Sosok Nenek Chamimah Sukses Raih Gelar Sarjana di Usia 78 Tahun, Adik Mantan Wapres Try Sutrisno

Inilah sosok Nenek Chamimah yang sukses raih gelar sarjana di usia 78 tahun yang juga adik mantan Wakil presiden Try Sutrisno.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Sekretariat Wakil Presiden Indonesia
Potret Nenek Chamimah dan Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi

SURYAMALANG.COM - Inilah sosok Nenek Chamimah yang sukses raih gelar sarjana di usia 78 tahun.

Nenek Chamimah yang juga merupakan adik mantan Wakil Presiden Try Sutrisno ini merupakan satu di antara wisudawan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Chamimah yang berusia 78 tahun, merupakan salah satu wisudawan dari 1.139 sarjana berbagai jurusan yang diwisuda Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Selasa (24/11/2020).

Chamimah berhasil menjadi sarjana program studi pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PAUD) saat berusia 78 tahun.

Chamimah menulis tugas akhir berjudul "Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini Kelompok A TK Masa Putra Bhakti Surabaya Tahun Pelajaran 2019-2020".

Perempuan yang mengaku sebagai adik mantan Wakil Presiden Try Sutrisno itu menyelesaikan studinya selama empat tahun.

Ia mengaku senang menjalani perkuliahan meski teman sekelasnya seumuran dengan cucunya.

"Justru mereka yang memotivasi saya untuk terus belajar dan menyelesaikan studi tepat waktu," kata Chamimah lewat keterangan yang diterima, Rabu (25/11/2020) dikutip dari Kompas.com.

Nenek Chamimah (78), wisudawan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Nenek Chamimah (78), wisudawan Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya)

Chamimah yang telah menjadi pengajar di TK Masa Putra Bhakti Surabaya sejak 1963 itu bersyukur bisa menyelesaikan studi selama empat tahun.

"Saya tidak pernah bolos kuliah, tidak masuk saat saya merasa tidak enak badan saja," ujar dia.  

Menurutnya, tak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

"Selama kita bersungguh-sungguh, tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu," ujar dia.

Sementara itu, Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya Radius Setiawan membenarkan, ada sarjana berusia 78 tahun dalam wisuda ke-46 kemarin.

Ia menegaskan, Universitas Muhammadiyah membuka kesempatan belajar bagi siapa pun.

"Kami secara inklusif membuka kesempatan belajar bagi siapa pun selama memiliki tekad dan ikhtiar yang kuat dalam menuntut ilmu," kata Radius saat dikonfirmasi, Rabu.

Sosok Wisudawan Termuda ITS Surabaya, Dapat Gelar Sarjana Teknik Komputer di Usia 19 Tahun

Inilah sosok wisudawan termuda ITS Surabaya pada acara Wisuda ITS ke-122. 

Sosok pemuda bernama Muhammad Dimas Nugraha Aryatama menjadi wisudawan termuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya di usia 19 tahun. 

Sebelumnya empat tahun yang lalu, Muhammad Dimas Nugraha Aryatama juga mendapatkan gelar sebagai mahasiswa termuda yang masuk ITS. 

Sosok wisudawan termuda ITS ini berasal dari Banjarmasin.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama berhasil meraih gelar sarjana Teknik Komputer pada usia yang baru mencapai 19 tahun 7 bulan pada prosesi wisuda sesi ketiga, 24 Oktober 2020 mendatang.

Dikutip dari its.ac.id, kisah mahasiswa yang akrab disapa Dimas ini diawali saat masuk sekolah dasar (SD) di umur yang lebih muda dari anak-anak pada umumnya, yakni 5 tahun.

Menginjak tahun ketiganya di SD, Dimas berkesempatan untuk program percepatan belajar atau akselerasi.

Sehingga selama kelas 3 sampai 6 ditempuh masing-masing selama delapan bulan dan lulus dalam kurun waktu lima tahun saja.

Tidak berhenti di situ, saat duduk di bangku SMA, mahasiswa kelahiran tahun 2001 ini lagi-lagi mendapat kesempatan untuk mengikuti program akseleras sehingga lulus dari SMA hanya dalam kurun dua tahun.

Tepat setelahnya, ia langsung melenggang ke jenjang perkuliahan saat umurnya juga masih belia, yakni 15 tahun.

Mahasiswa yang sedari dulu memiliki passion mengotak-atik komputer ini melabuhkan pilihannya pada Departemen Teknik Komputer ITS.

Berkembang bersama departemen ini, membuat Dimas menemukan bidang favoritnya yakni machine learning dan deep learning yang merupakan suatu teknologi yang sangat gencar pengembangannya pada saat ini.

“Bahkan penerapannya dapat sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Kesukaan itulah yang mengantarkannya memilih topik Tugas Akhir (TA) yang berjudul Pendeteksian Pneumothorax Pada Citra X-Ray Menggunakan Convolutional Neural Network.

 Pada penelitiannya, Dimas menggunakan sistem deep learning untuk dapat mendeteksi kondisi pneumothorax pada gambar x-ray pasien. Ia lebih berfokus membandingkan tingkat keakuratan dari berbagai model arsitektur deep learning.

Alumnus SMAN 1 Banjarmasin ini memaparkan bahwa selama ini pneumothorax masih sering mengalami keterlambatan diagnosis dan perawatan medis, karena metode deteksinya masih menggunakan cara manual.

Ia memiliki harapan agar ke depannya, metode yang ia teliti dapat lebih dikembangkan dan diterapkan di rumah sakit agar bisa mengurangi jumlah korban pneumothorax.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama, wisudawan termuda ITS yang juga aktif di UKM Robotika selama kuliah
Muhammad Dimas Nugraha Aryatama, wisudawan termuda ITS yang juga aktif di UKM Robotika selama kuliah (website its.ac.id)

Selama empat tahun masa kuliahnya, Dimas tidak membatasi wadah tempat ia belajar.

Masih linear dengan bidang yang ia dalami, Dimas juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika.

Di sana ia mengaku mendapat banyak pelatihan terkait Internet of Things (IoT) hingga deep learning. Berbagai pengalamannya itu mengantarkannya meraih juara tiga pada ASEAN MATE Underwater Robot Competition 2017 lalu.

Banyak hal-hal tidak terduga yang dialami mahasiswa yang juga menjadi bagian dari Laboratorium Komputasi dan Multimedia ini.

Karena wajahnya yang masih tampak sangat muda, ia sampai dikira masih mahasiswa baru oleh adik tingkatnya saat Dimas sudah berada di tahun ketiga perkuliahannya.

“Bahkan sampai foto bersama mengabadikan momen sebagai mahasiswa baru, padahal saya sudah mau lulus,” ujarnya mengenang hal yang lucu tersebut.

Selain kisah unik nan menggelitik, sulung dari dua bersaudara ini juga pernah merasakan kepenatan menjalani hari-hari yang penuh tugas.

Baginya, salah satu caranya menaikkan mood kembali adalah dengan melakoni hobinya yang cukup unik. Yakni membaca buku sejarah dunia, biografi tokoh dunia, hingga mengikuti perkembangan militer dunia.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama (kanan), wisudawan termuda ITS saat bersama rekan-rekannya kuliah
Muhammad Dimas Nugraha Aryatama (kanan), wisudawan termuda ITS saat bersama rekan-rekannya kuliah (website its.ac.id)

Meski melewati masa kuliah di umur yang terbilang sangat belia ini tidak mudah, Dimas tidak pernah sekalipun merasa putus asa.

Motto hidupnya yang berbunyi “Coba aja dulu”, membuat Dimas cekatan serta sigap mengambil keputusan semasa perkuliahannya. Dimas sangat berterima kasih kepada kedua orang tuanya yang juga senantiasa memberi dukungan kepadanya.

Usai menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan meraih IPK 3,17, Dimas berencana untuk melanjutkan studinya ke jenjang Master (S-2).

Cita-citanya sendiri di masa mendatang, ia ingin dapat mengaplikasikan ilmunya dengan bekerja di bidang data analyst atau software engineering.

Untuk para juniornya, Dimas juga berpesan untuk selalu pantang menyerah dan tetap mencoba untuk dapat beradaptasi di lingkungan baru khususnya perkuliahan. Membuka diri itu penting, karena pemahaman akan topik perkuliahan justru banyak yang bisa didapatkan dari belajar bersama teman. “Apapun masalah yang menghadang, hadapi aja dan usahakan selalu kontrol emosi,” tandasnya mengingatkan. (ai/HUMAS ITS)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved