Penanganan Virus Corona di Malang
Ternyata SARS dan DBD Lebih Mematikan dari Virus Corona
Ternyata SARS dan Demam Berdarah (DBD) lebih mematikan daripada virus corona.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Ternyata SARS dan Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih mematikan daripada virus corona.
Tapi, tingkat penularan virus corona atau Covid-19 lebih cepat.
Wakil Direktur Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, dr Syaifullah Asmiragani menyampaikan meskipun penularan Covid-19 begitu cepat, namun dalam jangka panjang tidak begitu fatal seperti SARS.
Kondisi pasien Covid-19 bisa semakin membaik apabila tingkat imunitas tubuh pasien membaik.
Biasanya, kata dr Syaifullah Covid-19 ini menyerang paru-paru.
Tetapi virus lain di dalam tubuh itulah yang biasanya membuat kondisi pasien semakin memburuk.
"Apotek paling besar ada di dalam tubuh manusia. Jadi tubuh ini bisa memproduksi antibodi dalam tubuh," ucap Syaifullah kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (19/3/2020).
Pria yang juga pernah membantu penanganan SARS di Singapura itu menceritakan pengalamannya ketika menangani pasien di sana.
Menurutnya, masyarakat Singapura tidak panik ketika SARS melanda.
Warga hanya meningkatkan kewaspadaan meskipun tetap merasa ketakutan.
"Sebenarnya masyarakat kita kurang pemahaman terkait dengan wabah seperti ini. Jadi kami minta agar mereka tidak cemas," ucapnya.
Menurutnya, saat ini Indonesia mengalami kejadian sama seperti di Italia pada saat awal merebaknya Covid-19.
Dia berharap semoga kasus Covid-19 ini bisa segera selesai.
"Bisa dibilang di Italia sekarang mengalami gelombang pertama virus corona seperti di Tiongkok."
"Sekarang Tiongkok mengalami gelombang kedua. Tapi kami tidak tahu berhentinya nanti di mana. Semoga bisa segera berhenti," ucapnya.
Humas Tim Satgas Covid-19 Kota Malang, dr Husnul Muarif mengakui angka kematian Covid-19 lebih kecil dibandingkan dengan DBD.
Untuk kasus DBD di Kota Malang saja pada Maret 2020 ini sudah mencapai 30 kasus.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Maret 2019 lalu yang mencapai angka 68 kasus.
"Selain Covid-19, DBD ini juga perlu diwaspadai. Sudah ada sembilan kasus selama Januari 2020, dan ada 12 kasus selama Februari 2020."
"Ini terus mengalami peningkatan meskipun menurun drastis dibandingkan tahun 2019 lalu," ucap Husnul.
Rata-rata, DBD ini menyerang anak-anak dan remaja di Kota Malang yang memasuki usia 9-28 tahun.
Untuk itu, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Malang meminta masyarakat untuk tetap waspada.
Dia mengimbau masyarakat agar mulai melakukan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari.
Kemudian mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayur dan buah-buahan.
"Masyarakat harus tetap tenang dan waspada. Anjurannya kalau merasa tidak enak badan, dan merasa sesuatu yang lain silahkan pergi ke layanan kesehatan seperti puskesmas terdekat," tandasnya.