Nasional

Keberadaan Vaksin Masih Buram, Sri Mulyani Sebut Pandemi Virus Corona Akan Berlanjut Hingga 2021

Keberadaan Vaksin Masih Buram, Sri Mulyani Sebut Pandemi Virus Corona Akan Berlanjut Hingga 2021

Editor: eko darmoko
Tribunnews.com
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani 

SURYAMALANG.COM - Keberadaan vaksin yang masih buram, membuat Indonesia masih harus berperang melawan pandemi virus corona atau Covid-19.

Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani memperkirakan pandemi virus corona masih akan berlanjut hingga tahun depan.

Bendahara Negara itu mengatakan, meski ada upaya untuk penemuan vaksin, namun hingga saat ini keberadaan vaksin masih belum jelas.

Di sisi lain, upaya vaksinasi tahun depan pun belum tentu bisa dilakukan secara serentak dan merata.

"Tahun 2021 itu kita tetap sama karena ternyata sampai akhir tahun walau ada upaya penemuan vaksin itu tidak terjadi secara serentak dan cepat pada awal 2021," ujar Sri Mulyani dalam webinar Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN) 2020 secara virtual, Rabu (4/11/2020).

Sri Mulyani mengatakan hingga saat ini ada lebih dari 25 vaksin yang sedang diuji coba di seluruh dunia.

Namun demikian, proses uji coba memakan waktu yang tidak sedikit lantaran prosesnya yang berlapis-lapis.

"Dari situ ada yang sudah paling depan disebut dengan testing tahap III dan bahkan nanti ada emergency use authorizationnya diberikan oleh badan-badan seperti BPOM sehingga dianggap sudah aman dan akan dilakukan vaksinasi," ujar dia.

Di sisi lain, saat ini banyak negara di dunia yang sedang menghadapi gelombang kedua pandemi.

Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris, Italia, hingga Spanyol yang saat ini menghadapi situasi yang lebih rumit.

Pasalnya, banyak pelaku usaha yang tak lagi mau menutup kembali usaha mereka dan menyebabkan masalah dari segi sosial, ekonomi, hingga politik.

"Jadi kita jangan underestimate bahwa tantangan ini masih harus kita hadapi dan kelola sama-sama, APBN akan terus jalankan fungsinya," ujar Sri Mulyani.

"Tapi semua pihak harus benar-benar ikut menjaga supaya masalah awalnya yaitu pandemi tetap bisa terjaga dan terkendali," jelas dia.

Ilustrasi proses pembuatan vaksin virus corona atau Covid-19
Ilustrasi proses pembuatan vaksin virus corona atau Covid-19 (Shutterstock)

Kemenkes Tanggapi Keraguan Terkait Vaksin Virus Corona Asal China

Muncul keraguan sejumlah pihak terkait kualitas vaksin virus corona yang dibeli Pemerintah Indonesia dari China.

Menanggapi keraguan ini, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun angkat bicara.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Perlindungan Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan, tim dari pemerintah Indonesia saat ini sedang berada di China untuk memastikan apakah benar vaksin dari China itu sudah merampungkan uji klinis tahap tiga atau belum.

"BPOM masih di China untuk urusan itu," ujar Yuri saat dikonfirmasi Kompas.com pada Selasa (20/10/2020).

Achmad Yurianto
Achmad Yurianto (BNPB)

Apabila seluruh tim sudah kembali ke Indonesia, akan ada pembaharuan informasi soal status vaksin yang dibeli pemerintah dari negeri tirai bambu tersebut.

Selain itu, BPOM juga menuntaskan kajian efek samping dari vaksin itu.

Diketahui, ada tiga jenis vaksin Covid-19 dari produsen China yang dibeli pemerintah untuk pengadaan pada 2020.

Ketiganya yakni Sinovac, Sinopharm dan Cansino.

Apabila ketiga jenis vaksin itu ditotal, Indonesia telah dipastikan mendapat persediaan vaksin untuk 9,1 juta orang pada tahun ini.

Menurut Yuri, Kemenkes bersama-sama Kementerian BUMN, Kemenkomarives, BPOM, Kemenag, MUI dan PT Bio Farma, telah menemui ketiga produsen vaksin itu.

"Tim sudah bertemu produsen-produsen vaksin yang sudah selesaikan uji klinis tahap ketiga dan bahkan vaksin ini telah digunakan di negara asalnya," ujar Yuri dalam jumpa pers daring yang ditayangkan Kompas TV, Senin (19/10/2020).

