Internasional

Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular

Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Tribunnews.com dan Kompas.com
Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular 

SURYAMALANG.COM - Gugur saat berlayar, jenazah seorang pelaut asal Indonesia harus dibuang ke laut di Samudra Pasifik

Jenazah pelaut Indonesia tersebut harus dibuang di Samudra Pasifik lantaran dikhawatirkan membawa penyakit menular untuk kru yang lain. 

Pihak keluarga pun membenarkan kabar tersebut dan telah menerima konfirmasi dari pihak berwajib terkait nasib jenazah anggota keluarga mereka harus dibuang di Samudra Pasifik. 

Ilustrasi - Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular
Ilustrasi - Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular (SURYAMALANG.COM/Haorrahman)

Beberapa hari terakhir, ada kabar beredar jika ada seorang pelaut asal Indonesia yang meninggal dunia ketika berlayar menjalankan tugas. 

Sayangnya, jenazah sang pelaut harus di buang di luasnya Samudra Pasifik dan tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia atau daratan. 

Hal ini berkaitkan dengan risiko kesehatan yang bisa menyerang anggota kru kapal yang lainnya. 

Pelaut Indonesia yang jenazahnya dibuang di Samudra Pasifik itu berasal dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Alfatah, pelaut asal Enrekang dilaporkan meninggal di atas kapal dan jenazahnya dibuang di laut.

Informasi tersebut beredar di media sosial (medsos) Instagram maupun Facebook.

Kabarnya, Anak Buah Kapal (ABK) asal Dusun Banca, Desa Bontongan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan itu, meninggal karena sakit.

Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI yang beredar di medsos, Alfatah meninggal setelah sebelumnya mengalami sakit saat sedang melaut pada 18 Desember 2019.

Dalam surat itu disebutkan, sakit yang dialami Alfatah adalah kaki dan wajah bengkak, nyeri di dada dan napas pendek.

Kapten kapal sempat memberikan obat kepada Alfatah, namun kondisinya tak kunjung membaik.

Pada 27 Desember 2019 pukul 13.30 waktu setempat, Alfatah dipindahkan ke Kapal Long Xing 802 yang akan berlabuh di Samoa (sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik) lalu dibawa ke rumah sakit.

Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular
Gugur Saat Berlayar, Jenazah Pelaut Indonesia Dibuang di Samudra Pasifik, Khawatir Penyakit Menular (Tribunnews.com)

Namun, Alfatah meninggal delapan jam setelah dipindahkan ke kapal tersebut.

Dengan alasan daratan (negara Samoa) masih sangat jauh dan dikhawatirkan adanya penyakit menular yang bisa menjangkiti kru kapal lainnya, kapten kapal memutuskan membuang jenazah Alfatah ke laut tanpa sepengetahuan agen.

Dikonfirmasi TribunEnrekang.com (Grup SURYAMALANG.COM) Minggu (19/1/2020) malam, kabar tersebut dibenarkan keluarga almarhum, Khairil.

Khairil mengatakan, pihak keluarga telah menerima informasi resmi dari kementerian terkait kejadian yang menimpa sepupunya tersebut.

"Iye kak, jelas'mi itu infonya. Dia betul (Alm Alfatah), bahkan kemarin sudah salat jenazah di kampung," ujarnya.

Pelaut Tewas di Kamar Kos

Terdapat bekas sepatu di punggung belakang Handri Tatuwo (30), pelaut yang tewas di kamar kos.

Pelaut asal Manado ditemukan tewas dalam kamar kosnya, Pondok Bude, RW 2, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Makassar, Sabtu (6/4/2019) siang.

Hal itu terlihat saat Tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Polisi terlihat mencocokkan sebuah sepatu dengan bekas pada punggung Handri.

Selain itu, mulut Handri juga mengeluarkan busa.

Kapolsek Tamalate Kompol Arif Amiruddin mengungkapkan, Handri ditemukan dalam kondisi kaku dan sudah tidak bernyawa lagi.

"Untuk tanda-tanda kekerasan sementara kami dalami dulu dan berkoordinasi dengan Dokpol," kata Arif Amiruddin.

Polisi mengamankan KTP dan kopian sertifikat Handri.

Dalam sertifikat itu, Handri merupakan Ahli Tehnika Tingkat V atau Engineer Officer Class V.

Selain itu, polisi juga menemukan ponsel diduga milik Handri yang sudah rusak.

"Ada beberapa barang yang kita amankan sebagai proses penyelidikan, ada Hape di dalam kamar dan dalam kondisi rusak," ujarnya.

Selain itu, polisi juga menemukan layar ponsel I Phone 7 yang dalam kondisi rusak di tempat sampah tidak jauh dari kamar korban.

Keberadaan Handir di Pondok Bude, kata Arif Amiruddin dalam proses menjalani sekolah Pasis (Perwira Siswa) di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Barombong.

"Informasi dari beberapa saksi, almarhum sementara sekolah Pasis, Perwira Siswa 5 kalau tidak salah di BP2IP Barombong," terang Arif Amiruddin.

Pondok Bude dan BP2IP Barombong hanya berjarak sekitar 50 meter.

Ada 37 kamar di kosan berlantai dua itu.

Posisi kamar Handri berada di di lantai dasar.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved