Akun Instagram Gading Marten Banjir Simpati, Gisel Pernah Ungkap 4 Penyebab Perceraian Mereka
Gisel jadi tersangka, akun Instagram Gading Marten banjir simpati, mantan istri pernah ungkap 4 penyebab perceraian mereka
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: eko darmoko
Kini Gisel mengaku pasrah dengan kehendak Tuhan dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
"Aku nangis minta ampun atas semua kesalahanku, atas semua dosaku, semua kebodohanku.
Aku minta hidupku dipimpin, hidupku yang jelas mesti gimana karena aku clueless," paparnya.
Lebih lanjut Gisel lantas membongkar alasan mengapa bisa cerai dari Gading Marten.
Dari pengakuannya ada 4 hal yang menjadi pemicu besar Gading Marten dan Gisel sampai cerai.
Pemicu pertama diakui Gisel dirinya sempat overthingking pada Gading Marten.
“Dulu ya, (overthinking) itu pasti. Overthinking-nya sampai yang tadi aku bilang, enggak mau kalau aku harus hidup 15 tahun 20 tahun ke depan kayak orangtuaku. Aku enggak mau,” tutur Gisella Anastasia.
“Itu aku overthinking gila. Ngapain lo mikir 15 tahun ke depan kendi? Yang ini saja belum lo jalani. Ibaratnya begitu, kan? Waktu itu aku overthinking, terus banyak sih enggak berserah kepada Tuhan-lah,” imbuhnya.
Kebanyakan pikiran ini, kata Gisella Anastasia, berhubungan dengan faktor kedua yakni tidak dekat dengan Sang Khalik. Ia mengaku kadang-kadang ke gereja.
Kadang dapat esensi ibadah, kadang hanya ketawa-ketiwi doang. “Agama doang tapi enggak dipakai,” akunya. Saat kemelut rumah tangga melanda pun, mereka tak melibatkan Tuhan.
“Dulu, tuh aku enggak. Jadi memang ada permasalahan apapun yang dipakai otakku sendiri, otak Mas Gading sendiri. Hatiku sendiri, hati Mas Gading sendiri,” Gisella Anastasia mengenang.
Faktor ketiga, Gisel mengaku bila ia dan Gading kerap tidak fokus.
Pasalnya Gisel kerap sibuk dengan pekerjaan, dan pertemanan yang ada.
“Terus kayak enggak fokus sama apa-apa. Kita juga bukan orang yang harus kaya raya, pengin mengejar apa, enggak juga. Yang penting bisa bayar cicilan, ya sudah,” akunya.
Perlahan, masalah meruncing. Mantan sinden Opera Van Java menggambarkan konflik bagai gelembung air mendidih. Makin banyak gelembung timbul dan menuju ke atas. Situasi makin kacau.