"Tujuannya sama, yakni ingin memperoleh vaksin yang digunakan secara aman untuk penduduk kita. Aman di dalam hal perspekstif manfaat terhadap pencegahan agar tidak menjadi sakit akibat Covid-19," lanjut dia.

Selain itu, juga dipastikan ketiga vaksin aman dari sisi kehalalannya.

Yuri lantas menjelaskan rincian ketiga jenis vaksin yang dimaksud.

Pertama, vaksin yang diproduksi oleh Sinovac.

Ilustrasi - Vaksin Virus Corona
Ilustrasi - Vaksin Virus Corona (shutterstock via kompas.com)

"Sinovac ini perusahaan vaksin di China yang sudah menyelesaikan uji klinis fase tiga di beberapa tempat. Di Brasil sudah selesai, di China juga sudah selesai," ungkap Yuri.

"Di Indonesia (uji klinis) akan berakhir bulan Desember ini yang kita ketahui dilakukan di Bandung oleh PT Bio Farma dan Universitas Padjajaran," lanjut dia.

Komunikasi dengan Sinovac dilaksanakan lebih awal karena ternyata vaksin itu telah digunakan di sana.

Selain itu, dasar penggunaan vaksin Sinovac telah mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan di China.

Saat ini, BPOM sedang berada di China untuk melakukan sharing data uji klinis fase tiga dengan Sinovac dan terkait penggunaannya di China di Brasil dan beberapa tempat lain.

Menurut Yuri, Sinovac sendiri telah berkomitmen menyediakan 1,5 juta vaksin untuk Indonesia pada November.

Jumlah yang sama juga akan disediakan Sinovac pada Desember.

"Kalau kita lihat karakteristik Sinovac, maka pembeliannya adalah dual dose. Jadi satu orang disuntik dua kali," tutur Yuri.

"Yakni Vaksin dasar, lalu 14 hari kemudian booster (penguat). Maka angka dua kali 1,5 juta ini bisa digunakan oleh 1,5 juta orang," lanjut dia.

Kedua, tim dari pemerintah pun telah bertemu dengan produsen vaksin Sinopharm.

Yuri menyebut, Sinopharm ini merupakan BUMN-nya China.

Vaksin Sinopharm juga sudah selesai uji klinis tahap ketiga di beberapa negara, yakni China, Uni Emirat Arab dan Turki.

"Di China, Sinopharm ini digunakan untuk tenaga kesehatan yang ada di sana. Dan sudah keluar izin dari lembaga yang sama yang kita sebut BPOM-nya China sana," jelas Yuri.

"Kemudian kita juga mendapatkan informasi, bahwa Sinopharm pun sudah diberikan izin oleh otoritas kesehatan di UEA dan mereka mengatakan sudah melakukan uji terhadap kehalalannya," lanjut dia.

Sama halnya dengan Sinovac, saat ini tim dari Kemenag, BPOM dan MUI sedang berada di China untuk mempelajari data sharing dan kehalalan vaksin Sinopharm.

Yuri menyebut, Sinopharm juga merupakan tipe vaksin dual dose.

Perusahaan vaksin itu telah berkomitmen mengirimkan 15 juta dosis vaksin Sinopharm untuk Indonesia pada Desember mendatang.

"Artinya kalau dia penyuntikannya dua kali, maka bisa digunakan buat 7,5 juta orang," kata Yuri.

Ketiga, pemerintah Indonesia juga menggelar pertemuan dengan produsen vaksin Cansino.

Vaksin ini telah selesai uji klinis tahap ketiga di China, Kanada, Arab Saudi dan beberapa negara lain.

Yuri mengungkapkan, selain telah mendapatkan izin dari pemerintah China, vaksin Cansino pun sudah disuntikkan kepada tentara di sana.

Berbeda dengan Sinovac dan Sinopharm, vaksin Cansino merupakan jenis vaksin single dose atau hanya perlu satu kali penyuntikan.

"Karena platformnya beda dengan Sinovac dan Sinopharm yang menggunakan virus yang tidak diaktifkan. Sementara itu Cansino menggunakan platform lain sehingga single dose," ungkap Yuri.

"Kesanggupannya produsen Cansino adalah sediakan 100.000 ribu dosis vaksin," lanjut dia.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved