Jendela Dunia
Misteri Lukisan The Scream Karya Edvard Munch Tahun 1893 Perlahan Terkuak, Merekam Letusan Kratakau
Misteri Lukisan The Scream Karya Edvard Munch Tahun 1893 Perlahan Terkuak, Merekam Letusan Kratakau
SURYAMALANG.COM - Edvard Munch pelukis berkebangsaan Norwegia yang lahir tahun 1863, pernah menghebohkan dunia dengan karya lukisannya yang berjudul The Scream.
Selain dikait-kaitan dengan letusan Gunung Krakatau di Indonesia (dulu Hindia Belanda) pada tahun 1883, lukisan The Scream juga diselimuti ragam misteri.
The Scream sering disebut sebagai upaya Edvard Munch dalam merekam serta mendokumentasikan letusan Gunung Krakatau ke dalam karya lukisan.
Misteri lain adalah sebuah tulisan yang berada di sudut kiri atas lukisan The Scream, dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com.
Misteri yang menjadi tanda tanya sejak tahun 1904 ini pun agaknya bisa dipecahkan oleh Museum Nasional Norwegia.
Di sudut kiri atas kanvas lukisan karya Edvard Munch itu tertulis, "Hanya dapat dilukis oleh orang gila."
Selama beberapa dekade, para pemerhati dan peneliti seni tidak dapat memastikan asal muasal tulisan tersebut.
Tetapi sekarang berkat teknologi inframerah, tulisan di The Scream yang asli dari tahun 1893 itu dikonfirmasi sebagai tulisan Munch.

Kesimpulan ini diambil setelah para peneliti membandingkan guratan pada lukisan itu dengan tulisan tangan dari buku harian Munch dan menemukan bahwa dan huruf yang gayanya cocok.
“Tulisan tersebut tanpa diragukan lagi adalah dari Munch. Tulisan tangan, serta peristiwa yang terjadi pada tahun 1895, ketika Munch mempertunjukkan lukisan itu untuk pertama kalinya di Norwegia, semuanya memperkuat dugaan itu,” kata Mai Britt Guleng, kurator museum.
Semula, banyak kalangan mengira tulisan itu dibuat oleh orang yang menganggap karyanya aneh, atau sebuah bentuk vandalisme.
Namun Munch sendiri diduga menulis frasa itu tidak lama setelah pembicaraan tidak menyenangkan pada tahun 1895 ketika dia memamerkan lukisan itu untuk pertama kalinya di kota Kristiania, sekarang Oslo.
Selama diskusi publik tentang karya itu, seorang mahasiswa kedokteran muda berspekulasi bahwa lukisan aneh itu menunjukkan bahwa Edvard Munch pasti sudah gila.
Siswa tersebut berpendapat bahwa Munch tidak normal, dan rentan terhadap halusinasi, bahkan menyebut karya itu akan dilupakan bersamanya.
Rupanya kritik tersebut justru mendorong Munch untuk menambahkan tulisan aneh yang menyebut bahwa lukisan itu memang hanya bisa dibuat oleh orang gila.
Bertubuh kurus, Edvard Munch sendiri membawa beban dalam hidupnya karena keluarganya memiliki riwayat penyakit mental.
Dia sendiri khawatir masalah mental itu juga akan mengenainya.
Tetapi dalam sebuah catatan pribadi, Munch menolak bahwa bahwa "The Scream" menunjukkan ketidakstabilan mental.
Menurutnya menggambarkan penyakit, kematian, dan kecemasan dalam seni bukanlah tanda penyakit, tetapi justru menunjukkan bahwa dia tidak gila, namun melihat bagian dunia yang tidak bisa dilihat orang lain - sebuah konsep populer di seni akhir abad ke-19.
Selain itu, seseorang yang ingin mengkritik lukisan itu sepertinya tidak akan menulis dengan huruf yang kecil dan hampir tak terlihat.
Sedangkan Munch sendiri tidak pernah berusaha menutupi atau mengecat tulisan itu semasa dia hidup.
Adapun tulisan itu menjadi misteri karena sejauh ini tidak ada yang pernah bertanya langsung kepada Munch apakah tulisan itu miliknya - selain dia mungkin juga tidak ingat pernah menulisnya.
The Scream atau Skrik dalam bahasa Norwegia, sebenarnya terdiri dari empat buah versi, dua di antaranya menggunakan pastel, satu versi litograf, dan satu lagi yang paling terkenal menggunakan cat minyak yang kini disimpan di Musem Nasional di Oslo.
Lukisan ekspresionis ini dianggap oleh banyak orang sebagai karya Munch yang paling penting dan menjadi inspirasi para pelukis lain dalam aliran ekspresionisme.
Adapun The Scream menggambarkan seseorang yang tercekam atau mengalami kecemasan, dengan latar belakang cakrawala yang berupa senja berwarna merah.
