Berita Malang Hari Ini
Kebijakan Pendidikan Vokasi Harus Link And Match Dengan Kebutuhan Dunia Industri
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarianto PhD menjadi narasumber di webinar `Gerakan Sekolah Menyenangkan Bagi SMK´
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, MALANG - Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarianto PhD menjadi narasumber di webinar `Gerakan Sekolah Menyenangkan Bagi SMK´, Sabtu (23/1/2021) yang diadakan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika (BBPPMPV BOE) di Malang.
Menurut Wikan, kebijakan pendidikan vokasi adalah link and match dengan dunia usaha.
"Untuk itu harus dimasak bersama. Dimulai dari masak apa? Bikin resep bersama, dimasak, dicicipin (magang) dan dicap berupa sertifikasi) dan dinikmati industri," kata Wikan.
Sehingga kebijakannya mendukung. Misalkan apakah kurikulumnya sudah sinkron dengan dudi (dunia industri).
Dalam pendidikan vokasi, tujuannya adalah menghasilkan SDM dan produk. Maka riset-riset terapan harus menghasilkan karya. Bukan hanya riset tulis.
Dikatakan, SDM yang ingin dihasilkan di pendidikan vokasi adalah yang memiliki kompetensi.
"Aku bisa ini, aku bisa perform ini. Bukan hanya mengandalkan ijazah, bahwa saya sudah belajar ini," contohnya.
Lulusan kompeten adalah outputnya memiliki hardskill, softskill dan terutama integritas. Untuk itu perlu perubahan di mindset
Jika tidak ada perubahan di pola pikir itu, maka anggaran yang disalurkan ke SMK pusat unggulan dan program kampus merdeka hanya akan menghasilkan gedung dan alat-alat jika pemimpinnya tidak tahu bagaimana menyuburkan.
Webinar dalam rangka dies natalis pertama Ditjen Diksi Kemendikbud juga menampilkan Nur Rizal Phd, founder Gerakan Sekolah Menyenangkan yang juga dosen UGM dengan tema `Menyongsong Pergerakan SMK Masa Depan´.
Dikatakan, banyak hal yang perlu dikejar terutama di kualitas pendidikan. Apalagi saat di masa disrupsi.
Dikatakan, ini guru-guru berorientasi pada ketuntasan kurikulum. Sehingga tidak fokus bagaimana membuat siswa berpikir kritis.
Akhirnya orientasi ke nilai dan hardskill berupa hafalan. Hal ini karena guru juga dosen takut melakukan hal baru karena masih ada administrasi mulai pusat sampai daerah. Sehingga sulit berubah karena terjajah di sistem.
Peran guru di GSM antara lain sebagai fasilitator untuk mendorong siswa dalam proses belajar dan mendorong siswa untuk menemukan solusi-solusi sendiri sehingga bisa berpikir kritis.
Dikatakan GSM melakukan transformasi langsung ke guru sehingga bisa melakukan perubahan mindset atau perilaku.