafisika membahas Gerhana Matahari Cincin sebagai pertanda akan datangnya bencana, seperti gempa.