Virus Corona di Malang

Walikota Malang Deg-Degan Menunggu Hasil Rapid Test Pekerja-Staf Pabrik Rokok Sampoerna Malang

Ada 22 orang yang disampling rapid test di Pabrik rokok Sampoerna Malang. Yaitu dua orang perwakilan staf manajemen dan 20 orang dari pekerja/buruh.

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Kegiatan rapid test dilakukan di pabrik rokok Sampoerna disela kunjungan Walikota Malang, Sutiaji, Senin (4/5/2020). Dari 22 sampling, semua non reaktif. Terdiri dari dua staf dan 20 pekerja pabrik. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Wali kota Malang, Sutiaji mengaku deg-degan menunggu hasil rapid test di pabrik rokok Sampoerna Malang, Senin (4/5/2030).

Saat itu walikota sedang memberikan keterangan pada para wartawan soal kunjungannya ke pabrik rokok di kawasan Blimbing itu.

Tapi angin segar datang ketika dr Husnul Muarif, Humas Tim Satgas Covid-19 Kota Malang menyampaikan soal hasil rapid test.

"Semuanya non reaktif," jelas Husnul dan kemudian disampaikan lagi oleh walikota ke wartawan.

"Saya deg-degan nunggu hasilnya ini. Mungkin juga semua yang di sini juga deg-degan. Alhamdullilah non reaktif semua," ungkap Sutiaji.

Ada 22 orang yang disampling rapid test. Yaitu dua orang perwakilan staf manajemen dan 20 orang dari pekerja/buruh.

Kunjungan ke pabrik itu menyikapi kejadian di pabrik rokok Sampoerna Surabaya sehingga menjadi klaster baru.

Pada para buruh pabrik Sampoerna di Malang, lewat pengeras suara, Sutiaji menyampaikan perlunya kejujuran atas kondisi diri.

Jika sedang tidak enak badan atau mengalami gejala seperti flu, tidak perlu masuk kerja.

Ia juga mengajak para buruh berdoa sejenak dari kegiatan linting rokok saat itu untuk berdoa agar kondisi makin membaik.

Ia juga menyampaikan ada 1100 an pekerja yang dirumahkan namun tetap mendapatkan haknya sebagai kebijakan perusahaan sampai virus Corona berlalu.

Yaitu mereka yang memiliki risiko kesehatan. Seperti berusia di atas 50 tahun, hamil dan memiliki riwayat penyakit seperti diabetes.

"Tidak ada PHK di Sampoerna," kata Walikota.

Selain itu, semua protokol kesehatan juga dipenuhi mulai masuk pabrik hingga di dalam. Begitu juga soal jarak saat melinting rokok.

Saat ini jumlah pekerja menjadi 1700 an.

Sedang untuk angkutan umum yang membawa pekerja juga ada protokol kesehatannya. Dengan diberi disinfektan, memakai masker dan hanya mengangkut enam orang pekerja.

"Sisanya kami dapat subsidi dari pabrik Sampoerna," jelas seorang sopir angkot.

Setiap kali mengantar, untuk angkot Kota Malang dapat subsidi Rp 40.000. Sedang angdes arah ke timur Kabupaten Malang dapat subsidi Rp 45.000.

"Jika mengantar dua kali ya dapat Rp 80.000 sampai Rp 90.000," jelas sopir itu.

Dari pantauan suryamalang.com, di luar area pabrik ada angkot biru dari Kota Malang dan angkot putih dari Kabupaten Malang.

Mereka hanya membawa enam penumpang meninggalkan area parkir dekat pabrik.Selain itu, perusahaan juga memberikan makanan tambahan seperti nampak disiapkan pada Senin di dekat area pabrik.

Dengan melihat adanya subsidi perusahaan pada angkot dengan membawa jumlah pekerja terbatas, maka ia menyatakan ada kearifan lokal dari perusahaan.

Sehingga nanti jika diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bisa menjadi masukan dari Pemkot Malang dalam pelaksanaannya.

Artinya tetap bisa ada mobilitas di area Malang Raya untuk warganya. Namun yang dibatasi adalah yang dari luar kota.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved