Virus Corona di Surabaya
Evaluasi Meninggalnya Perawat dan Dokter Terinfeksi Covid-19, Bukan dari Pasien di Ruang Isolasi
dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan banyaknya tenaga medis yang terpapar Covid-19 kebanyakan merupakan tenaga medis yang tidak bertugas di ruang isolasi.
Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Upaya penanganan wabah virus corona di Jatimharus diwarnai Kabar duka gugurnya para tenaga kesehatan (Nakes), dokter dan perawat dalam tiga hari terakhir.
Seorang dokter dan dua orang perawat di Surabaya meninggal dunia dengan status konfirmasi positif Covid-19.
Fakta lain menunjukkan jika ketiganya bukanlah Nakes yang bertugas menangani pasien covid-19 di ruang isolasi rumah sakit.
Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan banyaknya tenaga medis yang terpapar Covid-19 kebanyakan merupakan tenaga medis yang tidak bertugas di ruang isolasi.
"Para Nakes yang terdampak Covid ini bukan yang bertugas di high care atau intensif care. Beliau merawat pasien di ruangan dan kemungkinan ada pasien sakit juga Orang Tanpa Gejala Covid yng menjadi carier," urainya ditemui SURYAMALANG.COM, Rabu (20/5/2020).
Sayangnya, dikatakan Dr Joni biasanya di ruangan perawatan reguler tidak disediakan APD.
Berbeda dengan tempat high care, intensif care untuk pasien Covid.
"Maka dari itu saat ini semua Nakes jika tidak merawat di high care atau intensif care, minimal memakai masker untuk menghalangi droplet,"ujarnya.
Selain itu penerapan physical distancing harus terus diterapkan untuk mengurangi terpaparnya Covid-19.
Di sisi lain, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dalam mengevaluasi kejadian meninggalnya para nakes karena covid-19 berharap rapid test bisa segera diperluas jangkauannya dan hasil tes swab PCR bisa dipercepat.
Rekomendasi ini bertujuan untuk bisa memetakan risiko penularan covid-19 khususnya keberadaan OTG.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, dr Brahmana Askandar mengatakan, secara umum tracing pemeriksaan harus segera diperluas.
Hal itu diperlukan, agar bisa mengetahui kesehatan masyarakat apakah terpapar Covid-19 atau tidak.
"Ya yang perlu diperbaiki tes (rapid tes) dipermudah sehingga kami bisa membedakan dengan pasti mana orang yang kena (Covid-19) mana yang bukan. Jadi ketahuan yang Covid-19 bisa segera isolasi atau karantina mandiri," kata Brahmana saat dihubungi, Rabu (20/5/2020).
Terlebih, kata Brahmana, saat ini banyak orang yang sebenarnya sudah terpapar namun tidak memiliki gejala. Hal itu biasanya disebut dengan OTG.