Virus Corona di Batu
Jatim Park Didorong Segera Buka Kembali, Pemkot Batu Beri Lampu Hijau Kepada Pengelola Wisata
Dewanti Rumpoko mengatakan Gubernur Jawa Timur meminta tempat wisata kebanggaan masyarakat Jatim, Jatim Park untuk segera buka kembali
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, BATU – Pemerintah Kota Batu telah memberi lampu hijau kepada pengelola wisata untuk membuka tempat usahanya.
Bahkan mendorong Jatim Park untuk segera buka kembali.
Hanya saja lokasi wisata dizinkan buka kembali dengan catatan ada serangkaian kelengkapan dan persyaratan yang mendukung protokol kesehatan yang harus dipenuhi.
“Sekarang pun misal tempat wisata itu sudah siap, boleh buka. Tetapi terus terang belum ada tempat yang siap,” ujar Dewanti Rumpoko, Wali Kota Batu saat ditemui di Rumah Dinas Wali Kota, Jl Panglima Sudirman, Senin (1/6/2020).
Dalam rapat koordinasi yang dihadiri para kepala dinas dan perwakilan Forkopimdan, Dewanti Rumpoko mengatakan salah satu tempat wisata terbesar yakni Jatim Park Group sebenarnya belum siap untuk segera buka.
Tetapi dia mengatakan Gubernur Jawa Timur meminta tempat wisata kebanggaan masyarakat Jatim tersebut untuk buka.
"Sebenarnya mereka mau buka pada Agustus. Tapi salah satu atau paling banyak dua saja diminta untuk dibuka yang betul-betul disiapkan dalam waktu dekat ini," katanya.
Kesiapan destinasi wisata yang dimaksud Dewanti adalah siap dengan segala fasilitas dan sumber daya manusia (SDM).
Fasilitas seperti cuci tangan, alat pengukur suhu tubuh, karyawan yang pakai sarung tangan, pelindung wajah juga menjadi hal yang wajib dipenuhi.
Lalu juga standar operasional yang mengacu pada Perwali nomor 56 Tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 dalam Status Transisi Darurat ke Pemulihan.
“Kemudian teknisnya diturunkan ke tempat wisata masing-masing. Hal seperti itu harus disiapkan, termasuk edukasi kepada karyawannya. Itu harus karena ini kondisi yang berbeda,” katanya.
Jumlah wisatawan yang masuk ke lokasi wisata juga harus biatasi, yakni hanya 50 persen dari kapasitas biasa.
Di satu sisi sektor pariwisata bisa menggerakkan ekonomi kembali.
Tapi di sisi lain , Dewanti juga tidak ingin ketika tempat wisata buka akan membuat mereka susah.
Maka dari itu, perlu tahapan yang harus dilalui.
Dewanti mengatakan, pembukaan tempat wisata dilakukan secara bertahap.
Dia tidak mau, ketika tempat wisata dibuka secara keseluruhan dan serentak tetapi menjadi sepi pengunjung.
Di sisi lain, juga menjadi potensi titik keramaian sehingga sulit dikendalikan.
“Misal Selecta saja yang buka, nanti orang-orang banyak yang ke sana semua. Kami tidak mau tempat-tempat wisata menjadi rugi nantinya. Tempat wisata di Kota Batu yang buka beberapa dulu tetapi bisa menutup biaya operasionalnya setidaknya," katanya.
Sebelumnya, diwartakan bahwa Jatim Park Group masih belum memberikan sinyal dibukanya kembali destinasi wisata setelah berakhirnya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Malang Raya.
Bahkan memasuki transisi kenormalan baru, Jatim Park Group tidak terburu-buru membuka kembali kunjungan wisatawan.
Hal tersebut disampaikan Public Relation & Manager Marketing JTP Group Titik S Ariyanto, bahwa pihaknya masih mematangkan standar protokol kesehatan di masing-masing lokasi dan wahana.
Persiapan yang detail mengenai protokol kesehatan akan diberlakukan di 18 lokasi, 15 tempat wisata, seluruh karyawan Jatim Park Group dan nantinya juga kepada para pengunjung.
"Saya sampaikan bahwa per 1 Juni, kami belum ada rencana buka tempat wisata," kata Titik melalui webinar, Sabtu (30/5/2020).
Sebelum pemberlakuan PSBB, protokol kesehatan umum telah dilakukan di lingkungan Jatim Park Group.
Misalnya, penggunaan hand sanitizer, masker dan tempat cuci tangan.
Namun, pihak Jatim park mengaku butuh waktu untuk mempersiapkan detail protokol kesehatan yang akan diterapkan di new normal.
Alasannya lokasi wisata dan wahana-wahana di Jatim Park Group memiliki ciri dan karakter yang berbeda untuk dikunjungi para pengunjung.
Selain itu, ia juga ingin minimalisir sentuhan dan penjarakan fisik pengunjung di wahana.
"Ini masih kami pikirkan, masing-masing spot berbeda. Hal-hal kelihatan sepele tapi harus dipikirkan. Pembatasan pengunjung di wahana. Kami harus siapkan kemungkinan terburuk," kata dia.