Berita Malang Hari Ini

Kisah Ibu 2 Anak di Kota Malang Membimbing dan Memberi Bekal Hidup Bagi Putrinya Yang Merupakan ABK

Maisah dengan telaten mendukung penuh pada putrinya,Athaya Putri Nirwasita (16), yang kini tercatat sebagai siswa kelas 10 di SMKN 2 Kota Malang

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Athaya Putri Nirwasita, 16, siswa kelas 10 di SMKN 2 Kota Malang mendpat dukungan penuh dari sang ibu yang mengasah kemampuan anaknya agar kelak bisa memiliki bekal dalam hidupnya 

SURYAMALANG.COM , MALANG - Mengenali potensi dan terus memberi kesempatan untuk mengasah keterampilan yang digemari menjadi salah satu kunci yang diterapkan Maisah pada putrinya yang merupakan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Maisah, yang merupakan perajin rajutan di kota Malang dengan telaten memberi dukungan penuh pada putrinya,  Athaya Putri Nirwasita (16), yang kini tercatat sebagai siswa kelas 10 di SMKN 2 Kota Malang.

Sebagai ibu, ia tak lelah mengasah kemampuan anaknya agar kelak bisa memiliki bekal dalam hidupnya.

Putri, Maisah, Athaya, awalnya dideteksi mengalami gangguan ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder), sulit memusatkan perhatian, serta menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif.

Meski demikian, sejak kecil Athaya sudah diasah kemampuan sembari menjalankan terapi dan stimulus untuk mengatasi gangguannya.

Dengan kondisi seperti itu, ibunya berusaha mencari  kelebihan dia.

Awalnya saat kecil diikutkan lomba foto-foto karena masa kecil Athaya lucu dan cubby.

Sejak duduk di play grup, ia dikenalkan berkompetisi.

Dari lomba foto kemudian ke lomba fashion dari ketidaksengajaan saat bermain di Tunjungan Plaza (TP) Surabaya.

"Lomba-lomba itu bisa memupuk rasa PD-nya," kata Maisah.

Namun dalam perkembangan usia, saat SD kelas 4-6, prestasi Athaya ngedrop.

Kemudian saat di SMPN 18, ia ikut kegiatan menari. "Aku juga suka menari," jelas Athaya.

Meski sudah melakukan proses terapi yang lama, tapi diakui masih banyak yang belum maksimal.

Athaya memiliki kelemahan seperti pada motorik halusnya, keseimbangannya dan hambatan belajar lainnya, terutama yang berhubungan dengan angka ( Diskalkulia).

"Terakhir ia dinyatakan lambat belajar/slow learner yang memiliki prestasi belajar rendah pada seluruh area akademik dan koordinasinya," kata Maisah yang memiliki dua anak.

Kakak Athaya nampaknya menjadi inspirasi bagi Athaya. Apa yang dilakukan seperti melukis juga diawali dari kegiatan kakaknya. 

Kini Athaya mengeksplorasi dunia melukis karena melihat kakaknya.

Athaya menemukan potensi di melukis. Tak hanya di kanvas juga dikembangkan di obyek kain.

Karena memiliki gangguan motorik di tangan, Athaya melukis dengan teknik lukis khusus seperti memakai tangan.

Seperti karya lukisan sarang burung yang dilukis dengan memakai alat sikat cucian.

"Ini Kak, lukisan-lukisanku," terang Athaya sambil menunjukkan karyanya.

"Saya melukis ini karena pernah saat SMP melihat sarang burung jatuh dan burungnya sudah mati," kata dia.

Ia juga melukis keluarganya, melukis lumba-lumba yang diingatnya saat melihat di sirkus. 

Juga lukisan ikan-ikan kecil yang dilihatnya saat di rumah Pakde-nya di Surabaya.

Bagi Maisah kunci mengasuh ABK adalah tetap melibatkan dia di lingkungan sejak dini.

Ini sebagai sarana sosialisasi bagi si anak.

"Saya kan tidak selamanya mendampinginnya," kata Maisah, perajin rajutan ini pada suryamalang.com saat bertandang di rumahnya, Senin sore (18/10/2021).

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved