6 Fakta Gejala Baru Virus Corona yang Bikin Dokter Kebingungan, Demam & Sesak Tapi Negatif Covid-19
6 Fakta gejala baru Virus Corona yang bikin dokter kebingungan, demam dan sesak napas tapi negatif Covid-19
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Terangkum 6 fakta gejala baru virus corona yang membuat dokter di Amerika kebingungan.
Tidak seperti pasien positif virus corona yang lain, pasien ini mengalami demam, sesak napas, dan invansi jamur tapi negatif Covid-19.
Berkali-kali dokter melakukan tes hingga akhirnya menemukan cara memastikan pasien benar positif Covid-19.
Gejala langka positif Covid-19 ini menimpa seorang pria di New York, Amerika Serikat.
Tidak ada tanda-tanda dari gejala virus corona seperti biasanya yang diketahui banyak orang.
Hal itu membuat dokter di New York kewalahan.
Dilansir dari South Morning China Post melalui TribunStyle.com artikel 'GEJALA BARU Virus Corona' berikut ulasan selengkapnya:
1. Invansi Jamur tapi tidak menunjukkan tanda-tanda virus corona
Dilansir dari South Morning China Post, para dokter ini melaporkan serangkaian gejala yang dialami oleh pria berusia 34 tahun.
Ya, pasien yang memiliki gejala langka ini adalah seorang pria yang berprofesi sebagai ahli anestesi atau pembiusan dengan riwayat kesehatan yang baik.
Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal medis The Lanced, Senin (18/5/2020) memaparkan bila para dokter telah melakukan pemindaian paru-paru pasien dan menunjukkan invansi jamur.
Namun saat di tes, pasien tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda virus corona di saluran pernapasan bagian atas dan ia memiliki respon kekebalan badai sitokin beberapa jam di awal penyakit.
"Untuk penyakit yang baru diketahui sejak lima bulan yang lalu, mungkin terlalu dini bagi dokter untuk memastikan manifestasi mana yang khas (dari Covid-19 atau corona)," ujar Tim yang dipimpin oleh Timothy Harkin dari divisi paru-paru Rumah Sakit Mount Sinai.
2. Sembuh dari Influenza A Lalu sakit lagi
Pasien yang merupakan pria berusia 34 tahun ini awalnya dinyatakan positif influenza A, setelah menjalani perawatan rutin gejala itu hilang.
Setelah menjalani istirahat selama lebih dari 10 hari, pria ini kembali ke rumah sakit untuk bekerja.
Namun tiba-tiba ia jatuh sakit dan harus dirawat di UGD Rumah Sakit Mount Sinai.
3. Demam, kedinginan dan sesak napas tapi negatif Covid-19
Pasien pria itu mengalami gejala demam, kedinginan hingga sesak napas
Selain itu dirinya juga mengalami badai sitokin yaitu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat.
Namun Timothy Harkin menuturkan bila hasil tes dari sampel hidung pasien, dinyatakan negatif Covid-19.
4. Reda setelah diberi antibiotik tapi kondisi memburuk lagi
Setelah diberi antibiotik dan perawatan standar untuk infeksi paru-paru, gejala dari pasien pria itu membaik dengan cepat.
Kendati demikian, pada hari kelima kondisinya memburuk lagi.
Menurut ahli radiologi, saat dilakukan pemindaian, paru-paru pria itu menunjukkan peradangan seperti 'halo' yang letaknya di paru-paru bagian kanan.
"[Peradangan] itu tidak khas dari temuan CT yang dilaporkan sebelumnya untuk Covid-19," ujarnya.
5. Tes Bronchoalveolar Lavage (BAL)
Pada hari ketujuh, tim medis mencurigai jika pasien ini menderita Covid-19, kemudian dirinya di tes untuk mengetahui infeksi virus corona.
Tim dari Rumah Sakit Mount Sinai memutuskan untuk menggunakan metode Bronchoalveolar lavage (BAL) untuk mendapatkan sampel.
Metode BAL ini dilakukan dengan cara memasukkan selang ke paru-paru pasien untuk mengekstraksi cairan dan jaringan.
Metode ini sebenarnya jarang digunakan di Amerika Serikat, bahkan telah ditentang American Association for Bronchology and Intervensional Pulmonology kecuali untuk kasus-kasus ekstrem.
Tetapi para peneliti di China mengatakan keakuratan dari tes BAL lebih tinggi daripada swab tes dan rapid tes.
Tes BAL dapat mendeteksi virus hingga lebih dari 90%, dibandingkan swab yang 60% dan 30% untuk rapid test.
6. Dinyatakan positif Covid-19
Melalui tes ini, pasien pria 34 tahun itu dinyatakan positif corona atau Covid-19, kemudian dirawat selama 9 hari di rumah sakit.
"Melalui panggilan telepon lanjutan, pasien melaporkan bahwa batuk dan mialgia-nya perlahan sembuh, dan demamnya tidak lebih tinggi dari 37,8 derajat Celcius." ujar peneliti.
Dengan adanya gejala langka dari pasien ini, menambah misteri dari virus corona yang pernah terjadi.
Misalnya dari pasien di China yang ketika menjalani swab tes dinyatakan negatif namun positif saat dilakukan tes lanjutan.
Selain itu, para peneliti juga menemukan virus yang tersembunyi di dalam paru-paru seorang pasien yang telah sembuh.
Selanjutnya peneliti mengatakan bila pertanyaan itu adalah hasil dari pemahaman yang tidak memadai tentang interaksi virus baru dengan kekebalan tubuh.
Sementara peneliti lain menduga jika virus itu mungkin telah bermutasi menjadi strain baru dan menyebabkan gejala berbeda dari kasus sebelumnya.
Lantas seperti apa gejala umum virus corona?
Saat awal wabah virus corona merebak, gejala yang dialami penderitanya adalah demam, batuk, dan sesak napas. Kini, ditemukan sejumlah gejala baru yang penting untuk dikenali.
Gejala-gejala terinfeksi virus corona umumnya muncul pada periode masa inkubasi sekitar 2 hingga 14 hari setelah terpapar.
Melansir CNN dari Kompas.com artikel 'Gejala Kunci Terinfeksi Virus Corona' berikut 10 gejala terinfeksi virus corona:
1. Napas pendek
Sesak napas umumnya muncul sebagai tanda penyakit mencapai tahap serius.
Bahkan, bisa muncul tanpa diiringi dengan batuk.
Para ahli mengatakan, saat dada Anda terasa seperti diikat atau mulai merasa kesulitan untuk bernapas, ini adalah tanda Anda harus bertindak cepat.
“Jika ada sesak napas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda, perawatan darurat setempat atau departemen darurat," kata Presiden Asosiasi Medis Amerika Serikat, Dr. Patrice Harris.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika
Serikat telah menjabarkan tanda-tanda darurat lain saat terinfeksi Covid-19.
Tanda-tanda darurrat itu adalah:
- Rasa sakit terus-menerus atau tekanan di dada
- Bibir atau wajah menjadi kebiruan yang menjadi indikasi kurangnya oksigen yang masuk.
2. Demam
Demam merupakan salah satu tanda kunci dari Covid-19. Para ahli tidak mematok berapa angka suhu demam yang dialami.
Alasannya, setiap orang bisa memiliki suhu demam yang berbeda dari patokan suhu tubuh normal pada umumnya.
“Ada banyak kesalahpahaman tentang demam. Kita semua naik-turun sedikit pada siang hari sebanyak setengah atau satu derajat. Bagi kebanyakan orang 99,0 derajat Fahrenheit atau 99,5 derajat Fahrenheit bukanlah demam,” ujar Dr. John Williams, Kepala Divisi Penyakit Menular Anak-Anak di Rumah Sakit Anak Pittsburgh University Medical Center.
Sementara itu, Dr. William Schaffner, seorang Profesor Kedokteran Pencegahan Penyakit Menular di Vanderbilt University School of Medicine, menyarankan, pengecekan suhu sebaiknya dilakukan pada sore dan menjelang petang.
"Salah satu gejala demam yang paling umum adalah suhu tubuh Anda naik di sore dan menjelang petang. Itu adalah cara umum virus menghasilkan demam," jelas Schaffner.
3. Batuk kering
Batuk merupakan gejala umum dari infeksi virus corona. Akan tetapi, batuk yang muncul bukan batuk biasa.
"Batuk itu (pada gejala Covid-19) bukan rasa geli di tenggorokanmu. Kamu tidak hanya seperti berdehem," kata Schaffner.
Ia mengatakan, batuk karena gejala Covid-19 sangat menganggu. Batuk kering yang terasa seolah berasal dari sesuatu yang jauh di dalam dada.
"Itu berasal dari tulang dada Anda, dan Anda dapat mengatakan bahwa tabung bronkial Anda meradang atau teriritasi," lanjut dia.
Meski batuk kering menjadi tanda, akan tetapi sebuah laporan dari WHO pada Februari 2020, menyebutkan, 33 persen dari 55.924 orang dengan Covid-19 mengalami batuk berdahak atau lendir kental yang kadang disebut dahak.
4. Menggigil dan tubuh merasa sakit
Seorang koresonden CNN, Cuomo, yang menderita Covid-19, mengatakan, ia menggigil, tubuhnya terasa sakit, dan demam tinggi saat malam hari.
"Aku berhalusinasi, seolah ayahku berbicara denganku. Aku melihat teman-teman kuliahku, orang-orang yang tidak pernah kulihat selamanya, itu aneh," kata Cuomo.
Meski demikian, beberapa ahli menyebutkan, tidak semua orang selalu mengalami reaksi parah.
Beberapa mungkin tidak menggigil dan tidak merasakan sakit apa pun.
Penderita lainnya mungkin mengalami kedinginan seperti kondisi flu ringan, serta sendi dan otot pegal-pegal yang membuatnya sulit membedakan apakah itu flu atau Covid-19.
Yang perlu diperhatikan, tanda-tanda yang berpotensi sebagai gejala Covid-19 itu muncul dan tak juga hilang setelah seminggu atau lebih.
Jika terasa lebih memburuk, Anda patut curiga itu adalah gejala Covid-19, dan sebaiknya segera memeriksakan diri.
5. Tanda-tanda darurat
Pada beberapa pasien, saat kondisi memburuk, mengalami sejumlah kondisi darurat.
CDC mengingatkan, jika tubuh tidak mampu untuk bangun atau beranjak dari posisi berbaring, atau kehilangan respons, hal ini bisa jadi tanda serius bahwa Anda membutuhkan perawatan segera.
Jika seseorang menunjukkan gejala di atas disertai bibir biru, sulit bernapas, dan nyeri dada, maka harus segera mencari bantuan.
6. Masalah pencernaan
Awalnya, para peneliti tidak menganggap diare atau masalah lambung sebagai tanda Covid-19. Akan tetapi, pendapat tersebut berubah.
"Dalam sebuah penelitian di China, di mana mereka melihat beberapa pasien yang paling awal, sekitar 200 pasien, ditemukan gejala pencernaan (gastrointestinal," kata Kepala Koresponden Medis CNN Dr. Sanjay Gupta.
Studi tersebut menunjukkan, saat gejala awal terinfeksi, beberapa penderita mengalami masalah pencernaan seperti diare dan seringkali tak disertai demam.
Pasien yang mengalami masalah pencernaan ini kebanyakan terlambat menjalani uji Covid-19 dibandingkan pasien yang mengalami gejala sesak napas.
Penelitian itu juga menunjukkan mereka (yang mengalami gejala masalah pencernaan) membutuhkan waktu lebih lama untuk menyingkirkan virus dari tubuhnya.
7. Mata merah
Penelitian di China, Korea Selatan, dan beberapa negara lain menunjukkan, sekitar 1 hinga 3 persen penderita Covid-19 juga mengalami gejala konjungtivitis atau mata merah muda.
Ketika kondisi ini terjadi, maka sudah ada potensi untuk menularkan.
Konjungtivitis terjadi akibat peradangan karena adanya virus pada lapisan jaringan tipis dan transparan yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata yang disebut konjungtiva.
Kondisi mata merah muda patut dicurigai sebagai tanda Covid-19 saat diikuti beberapa tanda lain seperti demam, batuk, atau sesak napas.
8. Kehilangan bau dan rasa
Hilangnya kemampuan dalam mencium bau dan rasa bisa menjadi gejala yang tidak biasa pada penderita Covid-19 dengan tingkatan kasus ringan hingga sedang.
Sejumlah ahli menyebutkan, anosmia, yang berarti hilangnya penciuman, ditemukan menjadi salah satu gejala yang dialami sejumlah pasien.
Hal ini juga membuat berkurangnya napsu makan penderita.
Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, anosmia ditemukan terjadi pada pasien positif Covid-19 yang tak mengalami gejala lainnya.
Analisis baru pada kasus ringan di Korea Selatan juga menunjukkan hal yang sama. Sekitar 30 persen pasien kehilangan kemampuan penciuman.
Di Jerman, pasien yang dikonfirmasi juga memperlihatkan anosmia.
9. Kelelahan
Orang yang mengalami kelelahan ekstrem bisa menjadi tanda awal virus corona.
WHO melaporkan, hampir 40 persen dari 6.000 orang positif Covid-19 mengaku seperti mengalami kelelahan.
Rasa lelah ini bahkan dapat berlanjut lama setelah virus hilang.
Laporan sejumlah penelitian menyebutkan, orang-orang yang telah pulih dari Covid-19 mengaku masih merasa kelelahan dan kekurangan energi setelah masa pemulihan beberapa minggu.
10. Sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat
Laporan WHO juga menemukan, hampir 14 persen dari hampir 6.000 pasien Covid-19 di China mengalami gejala sakit kepala dan sakit tenggorokan.
Sementara, hampir 5 persen mengalami hidung tersumbat.
Meskipun bukan tanda umum dan lebih mirip ke flu, akan tetapi gejala Covid-19 pada dasarnya bisa tampak seperti flu termasuk sakit kepala dan masalah pencernaan.