Virus Corona di Malang
Wali Kota Malang Munculkan Rencana Simulasi Tatap Muka di Kelas, Pihak Sekolah Justru Belum Tahu
Ketua MKKS SMPN Kota Malang juga menyampaikan sejauh ini belum mendapat info terkait sekolah yang ditunjuk Dikbud untuk simulasi.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Dyan Rekohadi
Penulis : Sylvianita Widyawati , Editor : Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Rencana Walikota Malang Sutiaji ada simulasi sekolah tatap muka dengan meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memilih sekolah model di tiap kecamatan belum diketahui pengelola sekolah.
Tujuan adanya simulasi adalah agar jika suatu waktu sekolah buka lagi maka sudah ada kesiapan.
Rudiyanto, Sekretaris MKKS SMP Swasta Kota Malang menyatakan secara resmi memang informasinya belum sampai ke SMP swasta.
"Hari Selasa lalu (4/8/2020) saat Pak Walikota memberikan penguatan dan pembinaan di aula SMKN 2 masih tetap mengacu perkembangan Covid-19 di Malang. Di mana sempat sempat orange, kuning dan kembali ke merah. Sehingga masih harus perlu waspada," jelas Kepala SMP Sriwedari ini pada suryamalang.com, Kamis (6/8/2020).
Sedang sumber lain yang dilihatnya di IG Dikbud Kota Malang dan Pemkot Malang, walikota menyampaikan bahwa yang boleh tatap muka duluan adalah sekolah menengah berbasis asrama seperti di SMAN Taruna Nala.
"Untuk yang lain ya kami masih nunggu perkembangan saja," jawabnya.
Dikatakan, terkait simulasi tatap muka, SMP swasta memang secara mandiri sudah mempersiapkan protokoler kesehatan di sekolah masing-masing.
"Tinggal menunggu keputusan dari walikota dan Dikbud Kota Malang," jawabnya.
Ditanya apakah banyak curhatan orangtua soal daring? Rudiyanto mengakui ada banyak curhatan keluhan itu.
"Banyak curhat dan keluhan. Sampek bikin miris.. ya kasihan... tapi ya bagaimana lagi? Ini menjadi beban pada anak dan orang tua," tukasnya.
Bagi sekolah swasta juga ada keluhan soal pembayaran SPP yang ngadat karena alasan dampak Covid-19.
Sedang Burhanudin, Ketua MKKS SMPN Kota Malang juga menyampaikan sejauh ini belum mendapat info terkait sekolah yang ditunjuk Dikbud untuk simulasi.
Ia juga belum tahu model simulasinya bagaimana.
Sementara Agus Suharjanta, Kepala SD Kartika IV-1 menyatakan baru mendengar soal simulasi saat ikut pengarahan walikota tentang dana hibah pada Selasa lalu di aula SMKN 2.
"Saya kurang tahu pasti apa itu sekolah negeri atau gabungan negeri/swasta. Pada pada prinsipnya kami yang swasta sudah mengantisipasi apabila sewaktu waktu diberlakukan pembelajaran tatap muka dengan cara memenuhi Sarpras sesuai standar protokol kesehatan," jelas Agus terpisah.
Sehingga pada prinsipnya mendukung langkah itu.
"Lebih-lebih pada sekolah swasta. Rata-rata sudah menerapkan walaupun sifatnya terbatas dan bergilir. Hal ini kaitannya dengan pembayaran SPP biar orang tua siswa merasa putra putrinya tetap terlayani dalam hal pembelajaran," jelasnya.
Salah seorang wali murid, Ny Nike, yang anaknya masih duduk di bangku SD menyatakan setuju adanya simulasi sebagai persiapan nanti jika sekolah boleh tatap muka.
"Asal jam sekolah dan jumlah siswa di kelas dibatasi (bergantian masuknya). Siswa juga wajib bermasker/face shield pas ke sekolah," jelasnya.
Protokol kesehatan harus diterapkan agar orangtua juga tidak khawatir. Menurut ibu dua anak ini, tatap muka masih diperlukan.
"Karena kadang ada beberapa materi yang lebih mudah dipahami anak kalau gurunya menjelaskan langsung," paparnya.
Sarpras di sekolah yang harus dipenuhi jika nanti mulai tatap muka seperti ada tempat cuci tangan, alat cek suhu tubuh untuk siswa yang datang ke sekolah.
Beberapa daerah sudah melakukan simulasi agak bisa mengetahui apa yang belum siap dan perlu dipersiapkan.