Jendela Dunia

Kasus Kematian Pertama Akibat Virus Corona Varian Omicron Terjadi di Inggris

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengumumkan kasus kematian akibat omicron ini pada hari Senin (13/12/2021).

Editor: Eko Darmoko
SHUTTERSTOCK/Corona Borealis Studio via Kompas.com
Ilustrasi varian Omicron membawa banyak mutasi virus corona. Bukti awal menunjukkan bahwa varian Omicron dari virus corona kemungkinan memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi tetapi tidak membuat gejala terlalu parah. 

Kemudian, Dicky menyebutkan bahwa meski mayoritas kasus ringan karena pasien berusia muda maupun telah mendapatkan vaksinasi, potensi kerawanan parah dapat terjadi pada lansia dan pasien dengan penyakit penyerta yang belum divaksinasi lengkap atau mendapatkan vaksin booster.

"Kita akan bisa melihat ke depan proyeksinya akan lebih banyak kematian karena dengan kecepatan (varian virus) yang menular ini dan ditambah populasi usia tua di negara maju seperti Inggris yang tinggi," imbuh Dicky.

Menurut dia, adanya penurunan proteksi imunitas dari vaksin Covid-19 setelah sekitar lima bulan untuk lansia menjadikan vaksin dosis ketiga sangat penting bagi negara-negara dengan populasi lansia yang tinggi.

Ilustrasi varian Omicron (B.1.1.529).
Ilustrasi varian Omicron (B.1.1.529). (SHUTTERSTOCK/natatravel)

Penyebaran varian Omicron di Inggris

Sejak kasus varian omicron pertama diidentifikasi pada 27 November lalu di Inggris, PM Johnson telah memberlakukan pengetatan atau pembatasan di negaranya.

Selain itu, dia telah memperingatkan bahwa varian Omicron dapat menurunkan kekebalan dari vaksinasi lengkap.

Sejauh ini, kematian yang disebabkan varian omicron mungkin telah terjadi di negara lain, akan tetapi belum ada laporan yang mengungkapkannya secara luas seperti Inggris.

Terkait hal itu, Kementerian Kesehatan Afrika Selatan mengatakan pihaknya tidak dapat mengungkapkan secara pasti apakah ada kematian akibat varian Omicron karena kasus kematian di sana tidak dikategorikan berdasarkan varian virus.

Di sisi lain, Sekretaris Kesehatan Inggris, Sajid Javid menyatakan varian Omicron telah berkontribusi sebanyak 44 persen dari infeksi virus corona di London.

Lebih lanjut, dia berkata bahwa varian virus baru ini diprediksi akan menjadi jenis virus yang mendominasi dalam waktu 48 jam.

"Infeksi (varian) Omicron diperkirakan mencapai 200.000 (kasus) per hari," papar Javid.

Sementara itu, sebelum adanya laporan kasus kematian pertama akibat varian Omicron, Inggris menyebutkan 10 orang telah dirawat di rumah sakit dengan varian ini.

Usia mereka berkisar antara 18 hingga 85 tahun, dan sebagian besar telah menerima vaksin dosis kedua.

Javid menegaskan, meski hanya 10 orang yang dirawat di rumah sakit karena varian omicron, jika pemerintah tidak bertindak maka penyebaran virus yang cepat dapat membuat layanan kesehatan kewalahan.

Di samping itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris menjelaskan bahwa varian omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, Botswana, dan Hong Kong pada akhir November lalu dapat menurunkan kekebalan orang yang telah mendapatkan dua suntikan vaksin AstraZeneca maupun vaksin Pfizer-BioNTech.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved