Rona Bahagia Dokter Handoko Pulang Setelah Sehat dari Virus Corona, Bandingkan dengan Tahanan KPK

Rona Bahagia Dokter Handoko Pulang Setelah Sehat dari Virus Corona, Bandingkan dengan Tahanan KPK

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Tribunnews.com
Rona Bahagia Dokter Handoko Pulang Setelah Sehat dari Virus Corona, Bandingkan dengan Tahanan KPK 

SURYAMALANG.COM - Rona bahagia terpancar dari wajah Dokter Handoko Guawan yang bisa pulang setelah sehat dari virus corona

Dokter berusia 80 tahun tersebut sebelumnya menjad pasien suspek virus corona atau Covid-19 dan menjalani masa isolasi selama 14 hari.

Setelah menjalankan isolasi dan perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP), Jakarta Timur, dokter Handoko akhirnya sudah diperbolehkan pulang pada Selasa (24/3/2020) sore.

Meski sempat mengalami demam tinggi dan sesak nafas, hasil pemeriksaan Dokter Handoko Gunawan setelah menjalani 14 hari isolasi dan perawatan intensif menyatakan negatif virus Corona.

Rona Bahagia Dokter Handoko Pulang Setelah Sehat dari Virus Corona, Bandingkan dengan Tahanan KPK
Rona Bahagia Dokter Handoko Pulang Setelah Sehat dari Virus Corona, Bandingkan dengan Tahanan KPK (Suryamalang.com/kolase twitter Kirana Larasati)

Dokter Handoko Gunawan negatif virus corona.

Dokter spesialis penyakit paru RS Graha Kedoya berusia 80 tahun ini senang dengan hasil tersebut.

Kesenangannya diluapkan dengan langsung pulang ke rumahnya di kawasan Jelambar, Grogol, Petamburan, Jakarta Barat menaiki sebuah taksi.

Kepada Tribun dokter Handoko Gunawan menceritakan, dirinya memutuskan menaiki taksi karena tak sabar ingin tiba di rumah.

Jarak dari RSUP Jakarta Timur ke Jelambar, Jakarta Barat, cukup jauh.

Dokter Handoko tak ingin menunggu orang datang menjemputnya karena akan memakan waktu lama.

"Saya memutuskan naik taksi karena saking senangnya bisa pulang. Kebetulan saya tinggal di Jelambar, jadi makan waktu perjalanan lama kalau menunggu dijemput. Makanya saya pulang langsung saja naik taksi," ungkap dokter Handoko Gunawan saluran telepon, Selasa (24/3/2020) melasir dari Warta Kota dalam artikel berjudul "Dr HANDOKO Gunawan Blak-blakan Diisolasi di RS, Lebih Enak Jadi Tahanan KPK,hingga Certa Naik Taksi".

Dokter Handoko juga blak-blakan seputar dalam masa isolasi di rumah sakit yang ia rasakan tidak enak. 

Seperti bercanda, Handoko mengatakan, menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa jadi lebih enak dibandingkan hidup dalam isolasi karena suspect virus corona.

"Mungkin tahanan KPK lebih enak dari ini. Kita selama diisolasi. Terkurung, tidak enak. Saya di ruang isolasi hanya berdua dan tidak bisa keluar sama sekali," ujarnya.

Berikut petikan wawancara lengkap Tribun Network dengan dokter Handoko Gunawan.

Di media sosial beredar foto dokter pulang naik taksi, apa benar?

Benar. Saya mutusin naik taksi karena saking senangnya bisa pulang.

Kebetulan saya tinggal di Jelambar, jadi makan waktu perjalanan lama kalau menunggu dijemput. Makanya saya pulang langsung saja naik taksi.

Dokter Spesialis Paru Handoko Gunawan pulang dari RSUP Persahabatan naik taksi setelah diisolasi 14 hari dan dinyatakan negatif Virus Corona, Selasa (24/3/2020).
Dokter Spesialis Paru Handoko Gunawan pulang dari RSUP Persahabatan naik taksi setelah diisolasi 14 hari dan dinyatakan negatif Virus Corona, Selasa (24/3/2020). (istimewa/tribunnews.com)

Atas pertimbangan apa dokter boleh pulang?

Terus terang saya suspek covid. Hasil pemeriksaannya negatif setelah 14 hari menjalani isolasi dan diperiksa.

Setelah diperiksa secara teliti hasilnya masih sama negatif. Namun sementara ini saya masih belum boleh ditemui atau menemui siapapun.

Orang yang boleh ketemu saya sementara ini hanya mereka yang punya sertifikat bebas virus corona. Hahaha bercanda (Guyon).

Saya mesti isolasi diri tidak boleh ketemu orang karena status saya masih PDP (pasien dalam pengawasan-Red). Jadi sampai dua Minggu ke depan saya self isolation di rumah.

Kemarin ketika dirawat saya satu ruangan dengan orang positif covid selama dua Minggu. Jadi saya masih harus self isolation dua Minggu ke depan ini.

Apa bisa diceritakan bagaimana kondisi dan suasana ketika dokter menjalani isolasi?

Ya enggak enak lah. Mungkin tahanan KPK lebih enak dari ini. Kita selama diisolasi. Terkurung, tidak enak. Saya di ruang isolasi hanya berdua dan tidak bisa keluar sama sekali.

Kalau boleh tahu, bagaimana penanganan untuk pasien yang diisolasi?

Sangat boring selama diisolasi. tidak ada TV, tidak ada koran. Tapi beruntung karena masih diijinkan main HP. Putus hubungan langsung dengan dunia luar.

Bisa dijelaskan maksudnya putus hubungan dengan dunia luar?

Yang penting kan bukan juga di putus hubungan. Takut juga. Lagi pula ini upaya melindungi keluarga. Apalagi dengar cerita dokter ini, bantu orang covid, pingsan, kemudian meninggal.

Ada salah satu dokter, sampai dia pulang saja sebelum meninggal. Pulang ke rumah cuma lihat anak dan istrinya dari luar pagar. Kemudian dia lari lagi ke rumah sakit, bantu penanganan covid. sampai akhirnya dia pingsan.

Jadi, yang penting itu tenaga kesehatan harus diperhatikan. Perawat-perawat dengan gaji yang kecil, harus ditingkatkan.

Dia kan resikonya tinggi kena covid. Kalau dia kena, gimana keluarganya di rumah? Belum kalau dia kerja kan tidak pakai APD. APD mahal. Tidak bisa semua rumah sakit pakai APD.

APD harganya Rp 1 juta per unit. Sekali pakai langsung dibuang. Jadi mengimbau masyarakat untuk ingat bahwa dokter dan perawat ada di garis terdepan berhadapan dengan covid.

Jangan sampai mereka mati sia-sia. Gizinya perbaiki. Kirim-kirim makanan, susu, telur, untuk tenaga medis kita.

Sebenarnya tenaga medis Indonesia sendiri optimistis atau tidak bahwa kita bebas dari Corona?

Terus terang kita sangat pesimis. Kasusnya begitu banyak. Fasilitas pelindung kami pun minim.

dr. Handoko Gunawan, Sp.P
dr. Handoko Gunawan, Sp.P (Tribunnews)

Potensi pasien positif covid bisa disembuhkan sebenarnya berapa persen?

Angka kematian rata-rata 3-4 persen. di Indonesia saya dengar 8 persen. Tapi karena apa? itu yang meninggal banyak yang sebelumnya tidak terdeteksi covid. Yang terdeteksi paling hanya puncak gunung es.

Kalau kita lakukan swab massal, nanti baru ketahuan berapa banyak yang kena covid ini. karena itu swab harus gratis.

Alasan lain tenaga medis Indonesia pesimistis berhadapan dengan covid apa dok?

Sampai sekarang belum ada obat yang pasti menyembuhkan pasien covid. Selain itu tenaga medis kita juga keteteran. Jumlah tenaga medis sedikit, kasus terlalu banyak.

Coba lihat di RS Persahabatan, kasus yang datang berapa banyak? Sampai ratusan.

Tenaga medisnya sedikit. Jadi APD mesti disediakan. APD itu mutlak dibutuhkan, kalau tidak sia-sia mereka adu nyawa di garis terdepan. 

Pesan Anda untuk pasien positif covid?

Yang penting jangan putus asa. Lebih dari 90 persen bisa sembuh sendiri, itu dilandaskan pada keinginan mereka untuk sembuh.

Karena itu jangan putus asa. Kemudian dengar anjuran dokter. Kalau dibilang disuruh self isolation, jangan nyolong-nyolong keluar.

Mereka yang sudah PDP terkena tapi belum ada gejala, kalau dia isolasi diri 14 hari, nanti akan ketahuan dia sakit atau tidak. Kalau dia panas baru kita pegang. 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved