Berita Kediri Hari Ini
Situs Persada Soekarno Gelar Hardiknas Dengan Santunan dan Doa Menyongsong G-20
itus Persada Soekarno Kediri bersama organisasi kebangsaan lintas agama Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) menggelar peringatan Hardiknas
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Dyan Rekohadi
Situs Persada Sukarno Gelar Hardiknas Dengan Santunan dan Doa Menyongsong G-20
SURYAMALANG.COM , KEDIRI - Situs Persada Soekarno Kediri bersama organisasi kebangsaan lintas agama Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) menggelar peringatan Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5/2022).
Kegiatan ini bertema “Santunan dan Doa Bersama Hardiknas - Semoga G-20 di Bali Mencapai Keputusan Terbaik Bagi Bangsa dan NKRI”.
Drs Ismu Syamsuddin, Sekjen DPP PCTA Indonesia menjelaskan, kegiatan dilakukan bersama elemen organisasi tetap melaksanakan tasyakkuran Hari Pendidikan Nasional bersamaan dengan Hari Raya Idul Fitri 1443 H.
Karena berbarengan dengan Idul Fitri pihak panitia menggelar Tasyakuran Hardiknas dengan sederhana dengan selamatan, santunan anak yatim dan doa bersama.
Lukito Sudiarto, Sekretaris Panitia Hardiknas menjelaskan, doa ditujukan untuk kegiatan pertemuan G-20 di Bali.
Semoga pelaksanaan G-20 berlangsung lancar, selamat dan sukses serta menghasilkan keputusan yang baik untuk bangsa, NKRI dan perdamaian dunia.
Pelaksanaannya selain ofline juga secara online.
Perhelatan G-20 di Bali bagi PCTA Indonesia dan Situs Rumah Persada Sukarno adalah momentum istimewa.
Maka harus dipersiapkan lahir batin. Sebab saat Indonesia mendapat giliran menjadi tuan rumah, terjadi perang Rusia dan Ukraina.
Ketua Harian Persada Sukarno Kushartono menambahkan, saat ini terjadi perang Rusia dengan Ukraina. Amerika menyampaikan ancaman tidak hadir jika Rusia diundang.
Dikatakan sejak jaman Presiden Soekarno Indonesia merupakan negara non blok, dengan politik bebas aktif. Tidak memihak ke kanan atau ke kiri.
“Jadi sebenarnya Indonesia dalam keadaan sulit, situasi yang tidak mengenakkan. Ada tekanan kanan kiri. Disinilah kita perlu berdoa,” ungkapnya.
Persoalan berikutnya akankah Indonesia mampu mendamaikan dua raksasa yang sedang bersitegang dan jangan sampai sebaliknya.
Jika Indonesia ingin menjadi juru damai maka Indonesia harus mempunyai power yang lebih besar daripada dua negara yang berperang.