Uniknya, beberapa peneliti meyakini senja merah itu terlihat setelah letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Dalam sebuah catatan dalam buku hariannya, Munch mengaku mendapat inspirasi lukisan ini saat berjalan-jalan.
"Saya sedang berjalan di sebuah jalan kecil dengan dua orang teman – matahari sedang tenggelam – mendadak langit berubah menjadi merah darah – Saya berhenti, merasa lelah, dan bersandar di pagar – di atas fjord dan kota yang biru kehitaman tampak darah dan lidah-lidah api – teman-teman berjalan terus, dan saya berdiri di sana gemetar dan diliputi rasa cemas – dan saya merasakan jeritan yang tidak henti-hentinya melintas di alam".
Adapun dua versi The Scream pernah dicuri, tetapi akhirnya keduanya ditemukan kembali.
Lalu pada tanggal 2 Mei 2012, salah satu lukisan The Scream versi pastel terjual sebesar Rp 1,079 triliun dalam pelelangan di rumah lelang Sotheby's, New York.
Bisa dibayangkan kan, berapa harga lukisan cat minyak yang disimpan di Museum Oslo, yang hanya bisa dibuat oleh orang gila itu?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pesan Tersembunyi di Lukisan The Scream Akhirnya Terpecahkan

Lukisan Yesus Karya Leonardo Da Vinci Diklaim Termahal di Dunia
Pembeli lukisan Yesus Kristus yang diyakini sebagai mahakarya Leonardo Da Vinci senilai 450,3 juta dollar AS atau Rp 6 triliun terungkap.
Dilansir dari Daily Mail, Kamis (7/12/2017), pembeli itu adalah pangeran Arab Saudi bernama Pangeran Bader bin Abdullah bin Mohammed bin Farhan AL Saud, yang membeli lukisan "Salvator Mundi" (Juru Selamat Dunia) dalam lelang di balai lelang Christie, New York, Amerika Serikat.
Dengan merogoh kocek triliunan rupiah, Pangeran Bader menjadikan lukisan tersebut sebagai lukisan termahal di dunia.
Dikonfirmasi oleh The New York Times, Pangeran Bader diketahui telah membeli lukisan langka itu setelah pemerintah melakukan penyelidikan terhadap dokumen kepemilikan benda berharga milik pejabat dan orang kelas elite Saudi, termasuk keluarga kerajaan.
Pangeran Bader tidak dikenal sebagai kolektor seni, dia merupakan keturunan keluarga kerajaan yang jauh.
Namun, Pangeran Bader menjadi teman dekat Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed.
Dia membeli lukisan itu dengan enam kali cicilan, yang lima di antaranya dibayar dengan harga lebih dari 58 juta dollar AS atau Rp 785 miliar.
Kini, lukisan Salvador Mundi terpajang di museum Louvre Abu Dhabi
"Salvatore Mgr Da Vinci tiba di #LouvreAbuDhabi," tulisnya di Twitter.
Museum Louvre Abu Dhabu merupakan museum pertama yang menggunakan nama Louvre di luar Perancis dan dinobatkan sebagai museum universal pertama di Arab.
"Selamat," begitu balasan dari balai lelang Christie di Twitter.
Di luar aksinya membeli lukisan Salvador Mundi, Pangeran Bader pernah menghabiskan banyak uang untuk membeli barang mahal dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kapal pesiar senilai 500 juta dollar AS atau Rp 6,7 triliun.
Pangeran Bader merupakan Kepala Badan Penelitian dan Pemasaran Saudi (SRMG), yang baru saja menandatangani kesepakatan untuk meluncurkan jaringan 'Bloomberg Al Arabiya' pada September lalu.
SRMG adalah perusahaan penerbitan terbesar yang menyediakan produk surat kabar dan majalah, baik dalam lintas Timur Tengah, maupun global.
Lukisan Salvador Mundi menggambarkan potret setengah badan dari Yesus Kristus sedang memegang bola kristal di tangan kiri-Nya.
Sementara, tangan kanan Yesus terlihat memberkati dunia.
Namun, lukisan itu masih menuai kontroversi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh penulis buku Leonardo da Vinci: the Biography, Walter Isaacson, keaslian lukisan tersebut diragukan.
Menurutnya, Da Vinci yang dikenal sebagai pelukis, ilmuwan, penemu, dan insinyur, malah tidak memasukkan unsur ilmiah dalam lukisan "Salvator Mundi".
Isaacson mengkritik bagian lukisan yang memperlihatkan Yesus memegang bola kristal.
Dalam lukisan itu, Da Vinci terlihat tidak memperhitungkan distorsi optik bola kristal tersebut.
Padahal, saat lukisan Salvator Mundi dibuat pada 1500-an, tahun yang sama tepatnya 1506-1513, Da Vinci juga sedang tertarik dengan studi optik dan cahaya. (Kompas.com)