Berita Mojokerto Hari Ini
Kisah Guru Honorer Berpenghasilan Rp 450 Ribu Sebulan Akhirnya Tunaikan Ibadah Haji
14 Tahun menjadi guru honorer dengan gaji Rp 450 ribu sebulan, Wiwik akhirnya bisa menunaikan ibadah haji.
Penulis: faiq nuraini | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|MOJOKERTO - Mimpi seorang Guru Tidak Tetap (GTT) asal bernama Wiwik Ernawati (39) akhirnya dapat terwujud.
Pengajar berstatus GTT di sebuah SMP di Pacet, Kabupaten Mojokerto ini akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji sebagai penyempurna rukun Islam.
Menunaikan ibadah haji merupakan mimpi terbesar warga asal Dusun Mejero, Desa Jumeneng Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto ini, meski berprofesi guru GTT.
Niat tulus, perjuangan keras, istiqomah, konsisten, dan dibarengi doa menjadi kunci ia bisa mewujudkan mimpinya. Maklum, sebagai guru honorer, ia hanya digaji Rp 450 ribu per bulan.
Ibu dua anak initak henti-hentinya mengucap syukur.
"Alhamdulillah," ucapnya dalam-dalam saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Rabu (29/6/2022).
Wiwik menceritakan, sejak 2008, dia mengabdi di sebuah SMP di Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Hari demi hari, bulan demi bulan hingga berganti tahun terus dilaluinya dengan iklhas sebagai pahlawan tanda jasa.
Perempuan ini menjalani profesinya dengan penuh keikhlasan meski hanya mendapat honor Rp 24.000 per bulan, ketika awal menjadi GTT.
Dia menuturkan, jika dihitung secara matematis penghasilannya jelas tidak sebanding dengan pengeluarannya setiap hari.
Apalagi, jarak rumahnya menuju tempat ia mengabdi itu tidaklah dekat. Sekitar 50 KM dari rumahnya.
Dibutuhkan waktu sekitar 40 menit dengan mengendarai sepeda motor.
Seiring berjalannya waktu, gaji yang diperoleh Wiwik pun beranjak naik.
Meski honor yang ia peroleh masih jauh dari kata cukup.
Namun, guru yang belum mendapatkan sertifikasi non PNS hingga 14 tahun pengabdiannya ini tetap bersyukur.
Menurut Wiwik, menjadi GTT mungkin secara finansial tidak menjanjikan tetapi dia meyakini jika keberkahan dari mengajar salah satunya bisa membawanya ke Baitullah.
"Kalau dilihat dari besaran nominal uang, mungkin tidak mau jadi GTT ya. Gaji segitu, 450 ribu sebulan belum termasuk bensin, makan. Tetapi ada keberkahan, membagi ilmu kepada anak didik," tuturnya.
Wiwik bukan dari keluarga berada. Dia anak dari Pak Bon atau penjaga sekolah SD di daerah Mojokerto. Sejak usia dewasa, Wiwik terus berobsesi untuk naik haji.
Setiap hari, ia harus membantu mengantar orangtuanya berjualan cecek di pasar. Biasa berangkat dari rumah sekitar pukul 01.00 WIB dini hari dan pulang ke rumah sekitar pukul 06.00 pagi.
"Pagi mengajar, malam membantu orang tua jualan semua saya lakukan dengan ikhlas karena memang hidup butuh perjuangan," tuturnya.
Tidak ada yang menyangka ia yang berprofesi sebagai GTT bisa naik haji.
"Teman-teman saya di grup WA tidak percaya. Mereka salut termasuk teman guru PNS ada yang juga belum daftar haji," ucapnya.
Wiwik memang berniat naik haji sejak sebelum menikah. Niat itu makin tak tertahankan saat dirinya hendak menikah.
Pada 2011, Wiwik melangsungkan pernikahan. Pernikahan Guru GTT yang dikenal supel dan banyak teman ini dihadiri banyak teman dan undangan.
Kepada suami yang baru saja dinikahi, Wiwik meminta izin agar seluruh uang sumbangan yang didapat dari pernikahannya digunakan untuk mendaftar haji.
"Sekitar sebulan setelah kami menikah," kata Wiwik.
Atas kesepakatan dengan sang suami, uang amplop pernikahan yang ia dapatkan digunakan menggenapi daftar haji.
Sebelumnya Wiwik sudah menabung. Seluruh uang tabungan dan hasil sumbangan itu digunakan untuk mendaftar haji.