Pemakaman Gus Sholah
Biodata Gus Sholah Pengurus Ponpes Tebuireng Jombang & Tokoh NU, Sebelum Wafat Mimpi Bertemu Gus Dur
Biodata Gus Sholah pengurus Ponpes Tebuireng Jombang dan Tokoh NU, sebelum wafat mimpi bertemu Gus Dur.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Biodata Gus Sholah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang merupakan sosok yang berpengaruh bagi Indonesia.
Runtutan perjalanan hidup dan karir politiknya membuat Gus Sholah banyak dikenang masyarakat Tanah Air.
Sebelum wafat, Gus Sholah sempat bercerita pada putranya Irfan Wahid mimpi bertemu dengan sang kakak, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Presiden ke 4 RI.
Kini KH Salahuddin Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Sholah menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (2/2/2020) malam, setelah mendapat perawatan di RS Jantung Harapan Kita.
Gus Sholah meninggal dunia di usia 77 tahun karena sakit dan meninggalkan seorang istri dan tiga anak.
Gus Sholah sempat menjalani bedah jantung pada Sabtu (1/2/2020) dan menjalani perawatan, namun sayang Allah SWT berkehendak lain.
Gus Sholah Lahir di Jombang, Jawa Timur pada 11 September 1942.
Gus Sholah memiliki latar belakang sebagai lulusan jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).
Gus Sholah juga aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah.
Beberapa organisasi yang aktif diikuti Gus Sholah di antaranya PMII Komisariat ITB (1964-1966), Sekretaris Jenderal DPP Inkindo (1991-1994), dan Ketua Departemen Konsultansi Manajemen Kadin (1994-1998).
Gus Sholah juga turut mendirikan Ikatan Konsultan Manajemen Indonesia (1995), Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Umat (PKU) (1998-Oktober 1999).
Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU (1999), pendiri Yayasan Baitussalam (1982), Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitussalam (1982-1985, 1988-1991).
Gus Sholah juga dikenal sebagai anggota Badan Pengawas Yayasan Baitussalam (1991-1994), pendiri Yayasan Wahid Hasyim (1985), dan Sekretaris Badan Pendiri Yayasan Wahid Hasyim (1999).
Jabatan sebagai ketua PBNU juga pernah ia duduki tahun 1999-2004, dan Ketua Badan Pendiri Yayasan Forum Indonesia Satu (sejak 2000) serta Ketua ICMI tahub 2001-2003.
Dari Komnas HAM hingga cawapres juga pernah dilaluinya. Gus Sholah merupakan Wakil Ketua II Komnas HAM pada 2002-2007.
Kemudian saat pemilu presiden diadakan pada 2004, Gus Sholah pernah diajak Golkar untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Wiranto.
Mimipi Bertemu Gus Dur
Putra Almarhum Gus Sholah, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau akrab disapa Ipang Wahid mengatakan almarhum ayahnya sempat bercerita soal mimpi bertemu almarhum kakaknya, Gus Dur dan ibunya beberapa hari sebelum wafat.
Tidak hanya itu, Ipang juga mengatakan ayahnya sempat bermimpi bertemu dengan kerabat-kerabatnya yang telah wafat sebelumnya.
Hal itu disampaikan Ipang di rumah duka di kawasan Jakarta Selatan pada Senin (3/3/2020) dini hari.
"Yang sudah kita rasakan adalah seperti lazimnya orang-orang yang mau meninggal, beberapa hari sebelumnya dia bilang kok saya ketemu sama ibu saya ya. Terus antara mimpi atau nggak, saya melihat ada Gus Dur di situ, saya melihat ada kerabat-kerabat yang sudah meninggal disitu. Terus beliau cerita ada banyak orang datang ke saya mengucapkan selamat. Jadi dalam entah dalam mimpi dalam bayangan beliau itu adalah isyaratnya," kata Ipang.

Ipang mengatakan, ayahnya juga masih sempat membicarakan terkait Tebuireng sebelum wafat.
Tidak hanya itu, ayahnya pun sempat mengungkapkan ingin menonton film tentang NU dan Muhammadiyah yakni Jejak Langkah Dua Ulama.
"Sampai beliau berpikir kapan saya bisa melihat preview film ini. Ayo kita hari Senin atau Selasa dan kami tadi pagi melihat film tersebut tanpa ada beliau," kata Ipang.
Gus Sholah di mata Cak Nun
Tokoh masyarakat, ulama, sekaligus sahabat Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, KH Almarhum Salahuddin Wahid (Gus Solah), Emha Ainun Nadhib atau akrab disapa Cak Nun mengungkapkan cita-cita terakhir Gus Solah.
Cak Nun mengatakan terakhir bertemu dengan almarhum Gus Solah di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur pada 1 November 2019.
Dalam pertemuan itu, Gus Solah menyampaikan padanya bahwa cita-cita terakhirnya sebelum wafat adalah untuk mengawal muktamar Nahdlatul Ulama agar bebas dari money politic atau politik uang
"Gus Solah itu cita-cita terakhirnya sebelum wafat adalah ingin mengawal Muktamar NU diusahakan supaya bebas dari money politic. Itu cita-citanya Gus Solah sebelum meninggal. Jadi muktamar NU yang berlangsung bersih sebagaimana khittahnya dulu," kata Cak Nun usai melayat Gus Solah di rumah duka di Jakarta Selatan pada Senin (3/1/2020) dini hari.
Sebelumnya, lantunan tahlil menyambut kedatangan jenazah Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, KH Almarhum Salahuddin Wahid (Gus Solah) di rumah duka di Kawasan Kapten Tendean Jakarta Selatan pada Minggu (2/2/2020) malam.
Gus Sholah di Mata Mendagri Tito Karnavian
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menceritakan kedekatan keluarganya dengan Salahuddin Wahid alias Gus Sholah semasa hidup.
Bahkan, ia menceritakan rumah sakit tempat Gus Sholah dirawat, RS Harapan Kita, dipimpin oleh adik kandungnya.
"Sebulan lalu saya datang besuk ke rumah sakit jantung harapan kita. Karena kebetulan direktur harapan kita itu adik kandung saya. Jadi saya dapat informasi saya langsung datang," kata Tito usai takziah di rumah duka Gus Sholah di Jalan Bangka, Tendean, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).

Diungkapkan Tito, Gus Sholah masih dalam kondisi yang sehat saat pertemuannya terakhir pada bulan lalu.
Bahkan, ia berbicara banyak soal kenegaraan dan tentang penyakit Gus Sholah saat itu.
"Saat itu kondisi beliau dalam cukup bagus. berbicara dengan normal, kita ngobrol hampir dua jam mungkin," ungkap dia.
Tak hanya itu, Tito mengaku kerap berdiskusi dengan Gus Sholah di pesantrennya di Tebuireng pada tahun lalu.
Sebab, ia menyebutkan, kakeknya ialah merupakan santri Tebuireng.
"Saya sempat ke kediaman beliau di Tebuireng. Kebetulan saya juga napak tilas almarhum kakek saya, karena almarhum kakek saya itu Saleh Mualim itu santri Tebuireng orang Surabaya. Almarhum bapak saya juga pernah ketemu beliau di Tebuireng," tuturnya.
Eks Kapolri itu mengenang Gus Sholah sebagai pribadi yang sederhana dan kritis menanggapi isu kenegaraan.
"Saya lihat pribadi beliau adalah pribadi yang sederhana, kemudian terus terang, sangat baik hati dan juga kritis. Saya juga kadang-kadang dikritik oleh beliau dan saya juga berterima kasih," tandasnya.
Tiba di Rumah Duka
Jenazah Gus Sholah tiba di rumah duka pukul 23.48 WIB.
Tampak sejumlah pelayat mengerumuni ketika jenazah Gus Solah dibawa masuk ke dalam rumah duka.
Pelayat yang berada di kediaman Gus Solah tersebut tampak berasal dari kalangan santri, ulama, tokoh masyarakat, dan pejabat negara.
"Mohon kepada para pelayat untuk melaksanakan salat jenazah secara tertib dan bergantian," kata seseorang menyampaikan pengumuman lewat pengeras suara.
Sejumlah karpet pun digelar di halaman rumah duka.
Para pelayat juga telah siap melaksanakan salat jenazah.
"Mohon dengan segala hormah para jemaah untuk mundur dan duduk terlebih dahulu. Kita akan memulai dengan salat jenazah terlebih dulu," kata seseorang lewat pengeras suara.