Tips Jaga Pola Hidup agar Terhindar dari Covid-19: Hati yang Gembira Adalah Obat

Dunia pendidikan harus beradaptasi dengan situasi sehingga pendidikan dapat tetap berjalan.

Editor: Zainuddin
Moh Zainudin
Materi seminar bertema 'Pendidikan Nasional Sambut New Normal' via Zoom 

SURYAMALANG.COM - Dunia pendidikan harus beradaptasi dengan situasi sehingga pendidikan dapat tetap berjalan.

Sebab, tidak ada yang bisa memprediksi kapan pandemi akan berakhir.

Guru Besar Keperawatan Jiwa Universitas Indonesia, Budi Anna Keliat mengatakan sekarang semua sekolah dan perguruan tinggi melaksanakan pembelajaran secara daring.

Tapi, pendidikan tidak bisa dilaksanakan secara daring 100 persen karena faktor kompetensi menjadi pertimbangan.

Pelajaran atau mata kuliah praktik perlu pendampingan secara langsung dengan menerapkan prosedur sehingga tidak terjadi kesalahan fatal.

Tetapi, pembelajaran daring memberi pengalaman berharga kepada peserta didik maupun mahasiswa untuk akrab dengan teknologi, memanfaatkan untuk belajar secara mandiri atau pun kelompok, dan hal itu menumbuhkan kepuasan batin.

"Selama vaksin belum ada, maka kita harus membuat kekebalan alami dengan meningkatkan ketahanan fisik, serta ketahanan jiwa dan psikososial," tutur Budi Anna Keliat dalam seminar bertema 'Pendidikan Nasional Sambut New Normal' via Zoom, Jumat (20/11/2020).

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan ketahanan fisik, yaitu mengatur pola makan, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, minum 2 liter air putih setiap hari, olahraga 30 menit, berjemur 15 menit, dan istirahat 6-7 jam.

"Dengan melakukan hal itu, maka kondisi fisik akan meningkat dan stabil," ungkapnya.

Saat ini orang juga harus meningkatkan ketahanan jiwa dan psikososial meliputi fisik rileks, emosi positif, pikiran positif, perilaku positif, relasi positif, dan spiritual positif.

Fisik rileks dapat dilakukan dengan mentarik napas dalam dan relaksasi otot progresif, karena hal itu akan menekan produksi hormon kortisol.

"Bagaimana caranya supaya orang tua tidak marah-marah ketika mendampingi anaknya belajar daring?" tanya Nada Kusuma dari STKIP Suar Bangli.

"Jika muncul rasa kesal dan mau marah, maka duduk sebentar, tarik napas dalam, dan pikirkan jalan keluar terbaik. Jangan langsung memukul anak sebab kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah," jawab Anna.

Emosi positif dapat dibuat dengan cara menikmati alam semesta suatu daerah, menikmati seni dan budaya, serta melakukan hal-hal yang mendatangkan kegembiraan.

Hati yang gembira adalah obat.

"Peristiwa di luar tidak bisa kita kontrol. Tapi, peristiwa di dalam yang bisa kita kontrol. Makanya kita dianjurkan untuk berpikir positif," paparnya.

Setiap orang perlu membuat buku kecil untuk menulis hal-hal positif yang sudah dilakukan setiap hari.

Selanjutnya perilaku yang perlu dikembangkan untuk mencapai perilaku positif adalah perilaku baik dan sehat, baik untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun lingkungan, contohnya menjalankan imbauan pemerintah untuk melakukan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).

"Ayo kembangkan relasi positif, menyapa teman ketika bertemu. Tidak ada lagi masa bodoh, tidak ada lagi bermusuh-musuhan, saling sindir, saling hujat, dan hal-hal negatif lainnya."

"Ayo berikan penguatan kepada semua orang yang sudah melakukan hal baik, dan mari budayakan tolong menolong," tuturnya.

Dulu orang berdoa untuk diri sendiri.

Sekarang saatnya medoakan keluarga, tenaga kesehatan, dan pemerintah agar bisa terhindar dan mendapat kekuatan untuk menangani pandemi Covid-19.

Semua ketahanan jiwa dan psikososial itu tidak memakai biaya, gratis.

Laporan Moh Zainudin (staf pengajar Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved