Wawancara Eksklusif

Video Wawancara Eksklusif dr IDG Nalendra Djaya Soal Temuan Varian Baru Covid-19 di Jatim

Sebanyak dua pekerja migran asal Sampang dan Jember telah terpapar varian baru covid-19.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: isy
saiful sholichfudin/suryamalang.com
Wawancara Eksklusif News Director Tribun Network sekaligus Pemred Harian Surya Febby Mahendra Putra (paling kanan) dengan Kepala RS Lapangan Indrapura (RSKI) Laksma Dr dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara SpB Sp BTKV (kedua kanan), dr Fauqa Arinil Aulia SpPK selaku Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) RSLI (ketiga kanan) dan Rahardian Jadid Ketua Relawan Pendamping Program Pendampingan Keluarga Covid-19 (paling kiri) di RS Lapangan Indrapura Surabaya, Kamis (20/5/2021). 

Wawancara Eksklusif
Reporter: Nuraini Faiq
Editor: Irwan Sy (ISY)

SURYAMALANG.COM | SURABAYA - Sebanyak dua pekerja migran asal Sampang dan Jember telah terpapar varian baru covid-19.

Mereka dinyatakan positif sepulang bekerja dari luar negeri saat mudik kemarin.

Keduanya membawa mutan yang terdeteksi sebagai varian UK dan South Africa.

Varian baru covid-19 ini dikenal penyebarannya lebih hebat.

Tingkat penyebarannya mencapai 75 persen.

Dunia kesehatan pun memberi kewaspadaan tinggi pada varian ini.

Teridentifikasi, dua warga Jatim yakni warga Jember terjangkit virus B.117 strain UK (Inggris).

Sementara warga Sampang teridentifikasi varian B.1351 strain Afrika Selatan.

Kedua pasien itu langsung ditangani khusus di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya.

Mereka bahkan tidak boleh dicampur dengan pasien covid biasa.

Pimpinan Redaksi Harian Surya Feby Mahendra Putra berhasil mewawancarai secara ekslusif Penanggung Jawab RS Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya Laksamana Pertama TNI dr IDG Nalendra Djaya Iswara SpB SpBTVK.

RSLI adalah RS khusus pasien Corona yang di-develop sejak Maret 2020.

RS ini memberikan layanan khusus dan plus sehingga pasien cepat sembuh.

Selain penanganan medis, RSLI juga memberi sentuhan nonmedis, psikis, hingga pendampingan karena belum tentu masyarakat menerima.

Ada beberapa pasien di tempat isolasi lain mencoba bunuh diri. Berikut hasil wawancara ekslusifnya.

Febby: Dok, bisa dijelaskan sehingga dua varian baru covid-19 itu masuk Jatim?

Nalendra: Saat masa mudik beberapa hari kemarin, Satgas penanganan covid telah menetapkan sikap dan langkah SOP atas pemulangan pekerja migran. Setiap mereka yang datang ke Jatim wajib dilakukan swab. Apakah mereka yang dari luar negeri itu terpapar covid termasuk varian baru atau tidak. Dari situlah awal mulanya ditemukan varian baru Covid-19.

Febby: Dari mana kita tahu varian baru Covid-19 tersebut?

Nalendra: Semua pekerja migran Indonesia (PMI) itu dilakukan tes Swab. Bagi yang positif wajib dikarantina dan diisolasi di Asrama Haji Sukolilo. Muncul kekhawatiran bahwa mereka yang positif itu berpotensi membawa mutan covid. Apalagi di Asia Tenggara sudah ditemukan varian baru covid. Begitu juga di India. Kami pun makin waspada.

Febby: Dengan melalukan apa sehingga diketahui varian baru Covid-19 yang dibawa PMI ?

Nalendra: Setiap pasien yang datang ke RSLI kami lakukan pemeriksaan ulang. Bahan pemeriksaan dikirim juga ke Balitbangkesndan ITB. Hasilnya diperoleh kedua PMI terpapar varian UK dan South Afrika.

Febby: Setelah keduanya positif membawa virus varian baru, apa langkah selanjutnya?

Nalendra: Kami pun, seluruh dokter spesilias, dokter umum, dan semua perawat di RSLI duduk bersama untuk mencari panduan klinik. Langkah apa yang perlu diambil. Kamipun harus menentukan langkah penatalaksanaan. Kami akhirnya melapor ke gubernur hingga ke BPPB pusat. Kesimpulannya kedua PMI terpapar covid varian baru.

Febby: Sebenarnya apa perbedaan covid lama dengan varian baru ini?

Nalendra: Varian baru covid sebenarnya ada tiga. Termasuk UK dan South Africa. Varian baru penyebarannya lebih hebat. Daya sebar bisa mencapai 75 persen. Kalau sebelumnya jarang berdampak pada pasien anak, varian baru bisa menyerang anak. Begitu juga gejala klinis yang jatuhnya akan berat kepada pasien. Ada varian ketiga yang masih diteliti WHO. Varian terakhir ini lebih bahaya. Meski Tubuh sudah dua kali divaksinasi masih bisa kena.

Febby: Apa yang harus dilakukan?

