Berita Lumajang Hari Ini
Belajar dari YouTube, Seminggu Sekali Arif Kantongi Rp 3 Juta dari Menanam Selada Hidroponik
Pemuda asal Lumajang sukses membudidayakan sayuran hidroponik di lahan seluas 200 meter persegi, seminggu sekali ia mendapat penghasilan Rp 3 juta
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|LUMAJANG - Seorang pemuda Lumajang bernama Arif Hermawan sukses membudidayakan tanaman selada.
Pria lulusan sarjana ekonomi ini sempat bekerja sebagai digital marketing di sebuah perusahaan properti, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan beralih profesi sebagai petani hidroponik.
Saat ini, aktivitas pria berusia 25 tahun ini merawat tanaman selada di media paralon-paralon, metode tanam ini biasa disebut hidroponik.
Dua tahun lalu, Arif dan istri sering menghabiskan kuota internet demi bisa mempelajari budidaya selada secara hidroponik di YouTube.
Selain belajar dari internet, Arif dan istrinya mengikuti seminar pertanian. Sekarang Arif dan istri memanen hasilnya.
Banyak pengusaha catering atau rumah makan di Kabupaten Lumajang menjadi pelanggan tetap membeli seladanya.
Dari bisnis Ini, seminggu sekali Arif bisa mendapat penghasilan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta dalam seminggu .
Sebab, seminggu sekali dia bisa memanen selada hingga kuantiti 60-70 kilogram.
Ia bisa meraup omset jutaan rupiah cuma dari sebidang tanah seluas sekitar 200 meteran persegi.
Lokasinya kebun hidroponiknya berada di Desa Curahpetung, Kecamatan Kedungjajang, Lumajang.
"Awalnya 2020 saya coba eksperimen tanam hidroponik di loteng (bagian bangunan dari sebuah rumah bertingkat) karena pingin tanam-tanam tapi gak punya lahan. Pertama coba-coba di botol plastik, paralon tapi bolak-balik gagal. Akhirnya, ikut seminar dan coba tanya-tanya di sebuah komunitas hidroponik di Facebook. Di situlah saya dapat ilmu," ungkap Arif.
Arif mengatakan, saat itu, hasil panen selada pertama kalinya hanya sebatas dipromosikan ke saudara dan teman-temannya.
Di situlah Arif mendulang banyak testimoni positif. Banyak orang terdekatnya mengatakan, seladanya lebih fresh dan bisa tahan lama ketimbang selada yang ditanam di tanah.
Tak puas dengan komentar orang terdekat, Arif mencoba memasarkan seladanya ke orang yang tidak dikenal.
Saat itu, mencoba menawarkan seladanya ke pedagang-pedagang pasar. Bahkan, juga pernah menjual selada lewat grup kuliner di Facebook.
Ternyata seladanya cukup banyak disukai orang-orang kalangan menengah ke atas. Katanya, orang-orang kaya suka makan sayur dari hasil budidaya hidroponik karena bebas pestisida.
"Kata orang kan memang selada saya lebih kres. Itu karena sama sekali tidak menggunakan pupuk. Asupannya hanya air yang dicampur nutrisi abmix," ujarnya.
Terbukti seladanya berkualitas istimewa, insting bisnis Arif mulai bermain. Di sela-sela waktu merawat selada, Arif kerap berkeliling di sekitaran kota Lumajang.
Jujukannya rumah makan, penjual kebab, atau tempat usaha catering.
Nah, tempat-tempat itu lah Arif menawarkan diri sebagai supplier selada.
Kini ia tinggal menuai hasil kerja kerasnya. Seminggu sekali Arif bisa mendapat penghasilan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
Bertani dengan metode hidroponik bukanlah hal yang baru. Sudah banyak cerita petani sukses setelah mencoba bertani hidroponik.
Hidroponik bisa menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Sayuran yang ditanam melalui sistem hidroponik memiliki harga jual lebih tinggi.
Harga selada Arif di pasaran bisa tembus Rp25 ribu per kilogram.
Berbeda dengan sistem bertanam konvensional, petani hidroponik harus lebih telaten mengecek saluran air.
Sebab, sumber makanan tanamannya hanya berasal dari air dan campuran nutrisi.
Selain itu, petani hidroponik juga harus pintar-pinta mengatur siklus tanaman dari masih bibit, semai, hingga siap panen.
Tujuannya agar rotasi panen bisa rutin dilakukan setiap minggu.