Berita Malang Hari Ini
Warga Kota Malang Manfaatkan Sampah untuk Budidaya Maggot, Dijual Rp 100.000 Per 3 Kg
Warga RT 11/RW 1 Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya maggot dan menghasilkan cuan atau uang.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|MALANG- Warga RT 11/RW 1 Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya maggot dan menghasilkan cuan atau uang.
Maggot adalah larva dari lalat hitam atau Black Soldier Flies (BSF). Jika dijual ke pemancing bisa mencapai Rp 100.000 per 3 kg.
"Ide awalnya adalah bagaimana mengelola sampah organik dari rumah tangga. Misalkan dari limbah sayur, sisa nasi dsb," jelas Dimas, Ketua RT 11/RW 1 pada suryamalang.com, Kamis (25/8/2022).
Lahan yang dipakai ada di tengah pemukiman warga. Tempat produksi maggot kini tidak berbau karena dipasang paranet.
Dimas menyebutkan, saat mulai awal pandemi lalu tidak banyak kegiatan warga. Akhirnya lahan tak termanfaatkan itu awalnya ditanami tanaman keluarga (toga).
Tapi toga kurang pupuk dan masih ada sampah disana. Akhirnya diberanikan diri membuat pengelolaan limbah sampah yang menghasilkan hasilkan maggot.
"Kebetulan di RW ini pernah dapat penghargaan kampung bersinar. Sehingga ada yang bisa dibuat membeli sarpraa seperti bata putih," paparnya.
Awalnya sampah-sampah organik dikumpulkan di sana dan dihargai Rp 500 per 3 kg. Karena ada insentif, sampah cukup banyak tapi menimbulkan bau.
Akhirnya sampah difermentasi dan keluar maggot sendiri. Dalam sebulan bisa menghasilkan 100-150 kg maggot per bulan.
Hasil fermentasi ada lalat hitam dan hijau. Tapi yang dipakai adalah lalat hitam sebagai pemgurai sampah.
"Lalat hitam itu tidak mudah mati, rakus dan perkembangbiakannya hingga 25 hari," jelas dia.
Semakin banyak sampah, semakin banyak maggot yang berkembang.
"Di sekitar sini banyak depot, PKL juga ada sekolah Sabillilah yang ada kantinnya. Kita juga ambil sampah dari sana," terang Dimas.
Dengan makanan bergizi, maggot berkembang pesat. Dikatakan, maggot dlaam skala besar bisa untuk pakan ternak.
Jika dikeringkan juga bisa untuk pakan ikan yang akan dikeringkan. Juga bisa buat campuran pakan ayam dan sapi karena harga pakan ternak mahal.
Untuk menyikapi itu, peternak biasanya mencampur dengan maggot kering atau segar. Di Indonesia, harga maggot bisa mencapai Rp 5000-Rp 10.000 per kg.
Namun dari hasil maggot di RT-nya dijual Rp 100.000 per 3 kg untuk maggot segar ke usaha pemancongan di Malang.
Dikatakan, harga maggot yang mahal itu ketika akan jadi lalat. Budidaya yang dikelola warga itu direncanakan akan melebar ke budidaya lele dengan sistem bioflog yang bisa dikelola karang taruna.
"Rencana seperti itu dari hasil keuntungan maggot. Nanti jika budidaya lele berkembang, rencana ingin dibelikan oven agar maggot bisa dikeringkan sehingga harga jualnya tinggi" tambahnya.
Kepompong maggot setelah dikeringkan juga bisa dimanfatkan sebagai pupuk organik.
Menurut Dimas, sebelum membuat budidaya maggot, ia juga belajar dulu ke usaha serupa di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.
Sehingga bisa tahu bahwa maggot bisa dihasilkan sendiri. Untuk mengurangi bau, ia juga memanfaatkan limbah jamu dari warga.
"Budidaya maggot ini bisa dilakukan di rumah," katanya.
Sebanyak 1 kg maggot mampu makan sampah organik antara 2-5 kg/hari karena rakusnya.
Dikatakan memang banyak budidaya maggot yang makan dari kotoran hewan.
Tapi di tempatnya disebut maggot bersih karena makan sampah organik.