Nalendra: Sudah ada penatalaksanaan. Tata laksana yang sudah kami lakukan adalah memisah pasien terpapar varian baru. Ini sudah kami lalukan. Komorbit ditangani tersendiri. Mereka diisolasi tersendiri tidak campur dengan pasien covid pada umumnya.

Febby: Berapa lama pasien covid varian baru harus menjalani perawatan?

Nalendra: Bergantung kondisi kesehatannya. Jika pasien sebelumnya setelah sepuluh hari bisa dilakukan tes Swab. Varian baru harus 14 hari. Hari kelima belas bisa dites Swab. Harus dua kali tea Swab hasil negatif baru bisa pulang. Seperti pasien Jember kemarin sudah diperkenankan pulang. Yang Sampang juga sudah bisa pulang.

Febby: Apa pelajaran dari munculnya covid varian baru ini?

Nalendra: Semua harus meningkatkan kewaspadaan. Tak bisa meremehkan hal sepele. Kita harus lebih aware dan memberikan perhatian lebih kepada orang yang bepergian ke luar negeri. Jangan sampai kita kecolongan sehingga mereka pulang membawa virus mutan. Meski begitu tidak perlu ketakutan dan panik. Sedini mungkin harus mendapatkan penanganan. Jangan remehkan gejala kecil. Ini kuncinya. Jika ditangani dini kesembuhan mencapai 98 persen.

Febby: Bukankah sudah ada vaksinasi?

Nalendra: Saya sampaikan bahwa vaksinasi belum bisa menyelesaikan semua persoalan. Namun langkah ini diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Di India misalnya warga merasa aman karena sudah vaksin. Lalu mereka euforia. Virus menyesuaikan lagi.

Saatnya kita hidup berdampingan dengan virus. Bersahabat. Tingkatkan imunitas. Caranya, olahraga teratur, makan yang sehat, jangan mengabaikan hal kecil, dan sedini mungkin mendapatkan penanganan.

Febby: Oya, RSLI juga yang memberikan layanan plus. Selain penanganan medis ada penanganan Psikis juga untuk pasien covid?

Nalendra: Ingat kecemasan bisa menurunkan daya tahan tubuh. Metabolisme tubuh berpengaruh. Biasanya cemas hingga tidak bisa tidur sehingga istirahat terganggu. Makanya kami di RSLI menangani pasien dengan holistik. Medis maupun nonmedis diberikan utuh. Pasien yang sembuh memberi SUPPORT pada pasien lain. Kami ada relawan yang memperhatikan Psikis pasien karena belum

Tentu masyarakat di kampungnya menerima. Termasuk lingkungan kerja.

Febby: Memangnya model penanganan yang bagaimana yang dilakukan RSLI?

Nalendra: Pandemi covid memang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Pasien harus isolasi padahal harua mencari nafkah untuk keluarga. Kami ada tim psikiater dan relawan. Ada bahkan relawan yang mencarikan dana untuk mencukupi keluarganya. Pokoknya Holistik be happy. Penanganan medis dan nonmedis kita tangani. Hasilnya outcome 98 Pengen penembuhannya. Makanya kami menyediakan ventilator dan sentral oksigen. Ternyata ini diperlukan saat semua RS penuh. Pasien yang tidak diterima di RS kami tangani dan sembuh. Dengan kapasitas 400 bed, kami juga didukung para dokter spesialis dan dokter umum. Di manajemen, kami ada TNI Polri dan BPBD.

Febby: Setelah setahun lebih berjalan, bagaimana suka duka melayani RSLI khusus covid?

Nalendra: Saya masih ingat pada Juni 2020 saya dihubungi Menkopolhukam. Kebetulan dia teman satu SMP. Saya kan orang Surabaya, ditanya kondisi dan situasi covid di Jatim. Kami pun bersama Pak Doni Monardo (Kepala BNPB) satu pesawat ke Surabaya. Tingkat kemtian di Jatim harus direm. Kami semua bergerak membangun sistem. Membuat call Center dan memastikan ketersediaan ICU. Semua daerah menyambut dan langsung bertambah 132 RS rujukan covid di Jatim. Saya akhirnya diminta di RSLI. Saya adalah Staf Ahli Kasal waktu itu.

Febby: Bapak kan alumnus Kedokteran Unair, bisa disampaikan hingga bisa jadi perwira tinggi tentara? Anak anak tidak ingin jadi tentara?

Nalendra: Saya Lahir di Surabaya pada 16 Agustus 1963. Sempat SD di Bali sebentar kembali ke Surabaya hingga SMP di Surabaya. SMA di Surabaya dan masuk Kedokteran Unair 1982. Pada 1988 saya masuk TNI AL dari kedokteran. Penempatan pertama jadi dokter di pasukan antiteror. Setiap bencana alam, saya dikirim. Yang paling terkenang saat di Ambon. Menangani bedah dengan peralatan seadanya dan berhasil. Kemudian saya diminta memimpin RS TNI AL di Tanjungpinang. Berikutnya RSAL Mintoharjo Jakarta, dan empat tahun memimpin RSAL dr Ramelan Surabaya. Kemudian diangkat jadi Kadinkes AL dan terakhir menjadi Staf Ahli Kasal Bidanf Ekojemen.

Dua anak saya, cowok enggan jadi tentara. Anak kedua cewek Kedokteran Unair.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved