Pendaki Gunung Semeru Wajib Tahu 6 Kebiasaan Terlarang Bisa Rusak Lingkungan, Termasuk Buang Kotoran

Pendaki Gunung Semeru wajib tahu 6 kebiasaan terlarang bisa rusak lingkungan, termasuk buang kotoran

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Canva.com
Ilustrasi pendaki Gunung Semeru, kebiasaan terlarang yang bisa merusak lingkuan 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Para pendaki Gunung Semeru wajib tahu kebiasaan terlarang yang bisa merusak lingkungan saat aktivitas pendakian

Tidak hanya tumbuhan, aktivitas saat pendakian tanpa sadar juga berpotensi menganggu keanekaragaman hayati jika mengabaikan kaidah lingkungan. 

Terlebih Gunung Semeru merupakan kawasan konservasi yang dihuni banyak flora dan fauna langka. 

Dalam aturan standar operasional prosedur TNBTS menyebut beberapa aktivitas pendakian yang bisa menganggu keanekaragaman hayati

Aktivitas itu bisa berbentuk kesalahan manusia hingga proses perubahan alam dampak dari pendakian

Mengutip situas resmi TNBTS, berikut beberapa aktivitas saat pendakian yang bisa merusak lingkungan:

1. Membawa biji atau benih dan satwa dari luar 

Ilustrasi pendaki, sisa kuota pendakian Gunung Semeru sampai akhir Juni 2021
Ilustrasi pendaki, sisa kuota pendakian Gunung Semeru sampai akhir Juni 2021 (Canva.com)

Menurut TNBTS, penyebaran biji atau benih dan juga satwa ke dalam kawasan yang dibawa oleh pendaki baik sengaja maupun tidak sengaja dari luar kawasan berpotensi merusak dan menganggu keanekaragaman hayati

Untuk itu pendaki dilarang melakukan beberapa hal di atas tanpa izin atau prosedur khusus. 

2. Pemadatan tanah

Aktivitas pendakian juga berpotensi membentuk pemadatan tanah yang bisa menyebabkan erosi.

Terutama pada jalur pendakian dan lokasi-lokasi kemping atau pendirian tenda pendaki. 

3. Aktivitas pendaki menganggu satwa liar 

Di luar human error, aktivitas pendaki di Gunung Semeru secara otomatis berpotensi mengganggu satwa liar.

Terutama saat musim berkembang biak dan kemungkinan adanya perubahan perilaku satwa liar tersebut. 

4. Merusak tumbuhan untuk mendirikan tenda 

Selanjutnya, kebiasaan pendaki seperti mematahkan ranting, cabang untuk alat bantu mendirikan tenda hingga membuat kayu bakar juga berpotensi merusak vegetasi terutama di lokasi kemping. 

Selain itu, perusakan vegetasi juga berpotensi terjadi di sepanjang jalur pendakian

5. Buang sampah dan kotoran sembarangan 

Ilustrasi tenda camping di Gunung Semeru: kuota pendakian Gunung Semeru awal Juni 2021
Ilustrasi tenda camping di Gunung Semeru: kuota pendakian Gunung Semeru awal Juni 2021 (Canva.com)

Larangan agar tidak membuang sampah sembarangan tentu familiar di telinga pendaki, namun masih saja banyak yang melanggar. 

Umumnya, pencemaran lingkungan akibat sampah pendaki dan kotoran manusia ditemui di jalur pendakian, lokasi kemping dan di lokasi sumber mata air. 

Terutama untuk aktivitas buang kotoran manusia, pendaki diharapkan memperhatiakn kaidah lingkungan dengan tidak buang kotoran sembarangan terutama di lokasi sumber mata air. 

6. Buang Putung Roko Sembarangan 

Terakhir, TNBTS menyebut aktivitas pendakian seperti pembuatan api unggun, puntung rokok, dan lain-lain bisa memicu kebakaran. 

Untuk itu pendaki harap benar-benar memperhatikan hal tersebut. 

Terlepas dari informasi di atas, beberapa hari ini cuaca di Lumajang sangat ekstrem.

Hujan deras dan angin kencang kerap terjadi saat sore hari.

Bahkan hujan deras pada Rabu sore (16/6/2021) menyebabkan banjir lahar dingin di lereng Gunung Semeru.

Banjir lahar dingin itu mengaliri Daerah Aliran Semeru (DAS) di Desa Curah Kobokan.

Salah seorang staf Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BPBD Lumajang, Dwi Nur Cahyo, mengatakan banjir lahar dingin datang sekitar pukul 17.00 WIB.

"Jadi setelah kawasan lereng diguyur hujan lebat mengakibatkan banjir lahar dingin," katanya.

Banjir lahar dingin Gunung Semeru ketika melanda DAS, di Desa Curah Kobokan, Lumajang, Rabu (16/6/2021)
Banjir lahar dingin Gunung Semeru ketika melanda DAS, di Desa Curah Kobokan, Lumajang, Rabu (16/6/2021) (BPBD Lumajang)

Saat banjir lahar dingin terjadi kejadian ini menjadi tontonan warga setempat.

Pasalnya, banjir lahar dingin yang membawa material vulkanis berupa pasir dan batu berhasil membelah sedimentasi lahar panas akibat erupsi yang terjadi pada beberapa waktu lalu.

Untungnya, dari kejadian ini tidak ada kerugian apapun termasuk korban jiwa.

Sebab lahar dingin mengalir pada jalur yang semestinya.

"Dampak kerugian nihil karena cenderung aman karena masih pada jalur," ujarnya.

Meski demikian, BPBD setempat menghimbau para penambang agar menghentikan aktivitas saat terjadi hujan di wilayah Gunung Semeru.

Sebab ketika banjir lahar dari puncak Gunung Semeru datang kerap kali mengalir ke sejumlah DAS.

"Diharapkan warga selalu berhati-hati dan menghindari aktivitas di sekitar sungai, saat hujan deras turun untuk mengantisipasi ketika banjir lahar dingin terjadi," pungkasnya.

Reporter: Tony Hermawan/ Penulis: Sarah Elnyora/ SURYAMALANG.COM

Ikuti berita info Pendakian Gunung Semerupendakian Gunung Semeru dan Gunung Bromo lainnya 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved