Tangis Nada Fedulla Cerita Detik-detik Putus Sekolah, Dipaksa Ayahnya Ikut ISIS: Saya Lelah di Sini
Tangis Nada Fedulla cerita detik-detik putus sekolah, dipaksa ayahnya ikut ISIS: saya lelah di sini.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Tangis Nada Fedulla cerita detik-detik putus sekolah akibat dipaksa ayahnya Ikut ISIS menuai cerita panjang.
Nada Fedulla, gadis remaja itu mengaku sangat lelah dan sedih berada di wilayah konflik Suriah sejak tahun 2015.
Dari pengakuan Nada Fedulla ia tidak tahu jika ayahnya adalah seorang teroris paling kejam saat ini.
Melansir dari kantor berita BBC tayang di youtube BBC News Indonesia (5/2/2020), Nada Fedulla meneteskan air mata saat menceritakan kronologi dirinya menginjakkan kaki di Suriah.

Pertanyaan pertama dilontarkan oleh jurnalis BBC, "apakah kamu memaafkan ayahmu?"
Sambil menahan air mata yang terlihat akan menetes di matanya, Nada menjawab ia memaafkan perbuatan ayahnya selama ini.
"Ya, Karena dia juga manusia. Semua manusia bisa berbuat kesalahan," ujar remaja perempuan asal Indonesia tersebut.
Nada Fedulla ikut dihukum karena dosa-dosa sang ayah yang menjadi mantan kombatan ISIS di Suriah.
Ayah Nada membawa keluarganya termasuk sang nenek ke tempat konflik di Suriah pada tahun 2015 silam.
Saat itu dirinya masih duduk di bangku Pendidikan dan memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter.
Namun impiannya sirna, saat tiba-tiba sang ayah memintanya untuk berhenti bersekolah dan mengikuti sang ayah ke tempat yang jauh.

Bahkan anak anggota ISIS itu tak tahu sang ayah termasuk salah satu teroris yang paling berbahaya di dunia saat ini.
"Sebelumnya, saya tidak tahu ayah akan membawa kami ke sini," sebut Nada saat ditanya mengenai kemana sang ayah akan membawa dirinya pada tahun 2015 silam.
Saat dirinya mengetahui sang ayah menghabiskan harta benda di Indonesia untuk modal datang ke Suriah dan bergabung dengan organisasi teroris ISIS, Nada pun terpukul.
Namun dirinya tak bisa berbuat banyak, bahkan anggota keluarga yang lain pun sama dengan dirinya yang tak bisa berbuat banyak.
Ternyata pilihan sang ayah memang salah, keluarga kecil itu dibawa ke situasi dimana banyak orang dipenggal di tengah jalan dan masih ada ribuan kekejaman yang lain.
Melihat pilihan yang telah ditempuh ayahnya adalah sebuah kesalahan, ia pun sempat meminta maaf pada Nada Fedulla namun tetap saja tak merubah apapun.
Kini Sang ayah telah dipenjara atas keikut sertaannya sebagai anggota teroris ISIS di sana.
Melansir dari Youtube BBC News Indonesia, "Ini adalah hal gila yang pernah saya lakukan dalam hidup saya,"
"Saya membawa seluruh keluarga saya ke Suriah," tandas Ayah Nada saat diwawancarai BBC News dari balik jeruji besi.
Kini Arief Fedulla telah mengakui kesalahannya memberikan segala yang ia punya termasuk harta benda dan keluarga untuk datang dan ikut serta di dalam organisasi terlarang ini.
Saat ditanya oleh wartawan, "apakah pemerintah Indonesia dan rakyat Indonesia akan membawamu pulang?"
Arief Fedulla pun hanya terpaku dan terdiam sesaat mengingat segala perbuatan yang telah ia lakukan hampir 3 tahun terakhir.
Dirinya mengaku tak mengetahui atas hal tersebut.
"Tidak ada satu orang pun dari Indonesia yang mendatangi saya dan berbicara dengan saya. Tidak ada satu orang pun," ujar Arief Fedulla.

Kini nasib satu keluarga termasuk terduga teroris dan keluarganya itu tak mengetahui apa yang harus ia lakukan di sana.
Bahkan status kewarganegaraannya pun mereka tak tahu masih dianggap sebagai WNI ataupun akan segera dicabut seperti wacana yang santer terdengar.
Nada Fedulla hanya salah satu dari banyak gadis dan anak-anak yang menjadi korban perbuatan orang tua mereka.
Bocah-bocah yang kemungkinan ada puluhan atau bahkan ratusan itu menunggu jawaban dari Istana mengenai keadaan mereka kedepan dan status mereka.
Pertanyaan terakhir yang diajukan oleh wartawan BBC pada Nada, "Apa Kamu Ingin Pulang (ke Indonesia) ?"
Dengan berlinang air mata gadis remaja itu menjawab dengan cepat, "Ya, Saya sangat lelah di sini. Jadi... saya akan sangat berterima kasih jika ada orang yang..."
"Memaafkanmu?" tambah wartawan BBC.
"Ya," jawab Nada Fedulla sambil menangis dan mengusap air mata.
Tanggapan Jokowi
Di sisi lain, menanggapi pertanyaan wartawan terkait wacana pemulangan warga negara Indonesia yang diduga sebagai foreign terrorist fighter (FTF), Presiden Jokowi tak memberikan angin segar.
Sebab, Presiden Indonesia itu memberikan respon dingin melalui cuitan di Twitter pribadinya, Kamis (6/2/2020).
“Kalau saya saja sih, ya saya akan bilang tidak. Tapi tentu saja, ini masih akan dibahas dalam rapat terbatas.”
Kicauan yang diunggah Jokowi pukul 09.04 WIB itu telah dibagikan ulang sebanyak 470 kali dan disukai lebih dari 2.200 orang.
Netizen pun ramai mengomentari cuitan tersebut, dan kebanyakan dari mereka menolak eks terduga teroris untuk dipulangkan ke tanah air.
Hal tersebut mereka ungkap lantaran khawatir akan membahayakan kondisi keamanan negara.
Seperti komentar dari @sanguan_saeutik, 'Untuk mengambil keputusan seperti ini saja perlu dibahas berkali-kali, padahal kasus lama. Saran saya pak, jangan dipulangkan. Kalau mereka berulah di Tanah Air, siapa yang tanggung jawab? Mau lempar batu sembunyi tangan? Atau harus ada korban lagi agar kita belajar?'.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam), setidaknya ada 660 WNI yang diduga menjadi teroris lintas batas.
Di Indonesia foreign terrorist fighter (FTF) dikenal juga sebagai teroris lintas batas.
Banyak di antara mereka yang membakar paspor Indonesia dan hengkang ke sejumlah negara, terutama di Timur Tengah.
Tanggapan Mahfud MD
Sejalan dengan Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD juga tak setuju Warga Negara Indonesia (WNI) eks Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dipulangkan ke Indonesia.
Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah kanal YouTube KompasTV, Kamis (6/2/2020).
Mahfud menyebut kalau pemerintah belum memutuskan apakah akan memulangkan WNI eks ISIS tersebut.
Menurutnya, pemulangan WNI harus diperhatikan dengan berdasarkan pada manfaat serta mudaratnya.
Mahfud mengatakan para WNI tersebut bisa menjadi virus yang menyebarkan paham radikalnya di Indonesia.
"Mulai dari mudaratnya kalau dipulangkan itu nanti bisa menjadi masalah disini, bisa menjadi virus baru bagi terorisme."
"Karena jelas jelas dia pergi ke sana untuk menjadi teroris," jelas Mahfud MD di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (5/2/2020).
Lebih lanjut, ia menyampaikan para WNI eks ISIS ini harus mengikuti deradikalisasi terlebih dahulu jika ingin dipulangkan ke Indonesia.
Sementara, Mahfud menambahkan proses radikalisasi tersebut membutuhkan waktu.
"Kalau nanti habis deradikalisasi diterjunkan ke masyarakat nanti bisa kambuh lagi, kenapa? Karena di tengah masyarakat nanti dia diisolasi, dijauhi. Kalau dijauhi nanti dia jadi teroris lagi kan," kata Mahfud.
Selain itu, Mahfud juga menyebut para WNI punya hak untuk tidak kehilangan status kewarganegaraan
Sehingga, Mahfud berujar pemerintah sedang mencari formula yang sesuai mulai dari aspek hukum dan konstitusi menyikapi para WNI Eks ISIS tersebut.