Mencicipi Mi Ayam Buatan Bule Belanda di Warung Telolet, Sleman

Anda akan melihat suasana berbeda saat menikmati mi ayam di warung Bakso Mi Ayam 'Telolet' di Jalan Moses Gatotkaca, Mrican, Sleman.

Editor: Zainuddin
KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
Charlotte Peeters memasak mi ayam di warung Bakso Mi Ayam 'Telolet' di Jalan Moses Gatotkaca, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman. 

"Jadi mi ayam kami lebih gurih, untuk input rasa Belanda dan tidak ada rasa Indonesia," ungkapnya.

Awalnya Charlotte Peeters mematok harga Rp 5.000 untuk semangkok mi ayam.

Kemudian harganya berubah menjadi Rp 7.000 per mangkok sejak sekitar sebulan lalu.

Harga satu mangkok mi ayam ini terhitung murah.

Charlotte Peeters sengaja memasang harga murah agar terjangkau bagi masyarakat.

Terlebih lagi, di kala pandemi ini juga berdampak bagi perekonomian masyarakat.

"Kami sendiri merasakan dampak pandemi seperti apa. Paling penting untuk kami harga murah. Semua orang bisa datang untuk makan, tapi walaupun murah rasanya harus enak," jelasnya.

Harga itulah yang juga menjadi pertimbangan memilih membuka warung mi ayam dan bakso.

Sebab, jika memilih makanan lain belum tentu bisa memberi harga yang murah per mangkoknya.

Penamaan telolet ini datang dengan sendirinya.

Nama itu dipilih karena lucu dan mudah diingat oleh orang.

"Waktu kami buka memang cari nama, nah sempat kepikiran bikin nama mi ayam bakso Amsterdam atau apa tetapi kami berpikir otomatis ekspektasi orang harus ada rasa Belanda."

"Akhirnya enggak tau aja tiba-tiba kami dapat telolet dan kami berdua cocok dengan itu dan lucu aja," urainya.

Penerapan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Sleman menyebabkan penurunan pembeli.

Meski pembeli menurun, Charlotte Peeters dan suaminya tetap terus menjalankan usahanya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved