Berita Malang Hari Ini
Orangtua Perlu Mengatur Manajemen Waktu Agar Bisa Dampingi Anak Saat Belajar Dari Rumah
Masa belajar dari rumah sudah sekitar enam bulan karena pandemi Covid-19. Pembelajaran dilakukan lewat daring oleh sekolah.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, MALANG - Masa belajar dari rumah sudah sekitar enam bulan karena pandemi Covid-19. Pembelajaran dilakukan lewat daring oleh sekolah.
Temuan FMPP (Forum Masyarakat Peduli Pendidikan) Malang, banyak keluhan di lapangan dari sisi orangtua.
Apalagi jika pekerjaan di rumah belum selesai dan masih harus membantu anaknya. Maka orangtua perlu melakukan manajemen waktu yang baik.
"Kalau yang orangtua secara SDM mampu dan didukung sarana prasarana, mungkin gak ada masalah. Anak-anak bisa mandiri mencari berbagai informasi lewat internet."
"Sedang temuan di lapangan, jika pengetahuan orangtua kurang serta tidak begitu tahu soal digital. Maka akan timbul kemarahan orangtua pada anaknya."
"Misalkan dimarahi atau dislentik telinganya karena orangtua juga kurang bisa membantu anaknya," jelas Sueb Effendi dari FMPP pada suryamalang.com, Jumat (4/9/2020).
Dijelaskan, proses pembelajaran daring membuat para orangtua harus kerja lebih ekstra untuk mendidik anaknya di rumah.
Namun ada juga orangtua yang kurang telaten dan terkesan marah-marah kepada anak selama mendampinginya belajar di rumah.
Ini bisa karena sikap atau karakter orang tua yang cenderung tegas dan galak. Padahal ini bisa mempengaruhi psikologis anak.
"Maka FMPP menyarankan para orang tua untuk lebih memakai cara yang menyenangkan dalam membangun hubungan komunikasi efektif dan menyenangkan pada anaknya," jelas Sueb.
Selain itu bahasa orangtua harus menyenangkan. Jika ia melakukan itu, maka reaksi anak juga akan senang. Jika perlakuan orangtua galak ke anak, maka anak pasti kurang nyaman dalam belajar.
Bisa juga, duganya, pekerjaan orangtua belum selesai, akhirnya dilampiaskan ke anak. Apalagi jika pekerjaan ibu rumah tangga.
Tantangannya banyak. Sebab pekerjaan domestik kadang ada saja yang harus diselesaikan. Maka dengan kondisi saat ini, orangtua harus pandai mengatur manajemen waktunya. Sehingga bisa menemani anak dalam menyelesaikan tugasnya.
"Jangan sampai pas belum selesai menyelesaikan pekerjaan, si anak malah keburu minta bantuannya," lanjutnya.
Disamping itu, FMPP juga menyarankan orangtua sebaiknya lebih bisa memahami emosi dan pikiran anak-anak yang masih belum bisa ditebak.
Selain itu, penting pula memehami ekspresi dan bahasa tubuh yang dilakukan anak.
Dijelaskan, menjadi sulit bagi orangtua ketika anaknya masih duduk di kelas-kelas awal di SD. Apalagi tak ada persyaratan masuk SD harus bisa calistung (baca tulis hitung).
"Anak lulusan TK saja mungkin saat masuk kelas 1 SD masih belum lancar membaca. Tapi saat ini, ketika masuk daring, yang saya lihat, bukunya sudah menjawab soal-soal. Apalagi bagi anak yang tidak lulusan TK, langsung masuk SD," jelasnya.
Maka disarankan, sekolah atau guru untuk kelas awal memberi pendampingan atau inovasi.
"Memang ada kunjungan guru ke siswa. Tapi tidak sampai detil saat kunjungan. Seperti hanya menggugurkan kewajiban. Sehingga kurang efektif," kata pria ini.
Dari pembelajaran daring, yang dirasakan adalah kurangnya komunikasi sehingga tidak ada interaksi langsung 'kehadiran' guru'.
"Beda memang dengan tatap muka. Interaksi, ekspresi guru biasanya diingat anak dan bisa mempengaruhi pola pikir," kata dia.
Ny Tiwi, ibu RT yang lulusan SD kadang juga mengeluhkan saat tidak bisa membantu anaknya saat ada PR.
"Kadang saya juga tanya ke anak tetangga yang bisa," kata Tiwi.
Kadang ia juga membantu lewat google. Belum lagi persoalan paket data karena dua anaknya yang masih di bangku SD perlu internet.