Sosok Teuku Markam, Pengusaha Aceh Penyumbang 28 Kg Emas Monas yang Nasibnya Berakhir di Jeruji Besi
Berikut ini sosok penyumbang 28 Kg Emas monas bernama Teuku Markam yang kini nasibnya berakhir di jeruji besi.
Penulis: Ratih Fardiyah | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, MALANG - Berikut ini sosok penyumbang 28 Kg Emas monas yang kini nasibnya berakhir di jeruji besi.
Tak hanya itu, aset kekayaan pria yang diketahui bernama Teuku Markam tersebut juga diambil alih pemerintah sehingga keluarganya hidup terlunta-lunta.
Seperti diketahui Tugu Monumen Nasional (Monas) yang menjadi lambang penanda Ibu Kota Jakarta menyimpan sejuta kisah di balik pembangunannya.
Tugu setinggi 132 meter ini masuk ke dalam proyek ambisius Presiden Soekarno, yang dinamai proyek mercusuar, dan digarap dengan penuh perhitungan.
Salah satu komponen penting yang tak luput dari perhatian Soekarno adalah komponen lidah api di pucuk monumen yang dinamai Lidah Api Kemerdekaan.
Baca juga: Cara Eril Menyelinap Diam-diam Beri Bantuan ke Warga, Pantas Lolos dari Pantuan Ridwan Kamil
Lidah api itu dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia: ia dinamis, bergerak, dan berkobar. Agar menampilkan kesan menyala, lidah api ini dilapisi dengan emas murni.
Di awal pembangunannya, konstruksi tersebut dilapisi emas seberat 35 kilogram, tetapi ketika Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-50, lapisan emas ditambah hingga menjadi seberat 50 kilogram.
Konon, sebagian besar emas yang digunakan untuk melapisi Lidah Api Kemerdekaan disumbangkan oleh saudagar kaya asal Aceh bernama Teuku Markam.
Ia sangat dekat dengan Presiden Soekarno sehingga berbaik hati menyumbangkan 28 kilogram emas untuk dilebur menjadi pelapis obor di pucuk Monas.
Lantas siapa sebenarnya Teuku Markam?
Teuku Markam merupakan keturunan Uleebalang yang lahir tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dan dinamai Teuku Marhaban.
Teuku Markam sendiri sudah lama dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Soekarno.

Dia pernah berdinasi di militer sebelum kemudian banting setir menjadi saudagar karena merasa tak cocok dengan dinas militer.
Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.
Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Markam. Namun karena kedetakannya dengan Soekarno pula, yang membuat nasibnya berubah drastis di era Presiden Soeharto.
Diketahui Teuku Markam terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Aceh dan Pulau Jawa semasa berjaya menjadi pengusaha.
Seperti dilansir dari Tribun Medan: 'TRAGIS Nasib Penyumbang 28 Kg Emas Monas, Bukan Dihargai Malah Sering Masuk Penjara'.
Sebelum banting setir menjadi pengusaha dan mendirikan PT Karkam, pria kelahiran Aceh Utara tahun 1925 ini pernah masuk militer dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah terjun ke dunia bisnis, Teuku Markam bisa dibilang ulet dan mau mencoba segala lini bisnis, mulai dari bisnis ekspor-impor, jual beli besi beton, hingga pelat-pelat baja.
Dengan beragam jenis bisnis ini, tak heran jika ia tumbuh menjadi saudagar yang sangat kaya.
Jumlah kekayaan Teuku Markam sangat luar biasa, sampai-sampai ia pernah menyandang gelar orang terkaya se-Indonesia.
Dicap PKI dan dibui Teuku Markam begitu dihormati ketika Presiden Soekarno memimpin Indonesia.
Namun, keadaan berubah ketika Soekarno turun takhta dan digantikan oleh Soeharto.
Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras.
Pada tahun 1966, Teuku Markam diciduk dan dipenjara tanpa proses peradilan oleh rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.
Pertama-tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jalan Percetakan Negara.
Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.
Tahun 1972, ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama lebih kurang dua tahun.
Baca juga: Pencuri iPhone 11 Pro Max Dibekuk Anggota Lowokwaru saat Makan di Warung
Teuku Markam baru bebas tahun 1974. Ia meninggal pada tahun 1985 akibat komplikasi penyakit di Jakarta.
Ketua Presidium Kabinet Ampera I, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah, dan lain-lain, yang kemudian dikelola PT PP Berdikari yang didirikan Suhardiman, Bustanil Arifin, dan Amran Zamzami atas nama pemerintahan RI.
Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT PP Berdikari.
Semua properti dan harta Teuku Markam diambil alih pemerintah.
Alhasil, hidup sanak keluarga dari saudagar kaya ini terlunta-lunta.
Ikuti berita viral lainnya.
Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com