Berita Blitar

Alasan Massa Demo Bawa Kotoran Sapi ke Gedung DPRD Blitar, terkait Investasi Pemkab Akui Hati-hati

Para pendemo melakukan aksi treatrikal di gedung DPRD Kabupaten Blitar, dengan memegang kotoran sapi, sebagai simbol tercemarnya sungai.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
surya.co.id/imam taufiq
Para pendemo melakukan aksi treatrikal di gedung DPRD Kabupaten Blitar dengan memegang kotoran sapi, sebagai simbol tercemarnya sungai. 

SURYA.co.id | BLITAR - Pemkab Blitar dianggap lamban terkait penanganan dugaan pencemaran sungai akhirnya memancing reaksi para mahasiswa untuk melakukan protes.

Mereka yang berasal dari berbagai kampus di Kota/Kabupaten Blitar, mendatangi gedung DPRD setempat dengan membawa tletong (kotoran sapi) sebagai simbol sumber pencemaran, Kamis (27/2) siang.

Dalam aksinya, mereka tak hanya berorasi, namun juga melakukan aksi teatrikal.

Di antaranya, ada yang memakai seragam sekolah bocah SD, dan ada yang mengenakan pakaian petani, seperti pakai caping.

Mereka duduk bersimpuh di depan pintu masuk gedung dewan, dengan memegang tletong, yang berbau badek tersebut.

"Ini lah Pak dewan, nasib kami. Setiap hari harus berjibaku (melawan) bau tletong, yang masuk ke kampung kami," teriak pendemo sambil memegang kotoran sapi, yang berbau itu.

"Anak-anak sekolah maupun yang berada di tegalan, juga tak kuat menahan bau tletong, berasal dari PT Greenfields," imbuhnya.

Pabrik susu, di desa kami (Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi tersebut diduga menjadi sumber penyebab pencemaran sungai mereka.

Selain melakukan aksi treatrikal, pendemo juga membentangkan poster yang berisi protes.

Isinya, di antaranya, jangan korbankan kesehatan kami demi bisnimu, polusi bukan bencana tapi kejahatan.

Tak hanya itu, mereka juga cukup kreatif karena juga diselingi membaca puisi. Isinya, tak hanya protes namun juga cukup menyentuh hati, hingga membuat anggota dewan, yang menemuinya, sampai meneteskan air mata.

Tak terkecuali, anggota Polres Blitar, yang menjaga demo itu juga tak kuasa menahan air matanya.

Terutama ketika dibacakan bait puisi, yang berisi, "jangan kau gadaikan masa depan anak bangsa dengan bisnismu".

"Kami setiap hari, makan dan belajar berdampingan dengan kotoran sapi. Kamu enak, yang menikmati susunya (hasilnya), kami yang menikmati baunya," itu lah isi bait puisi yang dibacakan oleh, Zakia, hingga membuat semua orang di lokasi itu menangis.

Lima anggota dewan yang tak kuat menahan tangis itu, di antaranya, Sugianto, Ketua Komisi III, dan anggotanya, Panoto, Adib Jamhari, Edi Sutikno, dan Andika.

"Kami terharu melihat nasib mereka, apalagi sampai ditungkan dalam bait puisi. Akhirnya, kami harus menangis karena kasihan melihat nasibnya. Sementara, pemkab sampai kini lamban karena tak melakukan tindakan apapun terhadap perusahaan yang telah mencemari lingkungan tersebut," papar politisi asal Partai Gerindra.

Bahkan, lanjut dia, jika sampai perusahaan yang memelihara sapi sebanyak 7.500 ekor itu, kembali membuang limbahnya ke sungai, anggota dewan tak akan diam.

Katanya, dirinya siap bergabung bersama mahasiswa dan ribuan warga, untuk mendatangi PT Greenfields yang ada di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi.

"Kami punya massa bukan ratusan namun ribuan. Kalau sampai ada pencemaran lagi seperti kemarin, masyarakat bakal tak terima. Sebab, perusahaan itu, sudah dianggap tak bisa diajak kompromi karena menyepelekan nasib rakyat," tegasnya.

Begitu juga Adib Jamhari, anggota Komisi III dari PKB, juga tak kalah keras. Ia memberikan semangat pada pendemo itu, agar mengawal kasus dugaan pencemaran sungai, yang dipenuhi dengan kotoran sapi tersebut.

"Jika sampai kembali mencemari, kami bersama kalian semua, dan warga yang terdampak, sudah siap bergerak. Kami berjanji tak akan ada kongkalikong dengan pabrik itu," tegasnya.

Fathur Rahman, koordinator pendemo, mengatakan, dirinya sampai berdemo seperti itu karena tak tega melihat rakyat, yang jadi korban keangkuhan pengusaha.

Meski sudah tahu kalau tiap hari, masyarakat itu bergelut dengan bau kotoran sapi, namun pabrik pengelolaan susu itu seperti tak merasa bersalah.

"Karena dapat keluhan seperti itu, kami tak tega dan langsung berdemo. Bahkan, kami siap mengawalnya, sampai ada tindakan tegas dari pemkab. Namun, kalau pemkab tak tegas, ya kami berdemo lagi," tegas mahasiswa Unisba (Universitas Islam Balitar) ini.

Sedang Kepala Inspektorat Pemkab Blitar membantah pihaknya tak bertindak.

Pemkab sudah mengancam akan membekukan izinnya jika terjadi pencemaran sungai kembali.

Cuma, tak bisa grusa-grusu karena itu terkait investasi besar.

"Jangka pendeknya, saat ini Greenfields sudah membikin lagun (semacam kolam penampungan limbah) dengan ukuran lebih besar, agar tak sampai mengalir ke sungai," paparnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved