PSBB di Malang Raya
Mengenal Dampak Pandemi Covid-19 dari Sisi Psikologis, Bisa Hadir Kondisi Cabin Fever
'cabin fever' yaitu timbul perasaan sedih, bosan, gelisah, mudah tersinggung & beragam perasaan negatif lainnya akibat terlalu lama diam disatu tempat
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Kondisi pandemi Covid-19, banyak kegiatan dilakukan di rumah. Sehingga perlu diwaspadai adanya "cabin fever".
Psikolog Malang, Sayekti Pribadiningtyas menyebutkan, kondisi 'cabin fever', yaitu timbul perasaan sedih, bosan, gelisah, mudah tersinggung, dan beragam perasaan negatif lainnya akibat terlalu lama diam di suatu tempat dan terisolasi dari lingkungan sekitarnya.
"Ini akibat stay at home, work from home, karantina mandiri, ketatnya PSBB dan protokol kesehatan pencegahan pandemic Covid 19," jelas Nining, panggilan akrabnya, Senin (25/5/2020).
Namun Wakil ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) cabang Malang ini menyatakan "cabin fever' memang tidak termasuk dalam gangguan psikologis.
Tapi gejalanya nyata sehingga bisa mengganggu aktifitas sehari-hari.
Dijelaskan, gejala 'cabin fever' yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda.
Namun, perasaan negatif yang muncul umumnya tidak hanya sesaat. Tapi bisa berlangsung cukup lama.
Maka hal itu bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang yang mengalaminya. Termasuk dalam bekerja, berinteraksi dengan orang lain, dan beristirahat.
Atas kondisi ini, yang paling penting saat ini adalah mengubah mindset kita untuk menerima situasi keterpaksaan menjadi pemicu proses fleksibilitas atau kemampuan beradaptasi secara cepat.
"Maka manfaatkan skill Anda yang mungkin selama ini tidak terasah dan terabaikan karena kesibukan," katanya.
Ia mencontohkan seperti menciptakan kegiatan Kegiatan baru bersama anak dan pasangan dan saling menyemangati.
Kesempatan di rumah juga melatih kemampuan komunikasi antar anggota keluarga jauh lebih bijak.
Sehingga bisa mengisi hari-hari lebih positif daripada dengan nada tinggi atau mengeluh dengan hal-hal negatif.
Pilihan kegiatan seperti membuat skenario untuk film pendek yang lucu melibatkan seluruh anggota keluarga.
"Suatu hari rekaman itu akan menjadi kenangan berharga karena kita membuatnya saat pandemi Covid-19," ujar penulis buku best seller 'Selingkuh Cerdas dan Mbok Ti'.
Sedang untuk pasangan suami istri karena mungkin mengalami gangguan ekonomi, maka maka harus bisa melakukan sesuatu untuk menciptakan penghasilan baru dan disesuaikan dengan situasi yang ada terkait finansial.
Sebab tidak ada yang tahu sampai kapan pandemi ini berakhir.
Maka ia menyerankan agar memanfaatkan saja masa pandemi ini untuk belajar hal-hal baru, terlibat kegiatan sosial, membantu sesama, memperbaiki kesehatan fisik dan lebih merekatkan hubungan emosional antar keluarga, dan memperkuat ibadah.
Sedang Psikolog Universitas Brawijaya, Ary Pratiwi melihat kondisi pandemi memunculkan stressor atau tekanan baru.
Tak hanya bagi orang tua tapi juga anak-anak karena banyaknya tugas yang diberikan dari pihak sekolah.
Sebab biasanya tugas dikerjakan di sekolah, karena belajar di rumah, maka harus mengerjakan berbagai macam tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dan harus online pada jam ditentukan.
Selain itu, kerja di rumah juga menyebabkan pola jam kerja berubah. Biasanya pagi sampai siang, maka bisa menjadi malam bahkan tengah malam.
Agar tak terjadi stres pada anak, orangtua harus tetap memberikan perhatian. Terutama meluangkan waktu bermain.
"Tujuannya menciptakan hati yang gembira. Karena hati yang gembira adalah obat di masa pandemi seperti saat ini," kata Ary.