TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Alasan Laga Arema Vs Persebaya Tetap Digelar Malam Hari, PSSI Singgung Bonek dan Aremania

Penjelasan PSSI alasan laga Arema Vs Persebaya tetap digelar malam hari, prediksi meleset hingga singgung Bonek dan Aremania

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Kompas.com/Ahmad Zilky/Suryamalang|Purwanto/Habiburohman
Sekjen PSSI Yunus Nusi kala melakoni konferensi pers seputar tragedi Kanjuruhan (tengah) alasan laga Arema Vs Persebaya tetap digelar malam hari, PSSI singgung Bonek (kiri) dan Aremania (kanan) 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Alasan laga Arema Vs Persebaya tetap digelar malam hari akhirnya diungkap oleh PSSI

Prediksi PSSI ternyata meleset karena menolak pertandingan sore hingga tragedi Arema Vs Persebaya bisa terjadi. 

Sebagai salah satu pihak yang turut bertanggungjawab atas tragedi Arema Vs Persebaya, PSSI banjir protes karena menggelar pertandingan di malam hari. 

Padahal sebelumnya pihak manajemen dan Panpel Arema FC sudah mengajukan perubahan jadwal agar laga digelar sore hari. 

Sayangnya, permintaan Panpel Arema FC atas dasar pertimbangan keamanan sesuai rekomendasi kepolisian setempat ditolak.

Menjawab masalah tersebut, Sekjen PSSI Yunus Nusi menyatakan, para stakeholder Liga 1 tidak memprediksi akan terjadi kerusuhan. 

Menurut Yunus Nusi, semua pemangku kepentingan sudah mengadakan pertemuan untuk membahas pertandingan Arema FC vs Persebaya.

Salah satu hasil pertemuan itu adalah semua pihak sepakat bahwa suporter Persebaya, Bonek, tidak diperbolehkan hadir di Stadion Kanjuruhan.

Kesepakatan itulah yang membuat jadwal pertandingan Arema FC vs Persebaya tidak berubah, tetap pukul 20.00 WIB.

Menurut Yunus Nusi, jadwal laga Arema FC vs Persebaya tidak berubah karena pihak-pihak terkait sudah sepakat bahwa suporter tim tamu tidak boleh hadir di Stadion Kanjuruhan.

Atas dasar kesepakatan itu, PSSI dan pihak-pihak terkait memprediksi tidak akan ada kerusuhan pada laga Arema FC vs Persebaya.

"Kami mengetahui bahwa kepolisian mengajukan permohonan agar laga digelar sore hari" kata Yunus dalam konferensi pers, Minggu (2/10/2022) mengutip Kompas.com.  

"PT LIB dan panpel melakukan diskusi dan terjadi kesepahaman bersama bahwa silahkan laga dilaksanakan malam hari," imbuhnya. 

"Tentu dengan beberapa persyaratan. Salah satunya untuk tidak menghadirkan suporter lawan atau tamu ke stadion," ujar Yunus Nusi

"Itu yang menjadi rujukan dari pihak Panpel dan PT LIB untuk berpikir positif bahwa sulit akan ada kerusuhan," kata dia melanjutkan. 

"Di mana letak kerusuhannya ketika tidak ada rivalitas suporter dan tidak ada suporter Persebaya yang datang ke Malang. Akhirnya juga dilakukan atas kesepahaman bersama," ucap Yunus Nusi.

Prediksi PSSI dan jajaran terkait pada akhirnya luput.

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pecah tidak lama setelah laga Arema FC vs Persebaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu.

Insiden itu bermula dari ribuan suporter Arema FC yang masuk ke lapangan untuk meluapkan kekecewaan.

Mereka pun bentrok dengan petugas keamanan yang berjaga di dalam lapangan.

Situasi kemudian menjadi semakin buruk ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan beberapa tribune penonton.

Tembakan gas air mata itu membuat ribuan suporter di tribune Stadion Kanjuruhan panik dan berusaha keluar berbondong-bondong.

Pihak RS Syaiful Anwar sudah menyatakan bahwa kematian korban rata-rata adanya trauma di bagian kepala dan dada karena benturan yang disebabkan setelah terinjak, terjatuh atau berdesakan.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, jumlah korban jiwa akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan per Minggu (2/10/2022) pukul 21.18 WIB mencapai 125 jiwa.

Adapun jumlah korban luka berat 39 orang, sedangkan luka ringan-sedang sebanyak 260 orang.

Terkait kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Yunus Nusi menyatakan, tim investigasi sudah dibentuk dengan pimpinan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

"Kami tetap akan menunggu hasil investigasi dari PSSI termasuk pihak kepolisan. Kami akan menunggu sore atau malam ini hasil kunjungan Ketua Umum dan Komite Disiplin yang ada di Malang," ujar Yunus. 

"Tim investigasi untuk sementara dipimpin Ketua Umum, ada Komite Eksekutif, Komite Banding, tim kedokteran untuk melihat langsung korban di rumah sakit dan tim legal kami," kata Yunus Nusi.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini menjadi salah satu pertandingan paling mematikan dalam sejarah. 

Sebelumnya, dikutip dari Priceonomics, pertandingan paling mematikan di dunia adalah insiden di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.

Sebanyak lebih dari 300 orang dilaporkan tewas dalam kualifikasi Olimpiade 1964 antara tuan rumah Peru melawan Argentina.

Pertandingan berlangsung sengit oleh kedua tim, dan dengan dua menit waktu normal tersisa, Argentina memimpin 1-0.

Kemudian, Peru mencetak gol penyama kedudukan namun dianulir oleh wasit, ngel Eduardo Pazos.

Dalam rentang sepuluh detik, ribuan penggemar Peru berubah dari kegembiraan menjadi kemarahan.

Bencana dimulai ketika salah satu penonton berlari ke lapangan dan memukul wasit; ketika penggemar kedua bergabung, dia diserang secara brutal oleh polisi dengan tongkat dan anjing.

Jose Salas, seorang penggemar yang hadir di pertandingan itu, mengatakan kepada BBC bahwa tindakan polisi memicu kerusuhan.

“Polisi kami sendiri menendang dan memukulinya seolah-olah dia adalah musuh. Inilah yang menimbulkan kemarahan semua orang termasuk saya,” kenangnya.

Puluhan penggemar menyerbu lapangan, dan kerumunan mulai melemparkan benda ke polisi dan pejabat di bawah.

Kerusuhan terjadi, dan polisi meluncurkan tabung gas air mata ke kerumunan, yang mendorong puluhan ribu penggemar untuk mencoba melarikan diri dari stadion melalui tangganya.

Ketika penggemar mencapai bagian bawah lorong-lorong ini, mereka menemukan bahwa gerbang baja yang mengarah ke jalan terkunci rapat.

Ketika mereka berusaha untuk lari kembali, polisi melemparkan lebih banyak gas air mata ke dalam terowongan, memicu histeria massal dan menyebabkan kehancuran besar.

Sebagian mengutip Kompas.com 'Jawaban PSSI soal Laga Arema Vs Persebaya' dan 'Laga Arema FC Vs Persebaya Salah Satu Paling Mematikan dalam Sejarah'.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(Kompas.com|Farahdilla Puspa|Rizal Setyo)

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved