Penanganan Virus Corona di Malang
Tangkal Virus Corona Dengan Bahagia dan Berpikir Positif, Ini Tips Dari Pakar Kesehatan Mental UB
Dr Sumi Lestari SPsi MSi, pakar kesehatan mental Universitas Brawijaya (UB) menyatakan pencegahan virus Corona dimulai dari diri sendiri.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Penyebaran virus corona, covid-19 di Indonesia yang makin meluas berikut dengan beragam kabar penyertanya, dipungkiri atau tidak akan membebani mayoritas warga Indonesia.
Meski demikian warga Indonesia diharapkan untuk tetap kuat dan selalu menjaga diri, termasuk menjaga kesehatan mental.
Dr Sumi Lestari SPsi MSi, pakar kesehatan mental Universitas Brawijaya (UB) menyatakan pencegahan virus Corona dimulai dari diri sendiri.
• Nongkrong Berkerumun di Warkop Akan Dibubarkan TNI dan Polri, Kapolda Jatim Peringatkan Warga
• UPDATE Kasus Corona Covid-19 Jatim, Jumlah ODP Jatim Tembus Angka 1.405 Orang, PDP Capai 125 Orang
• Rumah Ayu Ting Ting Dilempar Pembalut dan Celana Dalam, Katanya Orang Gila, Mbah Mijan Sebut Santet
Yaitu dengan berpikir positif, terus berbahagai dan diimbangi dengan mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang, olahraga, menjaga kebersihan termasuk sering cuci tangan.
"Saat diri seseorang bahagia, maka tubuh akan memproduksi interferon-protein yang berfungsi melawan virus dan dapat membentuk imunitas," jelas Sumi, Senin (23/3/2020).
Maka untuk memunculkan rasa bahagia itu, dengan selalu bersyukur.
Dikatakan, kunci bahagia itu akan muncul pada diri ketika kita mampu bersyukur.
Dengan memiliki rasa itu, maka akan timbul rasa tenang, nyaman, damai dan bahagia.
Ditambahkan, rasa syukur yang ada di dalam diri manusia akan mampu meminimalisir emosi negatif.
Seperti cemas, panik, khawatir, takut dan gelisah.
Sebagai gantinya, akan muncul emosi positif yaitu tentram, nyaman dan damai.
"Dengan bersyukur maka individu tidak merasa takut dengan cobaan. Karena yakin akan adanya jalan keluar dari masalah yang dihadapi," tambahnya.
Dengan adanya Covid-19, membuat ada social distacing. Memang dampak dari pembatasan interaksi akan membuat seseorang menjadi merasa kesepian, kehilangan hingga dampak pada perubahan mood.
Namun ini untuk kebaikkan. Di sisi lain, untuk mendapatkan energi positif, masyarakat juga diminta bijak dalam memilih sumber informasi yang valid.
Sebab banyak informasi hoaks tersebar dan tidak dapat dikontrol karena masyarakat dengan mudah menyampaikan sesuatu lewat media sosialnya.
Selain mengontrol diri pada informasi, banyak berdoa dan patuh terhadap himbauan pemerintah seperti tinggal di rumah, bekerja di rumah selama 14 hari diharapkan bisa memutus mata rantai Covid-19 ini.