Nasional
Fasilitas Mewah Karantina WNI di Natuna Pasca Pulang dari Kota Asal Virus Corona, Bak Tidur di Hotel
Fasilitas Mewah Karantina WNI di Natuna Pasca Pulang dari Kota Asal Virus Corona, Bak Tidur di Hotel
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Fasilitas mewah diterima oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalani karantina di Pulau Natuna paska pulang dari kota asal virus corona, Wuhan China.
Para WNI ini harus melewati dua minggu karantina setelah pulang dari Kota Wuhan untuk memastikan jika mereka tidak tertular wabah virus corona.
Saat tinggal dan dikarantina di Natura ternyata para WNI ini menerima fasilitas mewah bak tidur di hotel.

MasA observasi dan karantina yang harus dijalani 238 WNI yang pulang dari Wuhan China telah berakhir pada Sabtu (15/2/2020) kemarin.
Tak hanya para WNI, namun juga 47 tim yang ikut menjemput dan tim medis juga ikut dikarantina.
Saat berada di karantina, menu makanan mereka terus diperhatikan, mulai dari menu sarapan, makan siang, hingga makan malam, serta asupan vitamin.
Melansir dari Kompas.com dalam berita berjudul "Cerita WNI di Natuna Sehari Jelang Dipulangkan: Makanan Enak, Tidur Serasa di Hotel Bintang 5" ada sebuah video yang diterima dari staf Humas Kementerian Kesehatan RI, Dede Lukman.
Dalam video berdurasi 2 menit 17 detik tersebut memperlihatkan kehodupan para WNI saat dikarantina di Natuna.
Dalam video yang direkam oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Budi Sylvana MARS menceritakan, dua orang WNI dari Wuhan tampak sedang asyik menikmati sarapannya, yakni Fico dan Elfi.
Fico, salah satu WNI dari Wuhan yang menjalani karantina di Hanggar Lanud Raden Sadjad Ranai, mengaku sangat berterima kasih atas apa yang didapatkan dirinya selama berada di lokasi karantina ini.
1. Menu Makanan Enak
Sebab, tidak saja fasilitas tempat tinggal yang selalu diperhatikan kebersihan dan kesehatannya, bahkan menu makanan sehari-hari juga diperhatikan, mulai dari sarapan hingga makan malam, sampai asupan vitaminnya.
"Saya sangat berterima kasih sekali karena semua keperluan kami selama di karantina sangat diperhatikan," kata Fico seperti dalam video tersebut, Jumat (14/2/2020).

Fico juga memaparkan menu sarapan yang dikonsumsinya, yakni sosis goreng, tempe goreng, serta daging sapi plus sayur yang dicampur dengan mi goreng.
"Setiap hari menu sarapan mantap-mantap, belum lagi menu makan siang dan makan malamnya, lebih mantap lagi," ceritanya.
Fico juga nengaku semua menunya enak dan pas di lidahnya, bahkan dia selalu ingin menambah makanan, baik sarapan maupun saat makan malam.
2. Bak Tidur di Hotel Berbintang
Senada juga diungkapkan Elfi, WNI lainnya yang juga mengaku sangat cocok dengan menu yang diberikan, mulai dari sarapan hingga makan malam.
Elfi bahkan mengaku tidak pernah mendapatkan seperti ini, meski berada di lokasi karantina dan tidur di hanggar, tetapi terasa berada di hotel bintang lima.
"Sangat sangat luar biasa, terima kasih masyarakat Natuna, terima kasih tim Kemenkes dan TNI, dan terima kasih juga kepada Pemerintah Indonesia," ungkapnya.
"Yang pasti setiap hari menu makannya empat sehat lima sempurna," serunya seraya tersenyum.
Dalam video tersebut, Fico dan Elfi juga mengatakan bahwa Natuna memiliki makanan khas, yaitu cumi segar yang selalu mereka dapatkan dalam menu makan siang dan makan malam.
3. Dijemput Banyak Pejabat

Sebelumnya, skema pemulangan sudah diputuskan bahwa observasi WNI dari Wuhan yang saat ini tinggal di Natuna berakhir pada Sabtu (15/2/2020) pukul 12.00 WIB.
Artinya, hari Sabtu pagi adalah pengecekan kesehatan terakhir, setelah itu menyiapkan mereka untuk diterbangkan ke Jakarta.
Bahkan rencananya, Menkes, Menko PMK, Kepala BNPB, dan beberapa pejabat lain akan ikut menjemput ke Kabupaten Natuna.
Sebelum warga yang diobservasi diberangkatkan ke Jakarta, tentunya terlebih dahulu akan dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Baru setelah pukul 12.00 WIB atau setelah makan siang, mereka bisa diberangkatkan menuju ke Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Direncanakan, akan ada prosesi kecil pelepasan warga yang diobservasi di Bandara Natuna menuju Jakarta. Saat mereka tiba di Jakarta akan disambut oleh Komisi IX DPR RI dan perwakilan pemerintah daerah.
Indonesia Tak Mampu Deteksi Virus Corona?
Belum adanya laporan virus corona di Indonesia, membuat WHO hingga ahli kesehatan dunia mencurigai ketidakmampuan Indonesia mendeteksi virus tersebut.
Benarkah demikian?
Sejak virus corona merebak di kota Wuhan, China pada akhir tahun 2019, hingga saat ini Indonesia masih negatif dari Novel coronavirus atau Covid-19.
Tetapi hal ini justru menimbulkan beragam isu dan pertanyaan di masyarakat.
Terutama mengenai apakah peralatan medis di Indonesia sendiri mampu dalam mendeteksi keberadaan virus ini?
"Kemampuan deteksi itu kita sudah ada, sudah dari bulan Januari digunakan," tegas Prof Herawati Supolo Sudoyo, Deputi Fundamental Eijkman Institute, dalam acara Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV : Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia, Jakarta, Rabu (12/2/2020) dikutip dari Kompas.com dalam berita berjudul "Indonesia Masih Negatif Virus Corona, Benarkah Tak Mampu Deteksi?".

Cara mendeteksi Covid-19 yang dilakukan di laboratorium Indonesia sudah sesuai dengan standar prosedur dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sampel darah dari pasien terduga terinfeksi virus corona ini akan diambil petugas medis untuk dites di laboratorium.
Kata Herawati, selama ini Indonesia telah melakukan tes laboratorium yang membutuhkan waktu setidaknya dua hari atau lebih.
Langkah pengujian atau deteksi tersebut sudah dilakukan Indonesia sejak tahun 2015, khususnya di Lembaga Eijkman sendiri.
Kit baru untuk mempercepat tes Covid-19
Diakui dia, perihal adanya kit yang baru dan ditunggu kedatangannya di Indonesia, sempat menjadi isu yang keliru paham oleh masyarakat.
"Yang disebut kit baru itu, biar kita dapat hasil tes deteksinya cepat, jadi kita tidak lagi butuh waktu lama deteksi Covid-19 ini. Kit baru itulah yang disalah artikan kita tidak punya kemampuan," kata dia.
Kit deteksi baru dalam menangani kasus Covid-19 ini bertujuan agar petugas medis dapat langsung mendeteksi bahkan dalam hitungan jam dalam sehari.
Oleh sebab itu, kata dia, yang diinginkan oleh banyak pihak yakni terkait dengan beragam indikasi dari penyebaran Covid-19 dan isu yang beredar di masyarakat adalah kolaborasi antar elemen disiplin ilmu dan lembaga.
Untuk mengantisipasi gagalnya komunikasi risiko bencana dari Covid-19 adalah dengan bersatu dalam mendeteksi Covid-19 itu sendiri.
Selain itu, kata Herawati, upaya tersebut dilakukan agar masyarakat memahami risiko dari Covid-19 ini jika sampai mewabah di negara sendiri.
"Kalau ada yang bertanya Indonesia mampu atau tidak (deteksi virus corona Covid-19)? Indonesia mampu," sambung Herawati.