Berita Jawa Timur Hari Ini
Satgas Pangan Polda Jatim Bantu Pemprov Jatim dalam Penanganan PMK pada Hewan Ternak
Tim Satgas Pangan Polda Jatim terus berkoordinasi guna mengantisipasi penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Jatim.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|SURABAYA-Tim Satgas Pangan Polda Jatim terus berkoordinasi dengan sejumlah instansi kedinasan di tingkat Jatim ataupun kabupaten kota, guna mengantisipasi penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Jatim.
Koordinasi yang dilakukan sejak Jumat (6/5/2022), hingga Senin (9/5/2022), instansi kedinasan di Jatim yang telah berkoordinasi dengan Tim Satgas Pangan Polda Jatim, diantaranya Dinas Peternakan Jatim.
Kemudian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag), Bea dan Cukai, Balai Karantina serta berkoordinasi dengan Pusat Veteranian Farma.
Tak hanya itu, Direktur Ditreskrimsus Polda Jatim Kombes Pol Farman selaku Kasatgas Pangan Polda Jatim juga telah melakukan langkah antisipasi.
Salah satunya, mengeluarkan Telegram kepada jajaran Polres untuk mengantisipasi penyebaran virus PMK pada hewan ternak.
Mengingat, hingga saat ini, diduga terdapat empat kabupaten Jatim, diduga ditemukan kasus, antara lain Sidoarjo, Mojokerto, Gresik dan Lamongan. Isi instruksi dalam Telegram tersebut diantaranya sebagai berikut;
Pertama, memastikan ketersediaan obat-obatan dalam rangka melanjutkan pengobatan simtomatis pada hewan ternak yg terkena wabah PMK.
Kedua, melakukan pembatasan lalu lintas pada hewan ternak dari dan menuju daerah wabah
Ketiga, melakukan vaksinasi pada hewan ternak yang sehat.
Virus PMK menyebabkan penyakit menular namun tingkat kematiannya rendah dan dapat disembuhkan dengan masa inkubasi 14 hari, serta masa penyembuhan 14 hari.
Apabila sudah sembuh tidak ada masalah untuk dipotong, karena virus dalam derajat keasaman (Ph) tertentu tidak aktif dan akan mati pada suhu 60 Derajat Celcius.
"Secara klinis, penyakit ini tidak masalah karena tidak menular ke manusia. Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi untuk masalah penanganan penyakit agar para peternak tidak panik, pemotongan ketika sakit dan ada beberapa bagian yang harus dipilah, namun pada suhu 60 sampai dengan 70 derajat, virus tersebut sudah mati," ujar Farman, Selasa (10/5/2022).
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi, Asosiasi Obat Indonesia untuk masalah PMK siap membantu dan sudah di sediakan namun untuk vaksinnya yang belum ada harus impor.
"Efek dari penyakit tersebut, berat badan turun, sariawan dan kuku lepas, sehingga menyebabkan nafsu makan sapi menurun," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Forkopimda Jatim menggelar rapat koordinasi bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terkait Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan, Senin (9/5/2022) malam.
Dalam rakor tertutup yang digelar di Gedung Negara Grahadi Kota Surabaya ini, disebut bertujuan untuk menyusun berbagai langkah penanganan. Sebelumnya, PMK ditemukan di beberapa daerah di Jatim.
Seusai rakor, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, dalam rapat tersebut berbagai agenda dan kebijakan bersama dilakukan pembahasan.
Setidaknya terdapat tiga agenda yang menjadi konsentrasi. Mulai dari SOS Darurat, agenda Temporary yang akan terus disusun serta agenda recovery.
"Tentu saja yang paling penting ini kita jaga, ini bisa diatasi Insyaallah. Jangan ada kepanikan dan kita atasi bersama Ibu Gubernur," ujar Yasin, pada awak media di lokasi.
Pada kesempatan itu, Syahrul menegaskan upaya untuk mengatasi persoalan PMK ini. Hingga kini, PMK masih dalam penelitian lanjutan di laboratorium secara maksimal.
Hal ini juga untuk menentukan level hingga jenis. Sehingga, kemudian dapat terus disusun langkah lanjutan yakni menentukan vaksin yang cocok.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, isolasi ataupun karantina dilakukan dengan berbasis kandang.
Artinya, yang sudah terdapat gejala jangan ada hewan ternak yang dibawa keluar dari kandang.
"Ketika disuntik yang kedua jarak 3 hari ternak ini sudah membaik. Jadi kita berharap ada penyuntikan yang lebih massif terutama di kandang yang sudah ada gejala simtomatik itu, paling tidak 3 kali penyuntikan. Sekarang rata-rata sudah 2 kali," ujar Khofifah.
Terkait ketersediaan obat-obatan analgesik, antibiotik serta vitamin. Khofifah mengaku, pihaknya terus berkoordinasi dengan Menteri Pertanian RI
"Saya juga sudah meminta kepada Ikatan Alumni FKH Unair untuk menurunkan tim lebih banyak supaya penyuntikan lebih masif," pungkas mantan Menteri Sosial RI itu.