Berita Malang Hari Ini

2 Founder Chickin Indonesia Masuk Forbes 30 Under 30 Berkat Aplikasi Agrikultur

Founder Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra, menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: isy
UB
Dua Founder Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30 yang baru saja di rilis beberapa waktu lalu. Mereka membangun aplikasi agrikultur bernama Chickin Indonesia (Chickin). 

Berita Malang Hari Ini

SURYAMALANG.COM | MALANG - Founder Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra, menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30 yang baru saja dirilis beberapa waktu lalu.

Mereka membangun aplikasi agrikultur bernama Chickin Indonesia (Chickin). 

Hingga saat ini, aplikasi Chickin Indonesia telah digunakan 1000 peternak se-Indonesia dengan target 10 juta ayam yang dipelihara tiap bulan, di akhir tahun 2022.

Mereka adalah para mahasiswa UB. Yaitu Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi Fakultas Pertanian) sebagai Presiden.

Kemudian Tubagus Syailendra, dari Prodi Hubungan Internasional FISIP sebagai CEO serta Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.

Melalui IoT dan kecerdasan buatan, Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi.

Salah peternak Yudi, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan/manajemen pemeliharaan.

"Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi," kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak dalam rilis humas UB, Kamis (17/3/2022).

Proyek pembuatan start up tersebut telah dimulai sejak mereka di semester dua di UB.

"Awal kami riset dan development di Klaten Jawa Tengah," cerita Ashab.

Di sana mereka jadi peternak, membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. 

"Dari situ kita mencoba mencari solusinya dengan menggunakan teknologi," katanya.

Lewat aplikasi, maka peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual.

"Peternak ayam bisa melakukan climate control dari rumah," paparnya.

Dengan teknologi ini, lanjutnya, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalu tindakan preventif. 

Beberapa fitur yang ada pada Chickin Apps, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam.

Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan untuk sebagai penyuplai daging ayam.

Ia berharap nantinya Chickin bisa memberikan dampak yang lebih banyak bagi peternak.

Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22x dalam 10 bulan terakhir, serta telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp35 milyar dengan tiga investor global. 

Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp500 milyar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.

Chickin Indonesia merupakan start up binaan BIIW UB, yang berhasil meraih pendanaan dari luar negeri sebesar 2,5 juta dolar AS pada akhir tahun 2021.

Chickin Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada ayam organik.

Caranya dengan mengendalikan suhu kandang, dan memberikan pembinaan pada peternak ayam secara cuma-cuma dengan tujuan memodernisasi peternak ayam Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved