Istri Presiden Arema FC Balas Ancaman Soal Pidana Penjara, Lanjutan Konflik Makan Bubur di Trotoar

Pengusaha wanita Shandy Purnamasari yang juga istri Presiden Arema FC balas ancaman yang menyudutkan dirinya atas pelanggaran pengguna jalan. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Eko Darmoko
Instagram
Istri Presiden Arema FC Balas Ancaman Soal Pidana Penjara, Lanjutan Konflik Makan Bubur di Trotoar 

Istri Presiden Arema FC itu berdalih tidak meninggalkan motornya di trotoar

"Kita disebelahnya kok nggak ditinggal motornya!!!!" balas Shandy Purnamasari

Lebih lanjut Shandy Purnamasari menjelaskan jika dirinya sangat menghargai disabilitas dengan banyak menyerap tenaga kerja. 

"Kita punya banyak disabilitas yang kita pekerjakan di perusahaan kita @j99corp Kita sangat sangat menghormati mereka"

"Penjahit kita disabilitas, pekerja di pabrik, pekerja di klinik kita pasti ada disabilitas di semua lini bisnis kita. Karena kita tahu mereka bisa dan sama dengan kita," tandas Shandy Purnamasari.

Sayangnya pembelaan Shandy Purnamasari itu tidak cukup membuat netizen puas. 

Beberapa bahkan menyebut Shandy Purnamasari seharusnya cukup minta maaf tanpa membuat pembelaan. 

Dengan kejadian tersebut pasangan yang dijuluki Crazy Rich Malang itu dianggap melanggar aturan Pasal 275 dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam UU tersebut telah diatur, setiap orang yang mengganggu fasilitas pejalan kaki maka dipidana kurungan satu bulan atau denda Rp250 ribu.

Sebagai informasi, guiding Block atau jalan pemandu adalah tanda yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas khususnya untuk para menyandang tunanetra.

Penyandang disabilitas mempunyai hak sepenuhnya untuk diberi kemudahan akses seluruh fasilitas di bangunan umum maupun di lingkungan sekitar seperti orang lain.

Sedangkan Koalisi Pejalan Kaki (KoPK), adalah kelompok kecil yang memperjuangkan hak-hak para pejalan kaki di Indonesia.

Anthony Ladjar, salah satu inisiator Koalisi Pejalan Kaki, menceritakan awal mula kelompok tersebut terbentuk.

Aktivis lingkungan hidup ini mengaku terusik dengan pertanyaan putrinya yang baru berusia enam tahun saat dia mengajak kedua anaknya berwisata ke Museum Fatahillah pada Juli 2011.

“Pa, kenapa motor boleh lewat situ. Kan harusnya untuk jalan kaki?” kenang Anthony meniru gaya bicara putrinya saat dihubungi Kompas.com (11/8/2014).

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved