Travelling

Omah Oyot, Inisiatif Warga Mengelola Area Wisata Alam di Kota Batu dengan Omset Miliaran Rupiah

Omah Oyot adalah obyek wisata yang 100 persen dikembangkan oleh warga Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Wisatawan melintasi kebun bunga saat berkunjung ke Omah Oyot. 

SURYAMALANG.COM, BATU – Di Wisata Coban Talun, Bumiaji, Kota Batu, terdapat sembilan wahana.

Satu di antaranya adalah Omah Oyot. Oyot merupakan akronim dari Obyek Wisata Coban Talun.

Banyak yang tidak tahu, ternyata Omah Oyot adalah obyek wisata yang 100 persen dikembangkan oleh warga Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Dengan modal awal Rp 830 juta yang dimulai pada 2017 lalu, kini omsetnya  mencapai Rp 2.5 M.

Perhitungan omzet itu bila dihitung selama dua tahun, mulai 2018 dan 2019. 

Masyarakat yang mengelola obyek wisata ini tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Gotong Royong.

Ketua Kelompok Usaha Bersama Gotong Royong, Suheri saat ditemui di Omah Oyot menceritakan, awal mulanya ia sebagai Ketua RW 15 Dusun Wonorejo, menggerakan warga agar bisa memanfaatkan wisata yang berada di kampung halamannya.

Suheri tidak ingin warga hanya menjadi penontonnya saja.

Ada 5 RT di bawah RW 15. Semua warga diajak oleh Suheri. Awalnya memang sulit karena warga harus mengeluarkan Rp 5 juta untuk bisa membeli saham Omah Oyot.

Suheri pun mengatakan sempat menalangi sejumlah warga agar bisa membeli saham.

“Intinya saya tidak ingin warga hanya menjadi penonton,” kata Suheri, Senin (20/1/2020).

Kemudian terkumpul 90 orang yang bergabung dan menanam 166 saham di Omah Oyot.

Warga pun bekerjasama dengan Perhutani. Mereka memanfaatkan lahan seluas 1.5 ha yang berada di pinggir sungai.

Dari lahan itu, warga mengubahnya menjadi wahana yang memiliki daya tarik bagi pengunjung.

Di dalam Omah Oyot, terdapat sejumlah wahana. Di antaranya seperti taman bunga, spot berfoto, sepeda terbang di atas DAM, perahu bebek, trail, penginapan dan tempat berkemah.

Di Omah Oyot juga terdapat kuliner, yang menjadi andalan adalah berbagai jenis sambal. Ada sambal bawang merah hingga sambal teri.

Sejak dibuka pada 2018 lalu, sudah ribuan orang berkunjung.

Per bulan saja, rata-rata pengunjung bisa mencapai 3000orang.

Di akhir pekan, pengunjung berkisar antara 200 hingga 300 orang.

“Angka itu bisa saja naik karena terkadang yang datang itu kelompok bis-bisan,” ungkap lelaki yang suka ngetrail itu.

Suheri menjelaska, daya tarik di Omah Oyot adalah cuacanya yang sejuk.

Selain itu memang keberadaan taman bunga yang indah. Rata-rata pengunjung berasal dari luar kota.

“85 persen berasal dari Surabaya. Saya kira orang ke sini karena udaranya sejuk,” paparnya.

Pegawai di Omah Oyot juga merupakan warga setempat. Keberadaan Omah Oyot telah bisa membantu warga meningkatkan kesejahteraan.

Sebelum mengelola tempat wisata, Suheri dan beberapa warga lainnya merupakan petani sayur-sayuran.

Kini, setelah mengelola Omah Oyot, kesibukan warga bertambah. Tidak sekadar bertani saja.

Warga yang tidak ikut dalam manajemen pengelolaan Omah Oyot, ada yang membuka warung di sekitar lokasi wisata.

Hal itu memberi dampak positif karena tidak sedikit pengunjung membeli barang yang dijual.

“Ada banyak warga yang membuka warung di sekitar lokasi. Kalau pengunjung datang, mereka membeli makanan atau minuman di warung,” terangnya.

Namun hingga saat ini, omset yang sudah masuk belum bisa dilakukan bagi penghasilan.

Seluruh omset masih diputar untuk kebutuhan pengembangan tempat wisata.

Warga ingin mengembangkan wisata alam di Omah Oyot. Menurut Suheri, potensi wisata alam sangat tinggi dibanding hanya menyandarkan harapan pada pertanian saja.

“Kalau pertanian saat ini potensi rugi karena bisa terkena bencana alam. Misalkan pertanian kami tidak optimal, kan bisa memanfaatkan wisata alam ini. Wisata alam selalu diusukai pengunjung,” terangnay.

Peningkatan wisata dan pendapatan pun mengakibatkan harga saham per lembarnya meningkat.

Saham yang semula senilai Rp 5 juta per lembar, naik menjadi Rp 10 juta per lembar.

Suheri menegaskan, hanya warga sekitar yang bisa membeli saham, bukan warga luar daerah.

Omah Oyot buka mulai pukul 7.00 hingga 17.00 Tarif masuk ke tempat ini senilai Rp 5000.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved