ISNU Tulungagung: Kasus Jabalsari Bukan Klaster Tahlilan

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kabupaten Tulungagung menyebut informasi yg menyebar di media dan medsos Tidak ada itu klaster tahlilan

Editor: Adrianus Adhi
IST
Ilustrasi Virus Corona 

SURYAMALANG.com - Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kabupaten Tulungagung menyebut informasi yang menyebar di media dan medsos serta dari mulut ke mulut bahwa kasus corona yang menyebar acak dan menginfeksi sejumlah warga di Desa Jabalsari, Tulungagung, Jawa Timur adalah berasal dari dokter Ys yang terpapar dari pasien positif COVID-19 berinisial Hn, asal Ngadiluwih, Kediri, bukan dari " klaster tahlilan" seperti yang diberitakan.

"Tidak ada itu klaster tahlilan. Yang benar, adalah persebaran dari klaster ketiga, yaitu jalur penularan dari kelompok tenaga medis di RSUD (dr. Iskak) yang terpapar dari pasien HN," kata Ketua ISNU Tulungagung Mochammad Rifai yang juga Humas RSUD dr Iskak ini memberikan keterangan.

Memang, diakui oleh ketua ISNU moch Rifai bahwa ada indikasi paparan virus corona di Desa Jabalsari, Kecaman Sumbergempol saat acara tahlilan untuk tokoh agama setempat yang meninggal di rumah (bukan meninggal di rumah sakit)

Namun hal itu bukan berarti bisa disimpulkan sebagai klaster baru atau klaster tahlilan.

Di Tulungagung, dari total 16 orang yang dinyatakan positif corona ataupun positif COVID-19, sumber penularan diidentifikasi ada tiga, yakni klaster pertama dari kelompok rombongan umroh, klaster kedua pelatihan pendampingan haji se-Jatim di Surabaya dan terakhir klaster ketiga dari lingkup kelompok tenaga medis yang terpapar corona pasien (almarhum) di RSUD dr. Iskak.

Menurut Rifai, penggunaan diksi klaster tahlilan - sekalipun hanya "permainan" judul dan angel pemberitaan - bisa menimbulkan opini yang keliru (menyesatkan) di masyarakat.

Sebab identifikasi klaster tahlilan memang tidak ada dalam catatan epidemologi Satgas Penanggulangan COVID,-19.

Sebaliknya, paparan virus corona baru yang menginfeksi warga Desa Jabalsari berinisial MA merupakan kelanjutan dari temuan kasus di klaster tiga.

Hal itu didasari fakta bahwa MA terpapar corona dari dokter YS yang tertular dengan status OTG (orang tanpa gejala) dari pasien klaster ke tiga yaitu dari Ngadiluwih.

"Tahlilan pun sebenarnya tidak masalah seandainya waktu itu warga patuh pada protokol kesehatan untuk mencegah paparan virus corona baru. Antar jamaah konsisten saling menjaga jarak, cuci tangan saat masuk dan keluar rumah, tertib menggunakan masker dan jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang," katanya.

Jadi masyarakat harap selalu mematuhi protokol kesehatan yang telah di tetapkan pemerintah. (isnu tulungagung*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved