Travelling
Jejak Langkah Pendakian Gunung Semeru, Kematian Soe Hok Gie Hingga Predikat Seven Summits Indonesia
Jejak Langkah Pendakian Gunung Semeru, Kematian Soe Hok Gie Hingga Predikat Seven Summits Indonesia
Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM - Gunung Semeru yang mashyur sebagai Puncak Abadi Para Dewa adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Gunung Semeru memilik ketinggian 3676 mdpl, berada di Provinsi Jawa Timur. Pesona Gunung Semeru telah menarik pendaki gunung untuk mendakinya.
Banyak kenangan ikhwal Gunung Semeru, selain kematian aktivis Soe Hok Gie di sekitaran Puncak Mahameru tahun 1969, gunung ini juga diabadikan grup band asal Surabaya, Dewa 19, melalui sebuah lagu.
Lagu tersebut berjudul 'Mahameru' dalam album Format Masa Depan yang dirilis Dewa 19 tahun 1994.

Tak hanya itu, Gunung Semeru juga termasuk ke dalam Seven Summits Indonesia atau tujuh gunung tertinggi di pulau besar di wilayah Nusantara.
Sejak berabad-abad yang lalu, Gunung Semeru sudah menjadi primadona bagi kaum pendaki yang ingin menjejakkan kaki di puncak tertinggi Pulau Jawa itu. Sejarah mencatat, pendakian pertama Gunung Semeru terjadi pada abad ke-19, tetapnya pada tahun 1838.

Dikutip dari Wikipedia, sepanjang yang dicatat oleh sejarah; Clignet dan Winny Brigita adalah orang pertama yang melakukan ekspedisi pendakian ke Gunung Semeru. Mereka adalah ahli geologi berkebangsaan Belanda yang melakukan pendakian dari jalur barat daya lewat Widodaren.
Bermula dari pendakian tahun 1838 inilah, pendakian ke Gunung Semeru terus berlanjut. Tahun 1911, Van Gogh dan Heim mendaki Semeru lewat lereng utara, kemudian tahun 1945 seorang ahli Botani, Junhunn, asal Belanda mendaki melalui jalur Ayak-ayak. Selanjutnya, pendakian umumnya dilakukan melalui jalur yang dianggap paling aman, yakni di Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Harian Surya beruntung pernah mendaki Gunung Semeru hingga puncak tertinggi Mahameru. Pendakian ini dilakukan Harian Surya pada dua kesempatan, yakni pada 2010 dan 2012, melalui jalur Ranu Pani.
Sejauh dalam rekam jejak Harian Surya, beginilah alur rute pendakian Gunung Semeru:
Tumpang
Pendaki yang ingin mendaki Gunung Semeru, pasti singgah di Tumpang, Kabupaten Malang. Dari Tumpang, mereka melanjutkan perjalanan ke Pos Perizinan Ranu Pani, bisa menggunakan truk sayur atau menyewa jeep yang dikelola oleh warga Tumpang.
Ranu Pani
Ranu Pani adalah desa terakhir sebelum melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Di sini, pendaki bakal dimanjakan oleh lanskap danau cantik yang bernama seperti nama desa; Ranu Pani. Di sekitaran Ranu Pani juga ada danau yang tak kalah cantik, Ranu Regulo, berjarak sekitar perjalanan jalan kaki selama 20 menit dari Ranu Pani.

Ranu Kumbolo
Disarankan, perjalanan ke Ranu Kumbolo dilakukan pada pagi atau menjelang siang. Alasannya sederhana, agar tiba di Ranu Kumbolo sebelum petang. Rata-rata durasi yang dibutuhkan untuk rute Ranu Pani - Ranu Kumbolo sekitar tiga sampai empat jam. Semua tergantung kondisi fisik masing-masing pendaki. Namun, sewaktu Harian Surya menempu rute ini, butuh waktu sekitar enam jam, lantaran perjalanan diselingi dengan berburu foto lanskap untuk keperluan dokumentasi Gunung Semeru.
Sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo, pendaki akan disuguhkan dengan trek yang lumayan ‘ringan’, hanya sedikit trek berupa tanjakan. Sebelum sampai di Ranu Kumbolo, pendaki akan menemui empat shelter (pondokan kecil untuk istirahat). Ketika musim kemarau, saat malam hari, suhu di Ranu Kumbolo bisa turun hingga minus derajat celcius. Suhu ekstrem ini mengakibatkan munculnya bunga-bunga es di Ranu Kumbolo, biasanya muncul di atap tenda para pendaki.
Tanjakan Cinta
Tanjakan Cinta adalah berupa ‘dinding’ yang harus dirayapi pendaki sebelum tiba di savana mahaluas, Oro-oro Ombo. Dengan bahasa lain, Tanjakan Cinta adalah gerbang menuju savana Oro-oro Ombo. Konon ada folklor ikhwal nama Tanjakan Cinta. Bahwa, pendaki dilarang menoleh ke belakang saat merayapi Tanjakan Cinta. Jika menoleh, maka kisah cintanya akan kandas. Jika tanpa menoleh, niscaya kisah cintanya akan mulus. Demikianlah folklore yang berkembang; boleh percaya boleh tidak!
Kalimati
Dari Ranu Kumbolo-Tanjakan Cinta, lanjut ke Oro-oro Ombo, pendaki akan tiba di Alas Jambangan sebelum akhirnya tiba di basecamp Kalimati. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima jam. Di Kalimati inilah, biasanya otoritas setempat menentukan batas akhir pendakian saat aktivitas Gunung Semeru meningkat.
Di Kalimati ada shelter berukuran besar, seperti yang berdiri di pinggir Ranu Kumbolo. Kemping di Kalimati bakal disuguhi suasana syahdu, jauh dari hiruk-pikuk absurd metropolitan. Kita seperti dibawa ke dunia dongeng; pohon-pohon berjajar, dahannya diembus angin menghasilkan nyanyian alam yang membikin telinga damai. Secawan kopi bisa menambah suasana makin luar biasa.
Kebetulan, saat itu, status Semeru sedang ‘tenang’. Jadi, Harian Surya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Puncak Mahameru. Saat itu, Harian Surya bertemu dengan rombongan pendaki asal Jepang dan Amerika.
“Tadi pendaki asal Jepang sudah ke puncak. Saya juga ingin ke puncak,” begitu kata pria asal Amerika, sejauh yang teringat, yang ditemui Harian Surya di basecamp Kalimati, saat pendakian tahun 2012.

Mahameru
Dari Kalimati, umumnya pendakian ke Puncak Mahameru dimulai saat tengah malam. Supaya ketika sampai di Mahameru bisa menikmati sunrise. Bukan hanya butuh fisik untuk mencapai Mahameru, tapi pendaki harus menyiapkan mental sekuat baja. Banyak pendaki yang gagal menginjakkan kaki di Mahameru karena mental ambruk.
Di perjalanan ini, pendaki akan melewati Arcapada, sebuah hutan yang biasanya digunakan untuk camp. Namun, hal ini tidak disarankan. Camp terakhir hanya disarankan di Kalimati. Dari Arcapada, pendakian akan berlanjut ke batas vegetasi. Pendaki tidak akan menemui pepohonan. Selepas batas vegetasi, pendaki akan dihadapkan pada hamparan pasir cadas yang ketika diinjak akan merosot. Ada jargon; naik satu langkah, pijakan akan turun tiga langkah. Mahameru memang berat untuk digapai.
Perjalanan dari Kalimati ke Mahameru dilakoni Harian Surya hampir sembilan jam. Berangkat pukul 01:00 dinihari dan tiba di Mahameru sekitar pukul 10:00 pagi. Tiba di Mahameru, kita akan disuguhi keperkasaan kawah Jonggring Saloko yang memuntahkan material vulkanik. Sepanjang mata memandang, selain hamparan datar Mahameru, mata juga dimanjakan oleh samudera awan mahacantik.
Tak boleh berlama-lama di Mahameru, sebab pada siang hari, biasanya gas berancun keluar dari Jonggring Saloko. Makanya, selepas mengunyah beberapa lembar roti tawar diolesi selai dan menenggak minuman soda, Harian Surya beserta rombongan langsung bergegas turun.
Pada pendakian tahun 2012 ini, Harian Surya masih menemui papan memoriam Soe Hok Gie di Puncak Mahameru. Soe Hok Gie adalah aktivis era 1960-an yang meninggal di Puncak Mahameru. Untuk mengenangnya, papan memoriam itu dipasang di Mahameru. Namun, beberapa waktu kemudian, papan memoriam itu dicopot, karena alasan tidak boleh mendirikan apa pun di Puncak Mahameru.

Semeru Bagian dari Seven Summits Indonesia
Tak heran bila Gunung Semeru menjadi primadona di kalangan pendaki Nusantara atau pendaki luar negeri. Pasalnya, Semeru masuk ke dalam jajaran gunung tertinggi di Indonesia atau dikenal dengan sebutan Seven Summits Indonesia.
Seven Summit Indonesia merujuk pada gunung tertinggi yang terletak di pulau-pulau besar di Indonesia, atau dengan kata lain, mewakili gunung tertinggi yang berada di sebuah pulau.
Berikut adalah tujuh gunung tertinggi di Indonesia yang masuk ke dalam Seven Summits Indonesia:
Gunung Jayawijaya Carstensz Pyramid, Papua (4884 mdpl)
Gunung Kerinci, Sumatera (3805 mdpl)
Gunung Rinjani, Lombok (3726 mdpl)
Gunung Semeru, Jawa Timur (3676 mdpl)
Gunung Latimojong, Sulawesi (3378 mdpl)
Gunung Binaiya, Maluku (3005 mdpl)
Gunung Bukit Raya, Kalimantan (3000 mdpl).
