Travelling

Kopi Aroma Apel Khas Kota Batu Ini Namanya Kopi Siman, Hasil Perpaduan Kebun Apel dan Kopi Bumiaji

Kopi-kopi itu tumbuh subur di antara pohon-pohon apel. Warnanya masih hijau. Di pohon apel, juga mulai berbuah, apel-apel kecil mulai bermunculan.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Oktavian Dwi Suhermanto di kebun kopi yang menjadi satu dengan kebun apel miliknya. Dari sinilah biji Kopi Siman diproduksi. 

Untuk harga produk kopi bubuknya ada 2 yaitu 100 Gram harganya Rp 20 ribuan, 200 Gram harganya Rp.40.000.

Sedangkan untuk produk olahan green bean, harganya mencapai Rp.350.000 per 5 Kg-nya. 

“Biasanya kami memanen kopi ini selama satu tahun menghasilkan sekitar 600 Kg lebih dengan luas lahan 10 hektar milik petani yang tergabung dari Kelompok Tani Sri Makmur. Dari hasil panen tersebut kita olah dan kemas menjadi produk olahan yang kami beri nama Kopi Siman,” jelasnya.

Omset yang didapat dalam sebulan bisa mencapai RP 4 juta. Pendapatan itu dinilai masih cukup ideal. Bahkan bisa melunasi hutang Rp 10 juta yang digunakan untuk memodali usahanya di awal.

Herman menjelaskan penanaman kopi yang ia lakukan terbagi menjadi 2 tahap yakni tahap hulu dan hilir.

Pada tahap hulu meliputi penanaman, perawatan, pengendalian hama, pemanenan, hingga proses pasca panen. Sedangkan untuk tahap hilir meliputi roasting atau penggorengan kopi, penumbukan, hingga pengemasan produk.

Lebih jelasnya dalam tahap penanaman, biasanya dilakukan saat bulan basah atau lebih tepatnya saat musim hujan. Setelah melakukan penanaman, kemudian dilakukan perawatan dengan cara pruning/ wiwil istilah yang digunakan untuk memperbaiki dan mengatur arah cabang kopi.

Selain itu juga ada pengendalian hama tanaman. Biasanya tanaman kopi mengalami penyakit hama trips hitam dan Hemilia Vastratrix (Karat daun). Untuk mencegah hama tersebut, dilakukan dengan cara pemberian pupuk kandang, baik itu pupuk kandang cair maupun padat.

“Pemberian pupuk tidak boleh telat. Dalam setahun hanya sekali saja diberi pupuk, yakni ketika musim kemarau,” terangnya pria kelahiran 23 Oktober 1996 ini.

Usai melakukan pengendalian hama tanaman, dilakukan proses pemanenan yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Biasanya dalam pemanenan kopi ini, menghasilkan sebanyak 8 Kg glondong basah yang masih berbentuk buah merah. Setelah itu, dilakukan proses pasca panen yang meliputi proses basah dan kering (proses natural dan proses wos).

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved