PSBB di Malang Raya

Pakar Virus UB Bicara Soal Kenormalan Baru Hadapi Covid-19, Kuncinya Di Kepatuhan Masyarakat

Ia khawatir jika dilonggarkan terlalu dini, masyarakat akan semakin bebas.Yang berisiko semakin memperbesar kemungkinan penyebaran dan angka kasusnya

SURYAMALANG.COM/Humas UB
Pakar virus Universitas Brawijaya (UB) Malang, dr Andrew William Tulle MSc 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Pakar virus Universitas Brawijaya (UB) Malang, dr Andrew William Tulle MSc yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran di Departemen Mikrobiologi menyampaikan pandangannya tentang kenormalan baru (New Normal) yang akan diterapkan pemerintah daerah di Malang Raya.

Saat ini, di tiga daerah di Malang Raya sedang menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai 30 Mei 2020 sejak 17 Mei 2020.

"Penerapan PSBB maupun kenormalan baru, sebetulnya kuncinya di kepatuhan masyarakat. Memang kalau dibandingkan PSBB, kenormalan baru aturannya memang lebih longgar daripada PSBB, sehingga ada kemungkinan kurang efektif," kata Andrew pada suryamalang.com, Rabu (27/5/2020).

Padahal saat masa PSBB saja masih banyak yg tidak patuh.

"Menurut pengamatan saya sejak PSBB diberlakukan masih banyak orang yg berkerumun. Kemudian saat di keramaian masih sering tampak orang-orang yg tanpa memakai masker. Berdasarkan hal tersebut, terlihat kalau kesadaran masyarakat sendiri masih rendah. Bisa juga mungkin pengawasan dan ketegasan pihak yg berwenang juga masih kurang," jelasnya.

Ia khawatir jika dilonggarkan terlalu dini, masyarakat akan semakin bebas.

Yang berisiko semakin memperbesar kemungkinan penyebaran dan angka kasusnya akan semakin meningkat.

Hanya saja yg memang tidak bisa dipungkiri adalah aspek ekonomi, jika terlalu lama diberlakukan PSBB.
"Kuncinya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat supaya di masa kenormalan baru pun tetap mengikuti aturan/anjuran dari pemerintah," tegas Andrew.

Kemudian pemerintah dan pihak yang berwenang juga perlu memberi contoh kepada masyarakat dan bila perlu menegur atau bertindak tegas.

Tentang peningkatan jumlah kasus selama PSBB, perlu dikaji lebih lanjut juga.

Selain transmisi/penyebaran yg meningkat, dapat pula disebabkan oleh peningkatan jumlah laboratorium yg mampu memeriksa sampel COVID-19.

Sehingga jumlah pasien positif yg terjaring juga meningkat.

Dampak dari itu, akhirnya jumlah kasus positif juga meningkat.

Tapi apapun kemungkinan penyebab peningkatan kasus positif tersebut, kunci utama supaya COVID-19 ini segera berakhir adalah kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang ada.

Sebetulnya indikator yang pas adalah penurunan jumlah kasus positif untuk melaksanakan kenormalan baru. Artinya, angka transmisinya menurun.

"Hanya saja untuk menilai perubahan jumlah kasus perlu dikaji dengan cermat dan hati," paparnya. Sehingga tidak cepat diputuskan begitu saja jika tidak memiliki kajian yang cermat.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved