Duka Siti Solehah Tak Bisa Mudik, Ayah Tewas Satu Hari Sebelum Lebaran, Belum Sempat Pakai Baju Baru

Duka Siti Solehah tak bisa mudik, ayah tewas satu hari sebelum lebaran, belum sempat pakai baju baru

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/kolase Facebook Puan Eha
Motor ayah Siti Solehah ditabrak mobil (kiri) dan ayah Siti Solehah (kanan) korban kecelakaan 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Duka menyelimuti seorang anak bernama Siti Solehah di Malaysia yang tidak bisa mudik.

Siti Solehah tidak bisa mudik karena aturan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau di Indonesia disebut PSBB

Di tengah keterbatasan tersebut, ayah Siti Solehah meninggal dunia sehari sebelum lebaran

Sebelum sang ayah meninggal, Siti Solehah yang tak bisa mudik hanya bisa mengirimkan baju baru untuk orangtuanya di Malaysia.

Naas, belum sempat baju baru dipakai, sang ayah justru tewas ditabrak sebuah mobil.

Kisah pilu ini dibagikan Siti Solehah di akun Facebooknya bernama Puan Eha.

Puan Eha menceritakan ayahnya meninggal dunia karena terlibat kecelakaan di jalan raya.

Kapan Mulai Puasa Syawal? Hari ke Berapa Setelah Lebaran & Hukum Menggabungkan dengan Utang Puasa

Ayah Siti Solehah di Malaysia yang tewas ditabrak mobil sehari sebelum lebaran
Ayah Siti Solehah di Malaysia yang tewas ditabrak mobil sehari sebelum lebaran (Facebook/Puan Eha)

Melansir dari Harian Metro, Kamis (13/5/2021) Siti Solehah mengatakan sangat terkejut dengan insiden yang melibatkan ayahnya sampai meninggal dunia.

"Jujur saya merasa sangat sedih karena tidak bisa melihat memakai baju lebaran yang saya dan suami kirim untuk ayah. Namun kami semua sudah merelakan dengan ketentuan Allah SWT," katanya dikutip dari Serambinews.com: 'Kisah Pilu Sehari Sebelum Idul Fitri Ayah Meninggal Ditabrak Mobil, Belum Sempat Pakai Baju Baru'. 

Siti Solehah (30) mengatakan orang tuanya yang berusia 70 tahun meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan.

Ayahnya terlibat kecelakaan dengan kendaraan roda empat di Felda Jengka 25, Bandar Tun Razak, Malaysia pada hari Rabu (12/5/2021) pukul 2:30 waktu setempat.

Kepergin Abd Hamid yang juga sebagai imam Masjid Ar-Rahmah Felda Jengka 25 sekaligus amil zakat, mendapat perhatian dari pengguna Facebook.

Siti Solehah memposting terkait kepergiaan orang tuanya yang begitu mendadak dan cukup memprihatinkan.

Tangis Haru Suwarsih, Ashanty Titip Pesan Jaga Anak-anak, Tak Ada yang Tahu Istri Anang Menderita

Motor ayah Siti Solehah ditabrak mobil
Motor ayah Siti Solehah ditabrak mobil (Facebook Puan Eha)

Sang anak juga merasa sedih, karena hadiah yang ia kirim tidak sempat dikenakan ayahnya.

Siti Solehah tidak bisa kembali ke kampung halaman karena adanya pembatasan aktivitas di luar rumah di Malaysia.

Lebih lanjut, Siti Solehah mengatakan baju yang Ia kirim itu sebagai hadiah, karena Ia bersama suaminya tidak bisa pulang kampung karena PKP (PSBB di Indonesia).

"Saya mengantar baju itu Senin (10/5/2021) dan paket sampai pada hari Rabu (12/5/2021). Namun ayah tidak sempat menerima kiriman, karena meninggal dunia pada hari yang sama saat kiriman sampai"

"Memang benar-benar terkejut karena baru setengah jam berbicara dengan ibu, tiba-tiba saudara menghubungi dan mengatakan ayah sudah tiada," terangnya.

Siti Solehah bertemu terakhir kalinya dengan almarhum ayah ketika awal Ramadhan karena ibunya menjalani operasi mata.

Siti Solehah menyebut saat itu orang tuanya tidak memperlihatkan keanehan, hanya sulit untuk makan.

"Saya ada bermimpi sampai dua kali, yaitu ayah meninggal dunia. Namun suami minta agar tidak memikirkan yang bukan-bukan." tulisnya lagi.

"Ibu juga turut melihat perbedaan pada diri ayah. Ayah meminta membayar sendiri biaya tagihan listrik, ingin pergi ke bazar Ramadhan naik motor sampai melakukan survei ladang"

"Saya benar-benar tidak menyangka bahwa itu adalah pertanya ayah akan pergi untuk selamanya" terang Siti. 

Info Mudik Malang dan Wilayah Penyekatan: Rekayasa Lalu Lintas Stasiun Malang & Macet di Suramadu

Baju baru untuk sang ayah yang belum sempat dipakai
Baju baru untuk sang ayah yang belum sempat dipakai (Facebook/Puan Eha)

Siti Solehah menjelaskan kepergian ayahnya merupakan kehilangan besar bagi dirinya dan keluarga, apalagi menjelang idul fitri.

"Ayah tidak banyak bicara tapi selalu tersenyum dan ketika Idul Fitri, ia menjadi imam salat, seperti tahun terakhir karena pandemi Covid-19.

Tahun ini, Allah kabulkan doa kami untuk untuk berkumpul satu keluarga tapi dalam keadaan tiada ayah.

"Saya berterima kasih kepada semua yang telah mendoakan almarhum ayah karena niat awal saya bagikan di Facebook hanya ingin meluapkan perasaan dalam hati," tutupnya.

  • Kasus serupa: 8 Pemuda jadi korban ledakan petasan 

Sebelumnya, di Kebumen, Jawa Tengah delapan pemuda yang berniat memeriahkan suasana lebaran, malah jadi korban ledakan petasan.

Dari ledakan petasan rakitan tersebut, tiga korban meninggal dunia bahkan ada beberapa korban yang tidak dikenali wajahnya.

Insiden memilukan ini terjadi di Desa Ngabean, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (12/5/2021) menjelang waktu berbuka puasa sekira pukul 17.30 WIB.

Salah satu ayah korban, Untung mengaku, saat kejadian dirinya sedang tidak berada di rumah.

"Saat kejadian, saya tidak di rumah. Saya berada di belakang rumah," kata Untung dikutip dari Kompas.com artikel 'Sudah Pada Tergeletak Tidak Bergerak, Saya Tidak Bisa Mengenali Wajah Anak Saya".

Tangkapan layar video tragedi ledakan petasan diKebumen, Jawa Tengah, Rabu 12 Mei 2021
Tangkapan layar video tragedi ledakan petasan diKebumen, Jawa Tengah, Rabu 12 Mei 2021 (KOMPAS.COM/MOHAMAD IQBAL FAHMI)

Ledakan yang terdengar menggelegar pun memecahkan kediaman senja di kampungnya.

Untung begitu terkejut saat memiliki firasat buruk, sadar jika suara tersebut berasal dari arah rumahnya.

Untung lantas berlari ke arah suara dan pemandangan mengerikan pun disaksikannya.

Terlihat beberapa korban yang bergelimpangan.

Darah di mana-mana, bahkan beberapa korban tidak dapat dikenali wajahnya.

"Sudah pada tergeletak. Tidak bergerak. Darah di mana-mana."

"Sampai saya tidak bisa mengenali wajah anak saya," ungkap dia.

Untung mengungkapkan, putranya Muhammad Taufiq Hidayat (27) dan beberapa pemuda sekitar sengaja merakit petasan.

Petasan rakitan tersebut disiapkan untuk memeriahkan momen Lebaran 2021.

Mereka membuat sendiri selongsong petasan dari kertas bekas hanya berdasarkan pengalaman.

Bahkan, Untung tidak pernah tahu dari mana anaknya mendapatkan serbuk petasan.

Sang buah hati, lanjut Untung, baru saja pulang dari perantauan.

Pada beberapa hari sebelumnya, ia sempat menegur anaknya untuk tidak membuat petasan.

Ini karena, lanjut Untung, lingkungan sekitar tidak semuanya suka dengan suara petasan.

Akan tetapi, kemeriahan yang direncanakan malah berubah jadi duka.

Petasan rakitan memakan korban sebanyak tujuh orang.

Ada tiga orang yang meninggal dunia.

Korban meninggal masing-masing bernama Muhammad Taufik Hidayat (27), Rizky (19), dan Sugiyanto (23).

Sedangkan korban luka-luka yakni Bambang Priyono (29), Rio Dwi Pangestu (22), Alib (24), Irwan (25), dan Ratna.

Penulis: Sarah Elnyora/ SURYAMALANG.COM

Ikuti berita viral, berita luar negeri, mudik lebaran dan Idul Fitri lainnya. 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved